Biografi Singkat :
Carl Robinson Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902, di Oak Park Illinois, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Tahun 1945 – 1957 menjadi puncak kariernya. Terapinya berkembang dari sesuatu yang menekankan metodologi dengan nondirective dan sekarang lebih dikenal sebagai pendekatan yang berpusat pada client (person-contered) yang menjadi teorinya kini. Rogers menerima banyak penghargaan selama kehidupan prefesionalnya, termasuk penghargaan Distinguishe Scientific Contribution Award dari APA. Rogers meninggal pada 4 Februari 1987, setelah mengikuti operasi untuk pembedahan pinggulnya yang patah.
Asumsi Dasar :
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Rogers mengajukan 2 asumsi umum :
1. Kecenderungan Formatif ---> kecenderungan untuk beralih dari yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks (semua makhluk hidup)
2. Kecenderungan Aktualisasi ---> kecenderungan untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi diri (hanya manusia)
Diri dan Aktualisasi Diri :
>Self/Diri adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai tertentu serta dr distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten.
>Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, seperti toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Konsep Diri :
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah konsep dimana dimana “aku“ merupakan pusat referensi seluruh aspek di setiap pengalaman yang disadari. Konsep diri (self concept) adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
>Dibagi menjadi 2:
1. Konsep Diri Real ---> kenyataaan yang ada pada diri individu / individu apa adanya
2. Konsep Diri Ideal ---> pandangan seseorang terhadap diri sebagaimana yang ia harapkan, bersifat positif, dan ingin dimiliki seseorang
>Hubungan keduanya:
Kongruen, apabila ada sedikit saja perbedaan antara konsep diri real dan diri ideal, individu akan cenderung sehat scr psikologis
Inkongruen, apabila ada erbedaan yg signifikan antara konsep diri real dan diri ideal, individu akan cenderung sakit scr psikologis krn mengalami kecemasan & ancaman
Kesadaran :
Tingkat kesadaran menurut Rogers ada 3:
A. Pengalaman yang diabaikan / disangkal karena dialami di bawah batas kesadaran
B. Pengalaman yang disimbolisasikan secara akurat karena sesuai dengan konsep diri, dialami secara sadar
C. Pengalaman yang didistorsi karena tidak konsisten dengan konsep diri
Penghambat Kesehatan Psikologis :
1.) Penghargaan Bersyarat
~ yaitu persepsi bahwa lingkungan akan menerima individu hanya jk ia mampu memenuhi persyaratan
~ terjadi apabila kita memiliki persepsi bahwa beberapa perilaku kita mendapatkan persetujuan/diterima dan bebarapa tidak (artinya penghargaan bersifat kondisional)
~ persepsi seperti ini disebut evaluasi eksternal
2.) Inkongruensi
~ yaitu terjadinya ketidaksesuaian antara pengalaman organismik yang dialami dengan konsep diri yang timbul
~ inkongruensi dapat berakibat pada perilaku yang tidak konsisten atau berbeda
~ Menyebabkan hal-hal:
1. Kerentanan >> yaitu kecenderungan orang berperilaku dg cara-cara yg tdk dimengerti orang lain bahkan dirinya sendiri
2.Kecemasan dan Ancaman >> dirasakan saat kita mendapat kesadaran atas inkongruensi tersebut. Meski kedua hal ini tdk menyenangkan, namun merupakan representasi langkah menuju kesehatan psikologis
3.) Sikap Defensif
~ adalah perlindungan atas konsep diri dr kecemasan dan ancaman, dg penyangkalan atau distorsi, dari pengalaman yg tdk konsisten dg konsep diri (Rogers,1959)
~ dua sikap defensif :
1. Distorsi >> melakukan kesalahpahaman dr sebuah pengalaman
2.Penyangkalan >> menolak menghayati pengalaman agar tdk tersimbolisasi pd konsep diri
~ bertujuan untuk mempertahankan persepsi dan konsep diri serta menghindarkan diri dari kecemasan dan ancaman
4.) Disorganisasi
~ terjadinya sikap atau perilaku yang konsisten dengan pengalaman organismiknya dan sesuai dengan konsep diri namun konsep diri yang rusak/telah hancur
~ disebabkan oleh sikap defensif yg “gagal” dilakukan karena datangnya inkongruensi yang terlalu jelas atau terlalu mendadak utk dpt disangkal
Perubahan Teraupatik :
>Tahapan menuju perubahan :
1.Klien masih kaku, cenderung tertutup dan menolak mengakui perasaan
2.Klien menjadi sedikit lebih tidak kaku, namun masih gagal menyadari perasaan pribadi
3.Klien lebih bebas membicarakan diri pribadi meski masih sebagai objek
4.Klien mulai berbicara mengenai perasaan yang mendalam, tetapi bukan yang sedang dirasakan
5.Klien mulai dapat mengekspresikan perasaan yg sedang dialami meski belum akurat
6.Klien mengalami pertumbuhan yg dramatis dan mulai bergerak menuju seorang manusia yg berfungsi sepenuhnya
7.Klien telah menjadi “manusia masa depan”
Hasil :
>> Klien yang telah berhasil menjadi manusia masa depan, mereka kini memiliki tiga karakteristik terapeutik yaitu menjadi kongruen, tidak defensif, serta lebih terbuka terhadap pengalaman
>> Artinya, dengan demikian mereka dapat menjadi terapis untuk dirinya sendiri
Manusia Masa Depan:
Manusia masa depan atau manusia yang berfungsi sepenuhnya memiliki karekteristik :
1.) Mudah Beradaptasi
Mampu menyesuaikan diri pada lingkugan yang statis dan menyadari bahwa penyesuaian pd kondisi yg tetap memiliki keuntungan yg sedikit untuk bertahan di jangka waktu yang lama.
2.) Terbuka atas Pengalaman-pengalaman
Lebih terbuka terhadap pengalaman, memilih mensibolisasikan pengalaman itu scr akurat drpada melakukan distorsi/penyangkalan, dan mau menerima stimulus-stimulus baik dari diri maupun lingkungan.
3.) Kepercayaan atas Diri Orgasnismik Sendiri
Tdk mengandalkan orang lain utk mengarahkan mereka, menyadari bhw pengalaman adalah kriteria terbaik dlm mengambil keputusan. Tdk terikat peraturan, namun mampu melihat hak & perasaan orang lain sbg pertimbangan utk mengambil keputusan.
4.) Kehidupan Eksistensial
Yang berarti “hidup sepenuhnya pada masa sekarang”, menerima pengalaman tanpa prasangka , melihat perubahan sebagai sesuatu yang baru dan unik dan mampu mengapresiasikan sepenuhnya di masa sekarang.
5.) Memiliki Hubungan Harmonis
Tampil apa adanya, jujur, tanpa kebohongan dan kepalsuan terhadap orang lain. Mereka peduli terhadap orang lain, daan cenderung mendambakan kehidupan spiritual dan rasa damai dalam diri.
6.) Lebih Terintegrasi
Lebih bebas mengekspresikan apapun perasaan yang mereka alami. Percaya bahwa masa depan tergantung dirinya, melihat banyak pilihan dlm hidup, dan mampu melakukan apa saja yang ingin dia lakukan.
7.) Kepercayaan pada Kemanusaiaan
Tidak akan menyakiti orang lain demi kepantingan pribadi, peduli kepada orang lain dan akan siap membantu jk dibutuhkan.
8.) Lebih Menikmati Kekayaan Hidup
Tidak menahan emosi sehingga mampu merasakan sesuatu lebih dalam dari orang lain. Mampu berpartipasi lebih baik pada setiap kejadian.
Kondisi Terapis :
Rogers (1959) mengasumsikan bahwa agar suatu perkembangan terapeutik dapat terjadi, beberapa kondisi berikut dianggap perlu, yaitu :
1.) Kongruensi Konselor
~ terapis yang utuh dg segala perasaannya, terbuka dg pengalaman klien, dan mampu mengekspresikannya dlm kesadaran
~ Rogers menyatakan bahwa terapis akan lebih efektif apabila mereka berkomunikasi dg perasaan yg jujur walau perasaan tsb negatif atau mengancam
~ terapis tdk harus selalu kongruen, namun semakin klien melihat kongruen sbg karakteristik terapis, akan semakin berhasil proses terapinya
2.) Penerimaan Positif Tidak Bersyarat
~ sikap seorang terapis yang hangat, positif, dan mau menerima klien apa adanya tanpa keraguan akn perlaku kilen dan terapis harus scr aktif terlibat dlm hubungan dengan klien
3.) Mendengarkan Secara Empati
~ terapis bisa merasakan perasaan dari klien dan mampu mengkomunikasikannya kpd klien
~ empati efektif karena membuat klien dpat mendengarkan diri mereka sendiri dan pada akhirnya menjadi terapis bagi dirinya sendiri
Kritik :
>>Meski telah banyak menghasilkan penelitian terutama dalam ranah psikoterapi dan pembelajaran ruang kelas, namun tidak terlalu banyak penelitian di luar area tersebut dapat dihasilkan dari teori Rogers sehingga teori ini kurang mampu memancing aktivitas penelitian dalam ruang lingkup psikologi secara umum.
>>Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Selain itu, Rogers juga mengabaikan aspek-aspek ketidaksadaran dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan orientasi masa depan, bukan pada pengalaman masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang dapat menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Carl Robinson Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902, di Oak Park Illinois, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Tahun 1945 – 1957 menjadi puncak kariernya. Terapinya berkembang dari sesuatu yang menekankan metodologi dengan nondirective dan sekarang lebih dikenal sebagai pendekatan yang berpusat pada client (person-contered) yang menjadi teorinya kini. Rogers menerima banyak penghargaan selama kehidupan prefesionalnya, termasuk penghargaan Distinguishe Scientific Contribution Award dari APA. Rogers meninggal pada 4 Februari 1987, setelah mengikuti operasi untuk pembedahan pinggulnya yang patah.
Asumsi Dasar :
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Rogers mengajukan 2 asumsi umum :
1. Kecenderungan Formatif ---> kecenderungan untuk beralih dari yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks (semua makhluk hidup)
2. Kecenderungan Aktualisasi ---> kecenderungan untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi diri (hanya manusia)
Diri dan Aktualisasi Diri :
>Self/Diri adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai tertentu serta dr distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten.
>Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, seperti toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Konsep Diri :
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah konsep dimana dimana “aku“ merupakan pusat referensi seluruh aspek di setiap pengalaman yang disadari. Konsep diri (self concept) adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
>Dibagi menjadi 2:
1. Konsep Diri Real ---> kenyataaan yang ada pada diri individu / individu apa adanya
2. Konsep Diri Ideal ---> pandangan seseorang terhadap diri sebagaimana yang ia harapkan, bersifat positif, dan ingin dimiliki seseorang
>Hubungan keduanya:
Kongruen, apabila ada sedikit saja perbedaan antara konsep diri real dan diri ideal, individu akan cenderung sehat scr psikologis
Inkongruen, apabila ada erbedaan yg signifikan antara konsep diri real dan diri ideal, individu akan cenderung sakit scr psikologis krn mengalami kecemasan & ancaman
Kesadaran :
Tingkat kesadaran menurut Rogers ada 3:
A. Pengalaman yang diabaikan / disangkal karena dialami di bawah batas kesadaran
B. Pengalaman yang disimbolisasikan secara akurat karena sesuai dengan konsep diri, dialami secara sadar
C. Pengalaman yang didistorsi karena tidak konsisten dengan konsep diri
Penghambat Kesehatan Psikologis :
1.) Penghargaan Bersyarat
~ yaitu persepsi bahwa lingkungan akan menerima individu hanya jk ia mampu memenuhi persyaratan
~ terjadi apabila kita memiliki persepsi bahwa beberapa perilaku kita mendapatkan persetujuan/diterima dan bebarapa tidak (artinya penghargaan bersifat kondisional)
~ persepsi seperti ini disebut evaluasi eksternal
2.) Inkongruensi
~ yaitu terjadinya ketidaksesuaian antara pengalaman organismik yang dialami dengan konsep diri yang timbul
~ inkongruensi dapat berakibat pada perilaku yang tidak konsisten atau berbeda
~ Menyebabkan hal-hal:
1. Kerentanan >> yaitu kecenderungan orang berperilaku dg cara-cara yg tdk dimengerti orang lain bahkan dirinya sendiri
2.Kecemasan dan Ancaman >> dirasakan saat kita mendapat kesadaran atas inkongruensi tersebut. Meski kedua hal ini tdk menyenangkan, namun merupakan representasi langkah menuju kesehatan psikologis
3.) Sikap Defensif
~ adalah perlindungan atas konsep diri dr kecemasan dan ancaman, dg penyangkalan atau distorsi, dari pengalaman yg tdk konsisten dg konsep diri (Rogers,1959)
~ dua sikap defensif :
1. Distorsi >> melakukan kesalahpahaman dr sebuah pengalaman
2.Penyangkalan >> menolak menghayati pengalaman agar tdk tersimbolisasi pd konsep diri
~ bertujuan untuk mempertahankan persepsi dan konsep diri serta menghindarkan diri dari kecemasan dan ancaman
4.) Disorganisasi
~ terjadinya sikap atau perilaku yang konsisten dengan pengalaman organismiknya dan sesuai dengan konsep diri namun konsep diri yang rusak/telah hancur
~ disebabkan oleh sikap defensif yg “gagal” dilakukan karena datangnya inkongruensi yang terlalu jelas atau terlalu mendadak utk dpt disangkal
Perubahan Teraupatik :
>Tahapan menuju perubahan :
1.Klien masih kaku, cenderung tertutup dan menolak mengakui perasaan
2.Klien menjadi sedikit lebih tidak kaku, namun masih gagal menyadari perasaan pribadi
3.Klien lebih bebas membicarakan diri pribadi meski masih sebagai objek
4.Klien mulai berbicara mengenai perasaan yang mendalam, tetapi bukan yang sedang dirasakan
5.Klien mulai dapat mengekspresikan perasaan yg sedang dialami meski belum akurat
6.Klien mengalami pertumbuhan yg dramatis dan mulai bergerak menuju seorang manusia yg berfungsi sepenuhnya
7.Klien telah menjadi “manusia masa depan”
Hasil :
>> Klien yang telah berhasil menjadi manusia masa depan, mereka kini memiliki tiga karakteristik terapeutik yaitu menjadi kongruen, tidak defensif, serta lebih terbuka terhadap pengalaman
>> Artinya, dengan demikian mereka dapat menjadi terapis untuk dirinya sendiri
Manusia Masa Depan:
Manusia masa depan atau manusia yang berfungsi sepenuhnya memiliki karekteristik :
1.) Mudah Beradaptasi
Mampu menyesuaikan diri pada lingkugan yang statis dan menyadari bahwa penyesuaian pd kondisi yg tetap memiliki keuntungan yg sedikit untuk bertahan di jangka waktu yang lama.
2.) Terbuka atas Pengalaman-pengalaman
Lebih terbuka terhadap pengalaman, memilih mensibolisasikan pengalaman itu scr akurat drpada melakukan distorsi/penyangkalan, dan mau menerima stimulus-stimulus baik dari diri maupun lingkungan.
3.) Kepercayaan atas Diri Orgasnismik Sendiri
Tdk mengandalkan orang lain utk mengarahkan mereka, menyadari bhw pengalaman adalah kriteria terbaik dlm mengambil keputusan. Tdk terikat peraturan, namun mampu melihat hak & perasaan orang lain sbg pertimbangan utk mengambil keputusan.
4.) Kehidupan Eksistensial
Yang berarti “hidup sepenuhnya pada masa sekarang”, menerima pengalaman tanpa prasangka , melihat perubahan sebagai sesuatu yang baru dan unik dan mampu mengapresiasikan sepenuhnya di masa sekarang.
5.) Memiliki Hubungan Harmonis
Tampil apa adanya, jujur, tanpa kebohongan dan kepalsuan terhadap orang lain. Mereka peduli terhadap orang lain, daan cenderung mendambakan kehidupan spiritual dan rasa damai dalam diri.
6.) Lebih Terintegrasi
Lebih bebas mengekspresikan apapun perasaan yang mereka alami. Percaya bahwa masa depan tergantung dirinya, melihat banyak pilihan dlm hidup, dan mampu melakukan apa saja yang ingin dia lakukan.
7.) Kepercayaan pada Kemanusaiaan
Tidak akan menyakiti orang lain demi kepantingan pribadi, peduli kepada orang lain dan akan siap membantu jk dibutuhkan.
8.) Lebih Menikmati Kekayaan Hidup
Tidak menahan emosi sehingga mampu merasakan sesuatu lebih dalam dari orang lain. Mampu berpartipasi lebih baik pada setiap kejadian.
Kondisi Terapis :
Rogers (1959) mengasumsikan bahwa agar suatu perkembangan terapeutik dapat terjadi, beberapa kondisi berikut dianggap perlu, yaitu :
1.) Kongruensi Konselor
~ terapis yang utuh dg segala perasaannya, terbuka dg pengalaman klien, dan mampu mengekspresikannya dlm kesadaran
~ Rogers menyatakan bahwa terapis akan lebih efektif apabila mereka berkomunikasi dg perasaan yg jujur walau perasaan tsb negatif atau mengancam
~ terapis tdk harus selalu kongruen, namun semakin klien melihat kongruen sbg karakteristik terapis, akan semakin berhasil proses terapinya
2.) Penerimaan Positif Tidak Bersyarat
~ sikap seorang terapis yang hangat, positif, dan mau menerima klien apa adanya tanpa keraguan akn perlaku kilen dan terapis harus scr aktif terlibat dlm hubungan dengan klien
3.) Mendengarkan Secara Empati
~ terapis bisa merasakan perasaan dari klien dan mampu mengkomunikasikannya kpd klien
~ empati efektif karena membuat klien dpat mendengarkan diri mereka sendiri dan pada akhirnya menjadi terapis bagi dirinya sendiri
Kritik :
>>Meski telah banyak menghasilkan penelitian terutama dalam ranah psikoterapi dan pembelajaran ruang kelas, namun tidak terlalu banyak penelitian di luar area tersebut dapat dihasilkan dari teori Rogers sehingga teori ini kurang mampu memancing aktivitas penelitian dalam ruang lingkup psikologi secara umum.
>>Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Selain itu, Rogers juga mengabaikan aspek-aspek ketidaksadaran dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan orientasi masa depan, bukan pada pengalaman masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang dapat menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
sumber :
- Feist, J dan Feist, G.J. 1998. Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta : Salemba Umanika
- Myloveine's Blog
- Novira08's Weblog
- http//blog.kenz.co.id
Bagus Dek, teruskan ya, lumayan ni, jadi bisa belajar psikologi, gratis
BalasHapusyups, sukron mb', insyAllah. Semoga bermanfaat.. ^_^
BalasHapus