"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Minggu, 18 Maret 2012

Belajar dari Cumi-cumi




Hewan bertulang belakang adalah makhluk di bumi yang mampu berlari paling cepat, berenang paling baik dan terbang paling jauh. Semua ini karena keberadaan kerangka yang terbuat dari bahan keras dalam tubuh mereka, misalnya berupa tulang-belulang yang kokoh. Tulang berfungsi sebagai penyangga kuat bagi otot-otot yang menegang dan mengendur, yang melakukan gerakan terus-menerus melalui persendian yang dapat berputar.

Hewan tak bertulang belakang bergerak dengan kecepatan lebih rendah dibanding hewan bertulang belakang. Ini dikarenakan struktur tubuh mereka yang tidak bertulang. 

Meski disebut sebagai ikan, cumi-cumi termasuk hewan tak bertulang belakang yang tidak memiliki tulang dalam tubuhnya. Namun, mereka mempunyai kemampuan gerak luar biasa berkat adanya system yang sangat unik pada tubuhnya. Tubuh lunak cumi-cumi tertutupi oleh lapisan jaket tebal. Di bawah lapisan ini, air disedot dan disemburkan keluar oleh otot-otot kuat, sehingga menjadikannya mampu bergerak mundur.

Mekanisme pada cumi-cumi sangatlah rumit. Pada kedua sisi kepalanya terdapat lubang mirip kantong. Air disedot melalui lubang ini dan masuk ke dalam rongga berbentuk tabung atau silinder dalam tubuhnya. Lalu ia menyemburkankan air ini keluar dengan tekanan tinggi melalui sebuah pipa kecil yang terletak persis di bawah kepalanya, sehingga ia dapat bergerak cepat dalam arah berlawanan akibat gaya reaktif, yakni gaya dorong yang berlawanan arah dengan arah semburan air.

Teknik berenang cumi-cumi memiliki kecepatan dan daya tahan yang sangat sesuai untuknya. Cumi-cumi Jepang bernama Todarodues pacificus, dalam migrasinya yang berjarak 1250 mil (2000 km), bergerak dengan kecepatan sekitar 1,3 mph atau 2 km/jam. Untuk jarak dekat, ia mampu mempercepatnya hingga 7 mph (11 km/jam). Bakan beberapa spesies diketahui mampu melampaui kecepatan 19 mph (30 km/jam).

Cumi-cumi meloloskan diri dari musuh dengan gerakan sangat cepat akibat kontraksi otot yang cepat tersebut. Jika gerakan cepat saja tidak cukup, awan tinta pekat dan gelap dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sehingga musuh terkejut untuk beberapa saat. Ini memberikan waktu yang cukup bagi cumi-cumi yang tak terlihat di belakang awan tinta untuk segera meninggalkan tempat dan meloloskan diri.

Sistem pertahanan dan cara berenang reaktif cumi-cumi juga bekerja selama berburu. Mereka dapat menyerang dan mengejar musuh dengan kecepatan tinggi. Sistem saraf yang sangat rumit mengatur penegangan dan pengenduran otot yang diperlukan selama berenang. Oleh karenanya, sistem pernapasan mereka juga pastilah sempurna, sehingga memungkinkan kerja metabolisme tubuh yang prima yang diperlukan bagi sistem pancaran air (propulsi jet) pada cumi-cumi.

Cumi-cumi bukanlah satu-satunya binatang yang berenang dengan sistem reaktif. Gurita juga menggunakan sistem ini. Namun, gurita bukanlah perenang sejati, ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan berjalan melintasi bebatuan dan lembah curam di laut dalam.


Kulit bagian dalam gurita tersusun atas banyak lapisan otot yang saling bertumpukan. Otot ini dikelompokkan menjadi tiga jenis: longitudinal, sirkular dan radial. Susunan otot yang saling memperkuat dan saling menyeimbangkan ini memungkinkan gurita melakukan beragam gerakan.

Ketika menyembur air keluar, otot sirkular mengerut searah panjangnya. Namun, sifat volumenya yang cenderung tetap menyebabkan otot tersebut melebar, dan ini biasanya menjadikan tubuh gurita memanjang. Akan tetapi, otot longitudinal mencegah pemanjangan ini. Otot radial tetap dalam keadaan terentang selama peristiwa ini terjadi sehingga lapisan jaket menebal. Setelah air disemburkan, otot radial mengerut dan memendek, sehingga menyebabkan lapisan jaket menipis, dan rongga jaket pun terisi air kembali.

Sistem otot pada cumi-cumi hampir menyerupai gurita. Tetapi ada satu perbedaan: cumi-cumi memiliki lapisan urat otot yang disebut mantel sebagai ganti otot longitudinal pada gurita. Mantel ini terdiri dari dua lapisan yang menutupi bagian luar dan dalam tubuhnya, seperti halnya otot longitudinal. Di antara kedua lapisan ini adalah otot sirkular. Otot radial terletak di antara lapisan otot sirkular, dalam posisi tegak lurus.

Terdapat pula desain sempurna tanpa cacat pada sistem perkembangbiakan cumi-cumi. Telurnya memiliki permukaan lengket yang memungkinkannya menempel dan menggantung pada rongga atau gua-gua di kedalaman lautan. Embrio cumi-cumi mendapatkan sari makanan yang telah tersedia dalam telur hingga saat menetas.

Embrio melubangi kulit penutup telur dengan menggunakan organ kecil mirip sikat pada bagian ekornya. Organ ini segera hilang setelah telur menetas. Setiap bagian terkecil dari system perkembangbiakan cumi-cumi telah dirancang dan berfungsi sebagaimana tujuan perancangannya. Semua penciptaan menakjubkan ini tak lain adalah perwujudan ilmu Allah yang tak terbatas.

“Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.” (QS. Al-Jaatsiyah, 45:4)


Sumber: Berfikirlaah Sejak Anda Bangun Tidur, Harun Yahya, Global Media

Jumat, 16 Maret 2012

Hati-hati, "Labeling" pada Anak





Bodoh sekali sih kamu, begitu saja salah, tidak bisa……
Aduh anak saya ini loh pemalu sekali……..
Dasar anak bandel……….

Beberapa orangtua pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas, beberapa orangtua yang lain mungkin pernah mendengar (dan mengucapkan) versi-versi lain dari kalimat sejenis. Versi-versi lain itu bisa kalimat negatif seperti contoh-contoh di atas dan bisa juga kalimat-kalimat positif yang berisi pujian tentang kehebatan-kehebatan anaknya.

Orangtua yang "sempurna" dan sulit menerima kesalahan dan kekurangan, mungkin akan lebih banyak mengatakan kalimat-kalimat negatif, orangtua yang "adil" mungkin pernah mengatakan kedua jenis kalimat tersebut tergantung keadaan anak, sementara orangtua lain yang selalu berpikir positif dan hanya mau melihat hal-hal positif pada anaknya mungkin hanya mengatakan kalimat-kalimat positif.  Semua itu disebut sebagai labeling.

Labeling

Labeling adalah proses melabel seseorang. Label, menurut yang tercantum dalam A Handbook for The Study of Mental Health, adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu persatu.

Dampak Terhadap Anak

Dalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran tersebut menyatakan "seseorang yang diberi label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akan menjadi devian".

Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut "anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel". Atau penerapan lain "anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh". Kalau begitu mungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar".

Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita berikan. Misalnya, seorang anak yang diberi label bodoh cenderung tidak diberikan tugas-tugas yang menantang dan punya tingkat kesulitan di atas kemampuannya karena kita berpikir , "ah dia pasti tidak bisa kan dia bodoh, percuma saja menyuruh dia".

Karena anak tersebut tidak dipacu akhirnya kemampuannya tidak berkembang lebih baik. Kemampuannya yang tidak berkembang akan menguatkan pendapat/label orangtua bahwa si anak bodoh. Lalu orangtua semakin tidak memicu anak untuk berusaha yang terbaik, lalu anak akan semakin bodoh. Anak yang diberi label negatif dan mengiyakan label tersebut bagi dirinya, cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. 

Dengan ia bertindak sesuai labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini menjadi siklus melingkar yang berulang-ulang dan semakin saling menguatkan terus-menerus.

Dalam buku Raising A Happy Child, banyak ahli yang setuju, bahwa bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya. Anak yang memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa percaya dan memandang dunia sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan-kebutuhannya akan terpenuhi. Sementara anak yang merasa dirinya tidak berharga, tidak dicintai akan cenderung memilih jalan yang mudah, tidak berani mengambil resiko dan tetap saja tidak berprestasi.

Bagi banyak orang (termasuk anak-anak) pengalaman mendapatkan label tertentu (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh penolakan yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan berinteraksi, mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negatif terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya.

Saran Bagi Orangtua

Adalah penting bagi anak untuk merasa bahwa dirinya berharga dan dicintai. Perasaan ini diketemukan olehnya lewat respon orang-orang sekitarnya, terutama orang terdekat yaitu orangtua. Kalau respon orangtua positif tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya. Tetapi, adakalanya sebagai orangtua, tidak dapat menahan diri sehingga memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak.

Walaupun sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk dengan respon-responnya, namun tanpa disadari hal-hal yang dikatakan orangtua dan bagaimana orangtua bertindak, masuk dalam hati dan pikiran seorang anak dan berpengaruh dalam kehidupannya.

Beberapa saran bagi orangtua:

1. Berespon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan kepribadiannya. Kalau anak bertindak sesuatu yang tidak berkenan di hati, jangan berespon dengan memberikan label, karena melabel berarti menunjuk pada kepribadian anak, seperti sesuatu yang terberi dan tidak bisa lagi diperbaiki.

Contoh: Kalau anak tidak berani menghadapi orang baru, jangan katakan "Aduh kamu pemalu sekali", atau "Jangan penakut begitu dong Nak", tetapi beresponlah "Tidak kenal ya dengan tante ini, jadi tidak mau menyapa. Kalau besok ketemu lagi, mau ya menyapa, kan sudah pernah kenalan". Kalau anak nakal (naughty), jangan katakan bahwa dia nakal tapi katakan bahwa perilakunya salah (misbehave).

Anak-anak sering berperilaku salah, selain karena mereka memang belum mengetahui semua hal yang baik-buruk; benar-salah; boleh-tidak boleh, mereka juga suka menguji batas-batas dari orangtuanya. Misalnya, kakak merebut mainan adik, katakan "Kakak, merebut mainan orang lain itu salah, tidak boleh begitu. Kalau main sama adik gantian ya" (dan bukan mengatakan "Kakaaaaak, nakal sekali sih merebut mainan adiknya"). Dengan demikian tidak ada pesan negatif yang masuk dalam pikiran anak, dan bahkan anak didorong untuk mau bertindak benar di waktu berikutnya.

2. Gunakan label untuk kepentingan pribadi orangtua. Sebenarnya melabel tidak selamanya buruk, asalkan label tersebut digunakan orangtua untuk dirinya sendiri, agar lebih memahami dinamika perilaku anak. Misalnya, "Anakku A lebih bodoh daripada anakku B". Tapi label tersebut tidak dikatakan di depan anak, "A kamu itu kok lebih bodoh ya daripada adikmu si B".

 Dengan mengetahui dinamika anak lewat label yang ada dalam pikiran orangtua sendiri, hendaknya orangtua menggunakan label tersebut untuk menyusun strategi selanjutnya, agar kekurangan anak diperbaiki. Misalnya, setelah mengetahui A lebih bodoh daripada B, maka orangtua memberikan lebih banyak waktu untuk mengajarkan sesuatu dan mempersiapkan diri untuk lebih sabar jika menghadapi A.

3. Menarik diri sementara jika sudah tidak sabar. Adakalanya orangtua sudah tidak sabar dan inginnya melabel anak, misalnya "Heeeeh kamu goblok banget sih, 1 + 1 saja tidak bisa-bisa". Jika kesabaran sudah diambang batas, sebelum kata-kata negatif keluar, ada baiknya orangtua menarik diri sementara dari anak, time off.  Katakan pada anak, "Papa sudah lelah,  mungkin kamu juga sudah lelah. Kita istirahat dulu, nanti belajar lagi sama-sama. Siapa tahu setelah istirahat kita berdua lebih berkonsentrasi dan semangat belajar".

Bagaimana cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan-kekurangan anak akan sangat berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya. Oleh karena itu orangtua harus sangat berahti-hati dan mempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan kepada anaknya. Mulutmu harimaumu, begitulah kata pepatah, yang  dalam hal ini mulut orangtua  bisa menjadi harimau bagi anak. Penting sekali orangtua selalu berkata-kata positif tentang anak, agar anak jadi berpikir positif tentang dirinya dan bertumbuh dengan harga diri yang tinggi dan perasaan dicintai dan diterima.(jp)


sumber : epsikologi.com


Minggu, 11 Maret 2012

Yuks, Ketawa Sejenak ^_^ (Seri Psikolog/Psikiater RSJ)





Lembaga penelitian gangguan jiwa

Di sebuah taman kota, Supri dan Ningsih seang duduk di kursi sambil bermesraan,

Aku kangeeen... banget ama kamu , Ning. Udah dua bulan terakhir aku sibuk banget ama kerjaanku,” Supri mengungkapkan uneg-uneg di hatinya kepada Ningsih

Eh, iya emang kerjaan kamu sebenarnya di mana sih?” tanya Ningsih penasaran.

Di Lembaga Penelitian Gangguan Jiwa, sayang,” kata Supri

Waw, lalu apa kerjaannya di sana?”, tanya Ningsih

Gak ngapa-ngapain kok,” jawab Supri santai

Lho? Kok gitu?” Ningsih heran

Iya, aku emang gak ngapa-ngapain. Mereka yang melakukan penelitian pada diriku.” kata Supri dengan bangganya.



Buktikan Tarif Gak Murahnya

Sebuah obrolan kecil antara Supri dan Psikolog terjadi di ruang periksa.

Supri : “Apakah benar bahwa Anda adalah Psikolog paling hebat di kota ini?

Psikolog : “Ya, Anda benar.”

Supri : “Berapa tarif yang harus saya bayar kepada Anda?

Psikolog : “Lima ratus ribu rupiah untuk tiga kali pertanyaan. Oke, apa pertanyaan ketiga Anda?

Supri : (pingsan)



Nelen Kambing

Supri yakin bahwa dirinya telah menelan seekor kambing hidup. Psikiaternya sudah mencoba meyakinkan Supri kalau itu tak mungkin terjadi.

Tapi, Supri tetap bersikeras bahwa dia telah menelan seekor kambing. Untung psikiaternya mendapat akal untuk menyembuhkan Supri. Ia pura-pura melakukan operasi, dan membius Supri hingga pingsan. Saat Supri siuman, Psikiater itu meletakkan seekor kambing di sampingnya.

Pak Supri, saya sudah sukses mengeluarkan kambing yang Anda telan kemarin. Ini kambingnya,” kata Psikiater dengan wajah puas.

Tapi, Dok, itu bukan kambing yang saya telan kemarin!! Kambing yang saya telan kemarin warnanya hitam. Lah, kambing yang berhasil Anda keluarkan ini warnanya putih..!!” protes Supri.

Sang Psikiater pun frustasi....




Hanya Gila, bukan Bego


Supri lagi kena masalah di jalan. Saat sedang menyetir di depan sebuah rumah sakit jiwa, ban mobilnya mendadak kempes. Ia lalu mencoba mengganti ban kempes itu dengan ban baru. 


Saat mau memasang ban baru, keempat skrup yang digunakan sebagai pengunci roda tak sengaja terjatuh ke dalam got. Wah, bagaimana bisa memasang roda bila tak ada skrup. Supri sangat cemas dan kebingungan. Tapi untungnya ada seorang pasien RSJ yang memberikan ide kepada Supri.


"Hey, ambillah masing-masing satu sekrup dari tiap roda di mobilmu untuk memasang roda, lalu kemudian pelan-pelan jalanlah sampai tiba di bengkel terdekat untuk beli skrup baru."


Supri keheranan dengan petunjuk. "Wah Anda pintar! Tapi, kenapa Anda bisa dirawat di rumah sakit ini?"


Dengan santai pasien itu menjawab, "Saya dirawat di sini karena gila, bukan karena bego kayak kamu."


Supri pun terdiam dengan sukses....




Ikan Dalam Baskom


Pagi itu, Bambang, satpam suatu R.S.J sedang berkeliling ke bangsal-bangsal. Saat itu ia melihat Supri, salah satu pasien di sana sedang duduk sambil memegang pancing dengan kail yang tercelup di baskom kecil di depannya. Bambang mencoba menyapa dan mengajak Supri ngobrol.


"Udah dapet ikan berapa ekor, Pri?"


Dengan malas, Supri menjawab, "Hmm... berapa ekor ikan katamu? Dari sebuah panci?? Kau pasti sudah gila..!!!"


Bambang hanya bisa terdiam dengan kelu... 


sumber : Kualat Gado-Gado (gagal dokter gara-gara dodol), Alis Susanto (nama-nama di atas hanya fiktif belaka, jangan dianggep guyon lho ya (lha..!!?), hehe..)


Jumat, 09 Maret 2012

Belajar dari Komik Jepang # 2





Selain sepenuhnya hidup di dunia yang nyata tapi fana ini, terus sebagian kecil saja hidup nyempret di dunia maya, em..., ada satu lagi dunia yang belum bisa saya lepas dari kehidupan ini adalah dunia komik. Komik, komik, komik dan komik (bukan nama obat lho ya), entah mengapa ini kata masih begitu kental di pikiran saya. Yups, walau saya tak pandai menggambar (eh.., emang ada yang nanya ya..!?), saya tetap suka membaca and melihat gambar-gambar komik, apapun judulnya.

Nggak ada alasan khusus sih, cuma bagaimanapun lewat komik-komik ini juga sedikit banyak saya belajar tentang kehidupan. Bagaimana menyikapi masalah, mempertahankan prinsip dan tekad, cara menghargai dan melindungi orang lain, dan berbagai falsafah hidup lainnya. Ya, itulah setidaknya yang tergambar selama ini di sanubari saya (oh.., co cwuiiit..!! haha).

Next, dahulu kala (setelah Jusuf kala pastinya) pernah saya share hal serupa tentang ini dengan judul belajar dari komik Jepang. Waktu itu isi nya tentang beberapa scane dari komik yang berjudul Liar Game. Yups, kali ini akan saya share lagi tentang salah satu scane dari komik no 1 di dunia saat ini. Ada yang tau komik apa-an..?! Ya.., dialah sang ninja legendaris di dunia, Narto eh.. NARUTO (hehe.., duh maap salah tulis, secara hampir sama gitu lho..!!)

Sedikit prolog, Naruto adalah cerita tentang ninja. Karena ceritanya begitu puaaanjuaaang, intinya Naruto ini adalah ninja yang cita-citanya pingin jadi Hokage. Bagi yang belon tahu, Hokage itu presdir nya para ninja. Para ninja yang ada di desa Konohagakure tentunya. Nah, desa Konoha sendiri ada di timurnya kampung Sogaten, selatannya kali Kleco (hehe.., klo yang ini ceritanya ngaco ding). 

So.., gambar-gambar di bawah adalah scane terbaik yang pernah saya lihat di salah satu chapter komik Naruto. Scane yang sempat membuat saya cukup merinding dan lumayan terharu juga dengan kata-katanya. Langsung saja ya, thiiiis iiiis iiiit.

Gambar ini berkisah saat terjadi perang dunia Ninja antara aliansi Ninja melawan buronan nomor wahid. Ceritanya, si Itachi (temannya Naruto) punya rencana kepingin melawan Edo Tenseinya Kabuto (biang kerok ini perang critanya) dan menyerahkan musuh lainnya pada Naruto. Namun, karena merasa semua beban ada di pundaknya, maka lihat apa yang dikatakan Naruto :


Meski telah dinasehati Bee dan Itachi, namun Naruto bersikeras untuk menyelesaikan semuanya sendiri. Ya, bagi saya ini adalah gambaran perasaan tanggung jawab dari Naruto yang sangat tulus, namun kurang tepat saja jika terlalu memaksakan. Itachi pun menunjukkan ekspresi kecewanya :


Akhirnya Itachi pun angkat bicara untuk menasehati Naruto. Nasihat yang begitu tepat dan dikatakan disaat yang tepat. Nasihat yang luar biasa menurut saya. So, silakan anda lihat sendiri dan jangan lupa untuk diresapi ya..!! (Oia, klik gambar untuk nggedein biar jelas):









Kesimpulan :

Sob, seperti yang dikatakan Itachi, “seberapa kuat dirimu, jangan pernah menanggung semuanya sendirian, niscaya kamu akan gagal”. Dan juga, “Bukan karena dia menjadi Hokage maka semua mengakuinya, namun karena dia diakui, maka dia mampu menjadi Hokage”

Jujur, ini nasihat yang penting juga untuk kita, bahwa kita tak akan pernah bisa berhasil tanpa campur tangan orang lain. Semakin besar kesuksesan yang kita raih, maka semakin banyak pula orang-orang yang ikut terlibat mewujudkan kesuksesan itu. Jangan pernah merasa sendiri kawan, karena selalu dan pasti akan ada teman disamping kita.

Yups, kita pun diakui orang lain bukan semata karena kemampuan kita saja, namun karena ada  orang lain yang peduli kepada kita. So, jangan pernah lupakan teman-teman dan orang-orang yang sudah setia disamping kita. Pun jangan lupa juga untuk selalu bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan orang-orang hebat ini disekitar kita.


Siiip, demikian kawan cerita singkat dari saya. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi anda semua. And terakhir, special buat bang Itachi dari hati yang paling dalam : 'gua suka gaya loe', hehe.. Yooo..., hamasah, semangat, and ganbatte kudesai..!! Bye..bye.. To be continue..



Kamis, 08 Maret 2012

Ajaibnya Tulang Ekor Kita




Dalam beberapa artikel, dituliskan bahwa tulang ekor merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang tidak memiliki fungsi sama sekali. Namun, tahukah anta bagaimanakah hakikat tulang ini dalam Islam? 

Sejumlah hadist Nabi menyebutkan bahwa tulang ekor (ajb adz-dzanab) merupakan benih dasar yang menjadi titik tolak penciptaan manusia sewaktu dalam proses pembentukan janin. Tulang ekor ini akan tetap utuh meski seluruh tubuh telah hancur lebur dimakan tanah. Tulang ekor inilah yang menjadi benih dihidupkannya kembali manusia pada hari kebangkitan. Nabi saw bersabda:

لَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَىْءٌ إِلاَّ يَبْلَى إِلاَّ عَظْمًا وَاحِدًا وَهْوَ عَجْبُ الذَّنَبِ ، وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat. (HR. al Bukhari, nomor 4935).

Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2955),

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْب َ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيهِ يُرَكَّبُ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda, Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali.


 Ilmuwan Jerman, Hans Spemann, dan kawan-kawan, dalam uji eksperimennya yang dilakukan pada 1931-1935, secara ilmiah berhasil membuktikannya. Dalam uji cobanya itu, tim ilmuwan ini melakukan penumbukan tulang ekor dan perebusan tulang ini pada suhu panas dan dalam jangka waktu yang panjang. Lalu, tulang yang telah ditumbuk dan direbus itu ditransplantasikan ke dalam embrio-embrio lain.

Hasilnya fantastis, tulang ekor ini tetap dapat tumbuh dan membentuk poros janin. Mereka menyimpulkan, bahwa sel-sel tulang ekor ini tidak dapat dimusnahkan sama sekali, meski dengan penumbukan maupun pendidihan sekalipun. Penemuan ilmiah ini mengantarkan Hans Spemann meraih hadiah Nobel pada tahun 1935. Menariknya, Spemann belum pernah mengetahui sama sekali hadist Nabi di atas. Subhanallah.!


sumber : Hidayah (edisi 70), www.oaseimani.com