Salah satu prinsip perkembangan adalah bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya. Pada setiap fase perkembangan ditandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan tertentu yang seyogyanya dapat dituntaskan oleh setiap individu.
Tugas–tugas perkembangan ini berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin Syamsuddin Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa: “A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task”..
Kesimpulan dari berbagai sumber, tugas-tugas perkembangan pada masa Dewasa Dini menurut Havighurst adalah :
1.Mulai mencari pasangan hidup (sudah menikah)
2.Belajar hidup dengan pasangan (menjalani kehidupan suami-istri)
3.Mulai membina rumah tangga yang baik (memiliki keluarga harmonis)
4.Mampu dan mandiri terutama dalam hal finansial (sudah bekerja)
5.Mulai belajar mengasuh anak-anak (menjadi orang tua)
6.Menjadi warga negara yang bertanggung jawab (dewasa)
7.Sudah memiliki kelompok sosial yang sesuai (hidup bermasyarakat)
Dari rangkuman tugas perkembangan Havighurst ini, ketujuh tugas memang sepatutnya untuk dimiliki oleh individu Dewasa Dini yang berusia 20-40 tahun. Inti dari tugas perkembangan adalah untuk mendewasakan individu yang menjalaninya sehingga mampu hidup di lingkungan dengan baik dan layak. Dengan memenuhi semua tugas perkembangan ini diharapkan individu mampu menjalani kehidupan di masyarakat dengan kualitas sifat atau kepribadian yang juga sesuai harapan masyarakat.
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambah pula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara dan penuh gejolak, ke masa yang menuntut akan tanggung jawab yang semakin banyak. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:
- Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas.
- Kemandirian vs tidak mandiri.
- Sukses meniti jenjang pendidikan / karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan / karir.
- Menikah vs tidak menikah / terlambat menikah.
- Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri dari lingkungan sosial.
Tugas perkembangan dewasa dini menurut Huvighurst ini sebenarnya cukup berkualitas untuk diterapkan di Indonesia, hanya saja tidak semua individu mampu dan mau menjalani tugas-tugas perkembangan tersebut. Faktor-faktor penghambat baik faktor internal yaitu dalam diri individu terkait maupun faktor eksternal yaitu dari lingkungan (fisik ataupun sosial) individu.
Lima masalah yang telah dicantumkan di atas sudah cukup menjadi gambaran bahwa untuk menjalani tugas perkembangan tidaklah mudah. Terlebih di Indonesia, masalah-masalah tersebut seringkali terjadi pada beberapa individu remaja maupun dewasa awal. Faktor internal individu berupa kesiapaan dan kedewasaan diri menjadi sesuatu yang sangat penting untuk menyelesaikan tugas perkembangan ini terutama dalam hal menikah, bekerja, serta mampu berperan di masyarakat.
Contoh, dakalanya individu sudah mapan /mandiri secara finansial namun secara mental belum siap untuk menikah. Pekerjaan juga demikian, karena mungkin merasa telah terpenuhi kebutuhannya dari orang lain (orang tua), maka keengganan untuk bekerja muncul. Dalam hal mengambil peran di masyarakat atau hidup bermasyarakat pun demikian, tidak semua individu mampu mengambil peran di masyarakat terlebih individu yang hidup di perkotaan yang lebih cenderung individualis.
Begitu pula dalam hal kegagalan dalam pendidikan dan karir juga banyak terjadi. Tidak semua orang Indonesia bekerja sesuai bakat/minatnya, tidak semua yang bekerja memiliki bakat, tidak semua bisa mendapat pekerjaan, bahkan tidak semua orang Indonesia bisa menyelesaikan pendidikan wajibnya (SD,SMP,SMA). Hal ini tak lepas dari faktor-faktor seperti mahalnya pendidikaan di Indonesia, terbatasnya lapangan pekerjaan, serta kurangnya kualitas skill atau tidak adanya skill khusus yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Masalah-masalah seperti kekaburan identitas, ketidakmadirian, serta menarik diri dari lingkungan sosial yang melanda orang-orang dewasa dini Indonesia sebenarnya adalah permasalahn individu, namun hal ini juga tak akan lepas dari faktor eksternal yang berupa lingkungan baik fisik ataupun lingkungan sosial di Indonesia.
Kemerosotan moral, banyaknya kenakalan remaja, pola asuh orangtua yang salah, pengaruh buruk teman sebaya, pengaruh negatif media baik elektronik maupun cetak, serta hal-hal buruk lain yang mempengaruhi pada masa anak hingga remaja akhirnya berdampak pada masa dewasanya.
Lingkungan fisik seperti tempat tinggal yang bersih vs tempat tinggal kumuh yang masih banyak di perkotaan Indonesia, lingkungan yang Islami vs lingkungan sarang maksiat (contoh : prostitusi, judi/miras, dll), dan kondisi lingkungan fisik yang lain bagaimanapun akan mempengaruhi apakah individu dewasa dini mampu menjalani semua tugas perkembangan tersebut, sebagian saja, atau bahkan tidak mampu menjalani sama sekali.
Demikian pula dengan kondisi Indonesia yang sedang mengalami krisis ekonomi, terbatasnya lapangan pekerjaan, dan banyaknya pengangguran turut serta berperan akan keberhasilan individu dewasa dini menjalani tugas-tugas perkembangannya yang berupa sudah menikah, memiliki keluarga yang harmonis, bekerja sesuai minatnya, menjadi orangtua yang biak, bertanggung jawab sebagai warga negara, serta bermanfaat bagi masyarakat.
Tugas-tugas perkembangan ini rasanya tidak mustahil bisa direalisasikan di Indonesia. Untuk itulah dibutuhkan kerjasama dari semua pihak baik masyarakat ataupun pemerintah demi terwujudnya masyarakat yang harmonis dan ideal, yaitu dengan jalan bekerjasama mencari akar permasalahan yang sebenarnya serta mencari solusi yang tepat dan sesuai norma untuk bisa diterapkan.
Terakhir, sedikit tambahan. Beberapa Tugas Perkembangan Dewasa Dini menurut saya yang mungkin cocok untuk diterapkan bagi masyarakat Indonesia adalah :
- Mampu menjalankan ibadah agamanya secara rutin dan tepat waktu
- Memiliki skill, kemampuan, atau ketrampilan khusus
- Memiliki pekerjaan tetap dan memiliki tabungan
- Sudah siap (fisik, mental, dan finansial) untuk menikah
- Belajar membina keluarga yang sakinah, mawadah, dan rohmah
- Mulai memiliki anak dan mampu mendidik dengan baik
- Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
- Mampu bersosialisasi dan memiliki peran di masyarakat (bermanfaat untuk masyarakat atau lingkungan tempat tinggal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar