"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Jumat, 31 Oktober 2014

Keterampilan Sosial, Definisi & Manfaatnya Untuk Terapi


  
Definisi keterampilan sosial
Ketrampilan sosial meliputi ketrampilan-ketrampilan memberikan pujian, mengeluh karena tidak setuju terhadap sesuatu hal, menolak permintaan orang lain, tukar pengalaman, menuntut hak pribadi, memberi saran kepada orang lain, pemecahan konflik atau masalah, berhubungan atau bekerja sama dengan orang lain yang berlainan jenis kelamin, berhubungan dengan orang yang lebih tua dan lebih tinggi statusnya, dan beberapa tingkah laku lain sesuai dengan ketrampilan yang tidak dimiliki oleh klien (Michelson, dkk. 1985). Pelatihan ketrampilan sosial ini diberikan berdasarkan tingkah laku apa saja yang akan diubah dari individu yang bersangkutan (Bulkeley dan Cramer, 1990).

Ketrampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki sejak dini agar individu tersebut sebagai makhluk sosial yang selalu terus menerus berinteraksi. Ketrampilan sosial ini tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, namun merupakan imitasi dan pembiasaan dari lingkungan terdekat anak. ketrampilan sosial perlu dibiasakan sejak dini karena anak akan membawa kebisaannya tersebut hingga dewasa.

Ada banyak pelatihan ketrampilan psikologik yang dikemukakan oleh Goldstein (1981), yaitu pelatihan pemecahan masalah yang kreatif, pelatihan asertivitas, pelatihan wawancara pekerjaan, dan pelatihan ketrampilan sosial. Pada prinsipnya pelatihan ketrampilan psikologik ini dapat dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu:
(1) Modelling, yaitu tahap penyajian model yang dibutuhkan peserta pelatihan secara spesifik, detil, dan sering.
(2) Role playing, yaitu tahap bermain peran di mana peserta pelatihan mendapat kesempatan untuk memerankan suatu interaksi sosial yang sering dialami sesuai dengan topik interaksi yang diperankan model.
(3) Performance feedback, yaitu tahap pemberian umpan bahk. Umpan balik ini harus diberikan segera setelah peserta pelatihan mencoba agar mereka yang memerankan tahu seberapa baik ia menjalankan langkah-langkah pelatihan ini.
(4) Transfer training, yaitu tahap pemindahan ketrampilan yang diperoleh individu selama pelatihan ke dalam kehidupan sehari-hari.


Pelatihan ketrampilan sosial untuk terapi kesulitan bergaul
Pelatihan ketrampilan sosial diberikan kepada individu yang mengalami kelemahan dalam beberapa ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial yang sering dikeluhkan individu antara lain tidak mampu melakukan komunikasi dengan baik, tidak memiliki ketrampilan sosial, baik secara implisit maupun eksplisit. Oleh karena itu Michelson, dkk. (1985) mengemukakan bahwa pelatihan ketrampilan sosial dirancang untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan sosial individu.

Sebagaimana pelatihan-pelatihan ketrampilan psikologik lainnya, pelatihan ketrampilan sosial mulai dikembangkan pada awal tahun 1970-an. Pendekatan ini ber-anggapan bahwa individu berada dalam 'masa belajar' dan bukan sebagai klien yang membutuhkan terapi. Pelatihan ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa yang dihadapi adalah seorang yang kekurangan dan kemampuan yang lemah, padahal kemampuan ini dibutuhkan untuk dapat hidup secara efektif dan memuaskan.

Dalam pelatihan ketrampilan sosial disajikan beberapa model atau contoh tingkah Iaku. Subjek atau klien diminta untuk mengobservasi, kemudian menirukan tingkah laku tersebut. Jadi dalam pelatihan ketrampilan sosial terkandung prinsip-prinsip belajar sosial seperti yang dikemukakan Bandura (dalam Hergenhahn, 1976). Individu melihat, mengobservasi, kemudian menirukan tingkah laku yang diajarkan tersebut. Apabila individu berhasil menirukan tingkah laku tersebut, pelatih akan memberikan pengukuh.

Tugas pelatih dalam pelatihan ini bukanlah membuat interpretasi, refleksi atau memberikan satu pengukuhan saja, tetapi secara aktif pelatih sengaja mengajarkan peri-laku yang diinginkan. Pelatih bukan melakukan intervensi seperti dalam melakukan psikoterapi, tetapi cenderung pada pelatihan. Arah pelatihan ketrampilan ini tertuju pada mengajarkan perilaku yang spesifik, bukan nilai, sikap, ataupun insight dan merupakan pendekatan perilaku yang dirancang untuk mengembangkan tindakan yang terlihat.

Selama kurang lebih lima tahun sejak tahun 1957 Suchman, (Rowe, 1978) yang sudah mempelajari sikap inkuiri pada siswa sekolah dasar menyatakan bahwa siswa  tidak terbiasa mendapat latihan mengajukan pertanyaan, dan jika mengajukan pertanyaan biasanya cenderung kurang berindikasi untuk menyelidiki.  Selama ini pertanyaan siswa tidak saling berkaitan dan siswa sangat jarang dapat mengemukakan gagasannya (Rowe, 1978).

Menurut Abimanyu (Marli, 2002) ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang berani mengajukan pertanyaan  pada saat berlangsung pembelajaran :
>>Pertama, telah berakarnya kebiasaan mengajar dengan menggunakan metode berceramah sehingga guru terlalu dominan dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi.
>>Kedua, latar belakang kehidupan siswa  dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak terbiasa mengajukan pertanyaan dan gagasan.
>>Ketiga, adanya perasaan sungkan bertanya balik terhadap guru maupun teman.
>>Keempat, siswa tidak menguasai materi sehingga tidak tahu apa yang harus ditanyakan.
>>Kelima, siswa takut salah dan takut ditertawakan oleh teman. Padahal menurut Dahar (1978), dalam proses belajar mengajar pada umumnya pertanyaan mempunyai peranan yang sangat penting. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dapat diketahui sejauh mana siswa itu berpikir  dan menurut Rustaman (2002) pertanyaan dalam pembelajaran  akan meningkatkan kualitas pembelajaran.




Daftar pustaka :
Anggraeni, Sulistyowati. 2008. Pengaruh Pelatihan Ketrampilan Sosial Menggunakan Metode Stop Think Do terhadap Penyesuaian Sosial Anak Sekolah Dasar. Vol. 2 No. 1.








Rabu, 29 Oktober 2014

Ragam Type Anak dan Keunggulannya



Seorang ibu membeli beberapa pot bunga yang berisi aneka bunga. Pot-pot itu diletakkan di halaman rumah untuk menambah keasrian dan keindahan rumahnya. Ia lalu berdoa, "Ya Allah, melalui bunga-bunga ini semoga nanti akan berdatangan kupu-kupu indah ke rumahku."

Lalu si ibu ini kembali lagi pada kesibukannya sehari-harinya.

Seminggu kemudian, ia menunggu dan menunggu, tidak kunjung ada kupu-kupu di halaman rumahnya. Hingga suatu hari betapa kagetnya si ibu mendapati bahwa bukan kupu-kupu yang datang tapi ulat-ulat bulu yang merambat pada pohon-pohon bunga yang dibelinya itu.

Si ibu kesal lalu berkata, "Ya Allah, aku minta kepada-Mu kupu-kupu cantik tapi mengapa yang datang malah ulat-ulat jelek ini?"

Sambil terus mengumpat, pot-pot bunga yang penuh dengan ulat bulu itu akhirnya dipindahkan ke gudang.

Sebulan kemudian, tepat di hari yang ke-30 sejak kejadian tersebut, si ibu ingin mencari peralatan yang ia taruh di gudang. Ketika membuka pintu gudang, betapa kagetnya ia melihat begitu banyak kupu-kupu yang berwarna-warni dan sangat indah memenuhi gudang tersebut. Kupu-kupu itu satu demi satu mulai beterbangan keluar pada saat pintu gudang dibuka... untuk mencari bunga-bungaan di sekitarnya.

Terang saja kejadian yang luar biasa ini telah membuat si ibu tadi menjadi diam tertegun, ia tidak bisa berkata-kata lagi, melainkan hanya memandangi satu persatu kupu-kupu yang keluar dari gudang menuju tamannya. Dan tanpa sadar kakinya bergerak melangkah mengikuti arah kupu-kupu tadi terbang.

"Alangkah Indahnya tamanku saat ini." Si ibu berujar dalam hati. "Ya Allah, ternyata ulat bulu yang dulu jelek itu kini telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang begitu cantik dan menawan. Seandainya saja dulu aku tahu, mungkin aku tidak akan pernah mengeluh dan merasa terusik dengan keberadaan mereka."

Wahai para orang tua...

Begitulah kita para orang tua dan guru pada umumnya, seringkali melihat dan menilai anak-anak kita bak ulat bulu, yang mengganggu dan membuat kita gatal untuk selalu mengeluh, marah dan berusaha menyingkirkan mereka.

Anak kita tidak ubahnya seperti ulat bulu yang sering kali dinilai berdasarkan sisi negatifnya saja. Padahal di balik itu semua ada sebuah proses metamorfosa yang tersembunyi...... ya, sisi indah yang kelak akan dimunculkannya saat mereka dewasa.

Kita mungkin sering mendengar banyak orang tua dan guru yang mengeluhkan anaknya yang hiper-aktif dan tidak mau diam atau tidak bisa tenang... Padahal sesungguhnya kelak anak-anak ini akan menjadi orang yang sangat dinamis... kelak anak-anak ini akan mampu mengerjakan berbagai tugas dalam waktu bersamaan, atau malah memimpin lebih dari satu perusahaan tanpa merasa kesulitan sama sekali.

Ada juga orang tua yang mengeluhkan anaknya yang katanya keras kepala dan susah sekali diatur... Padahal sesungguhnya kelak anak-anak semacam ini akan menjadi pimpinan-pimpinan organisasi/perusahaan yang sangat berhasil dengan strategi dan ide-idenya yang jitu.

Atau ada juga orang tua yang mengeluhkan anaknya yang katanya pemalu dan sulit bergaul, ia lebih suka menyendiri melakukan sesuatu di kamar dan anaknya cengeng sekali. Padahal sesungguhnya kelak anak-anak semacam ini akan menjadi anak yang sangat unggul di bidang Sains Teknologi atau bisa juga menjadi seniman-seniman kelas dunia, mereka adalah anak-anak yang peka dan penuh cinta kasih terutama pada orang tuanya...


Lain lagi misalnya ada orangtua yang mengeluhkan anaknya terlau cerewet dan tidak tahu malu... bahkan cenderung malu-maluin katanya. Padahal sesunguhnya kelak anak-anak ini akan menjadi orang-orang yang terkenal karena kemampuan tampilnya di depan umum dan keberaniannya untuk berekpresi.

Begitulah sejarah telah membuktikan berkali-kali bahwa anak-anak yang dulu pada saat masa kecilnya dianggap sebagai anak yang aneh dan menyebalkan seperti Ulat Bulu... Namun nyatanya setelah mereka dewasa justru menjadi orang-orang yang sangat sukses dan terkenal di kehidupan.

Tapi bagaimana mungkin Sang Ulat Bulu akan bisa menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah, jika kita semua selalu menganggapnya sebagai sesuatu yang jelek dan harus segera disingkirkan dari pandangan kita.

Sesungguhnya begitu banyak anak-anak Indonesia yang mengalami nasib mirip seperti ulat bulu tadi. Karena mereka selalu dianggap sebagai anak bermasalah maka mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk bermetamorfosa menjadi seekor kupu-kupu yang indah... yah... begitu malangnya mereka, sampai akhirnya mereka harus tetap menjadi ulat bulu sesungguhnya sepanjang hidupnya. Ya Ulat bulu yang benar-benar mengganggu kehidupan kita semua....

Bagaimana kita.., anda dan saya memperlakukan anak kita atau anak anak kecil disekitar kita??



*dari grup fb, sumber : klik di sini ^^








Senin, 27 Oktober 2014

Micro Ekspression



Micro Expression adalah sebuah ekspresi singkat pada wajah yang sesuai dengan emosi yang sedang terjadi.  Micro Expression biasanya lebih mudah dapat ditangkap ketika manusia dihadapkan pada suatu situasi berisiko tinggi, dimana orang-orang akan kehilangan sesuatu semisal hilangnya harga diri.

Micro expressions mengungkapkan tujuh emosi universal, yaitu :  menghina, marah, takut, sedih, bahagia, terkejut/kaget, dan jijik . Mereka dapat terjadi secepat 1/25. Detik. Ekpresi ini tidak bisa disembunyikan , apapun bahasanya , dimanapun asalnya. Micro Expresión bersifat universal, sehingga akan banyak manfaat yang dapat kita lakukan jika kita mengetahui ekpresi dari orang-orang disekitar kita.

Micro Expression pada tujuh ekspresi universal ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut :
- Orang akan membesarkan matanya dan membuka mulutnya ketika terkejut
- Orang akan memfokuskan matanya dan menurunkan alisnya ketika marah
- Orang akan menyempitkan matanya, bibir terbuka gigi kelihatan ketika bahagia
- Orang akan mendekatkan alisnya dan menaikaan bibirnya ketika merasa jijik
- Orang akan membuka mulutnya sedikit ketika merasa takut
- Orang akan mengangkat bibirnya sebelah sedang menghina
- Orang akan kehilangan focus matanya ketika sedang bersedih

ciri-ciri micro ekspression


Micro Expresión bukan hanya untuk mengetahui ekpresi seseorang namun juga dapat mendeteksi kebohongan. Orang yang berbohong mempunya kondisi psikologis tertentu, yaitu :

1. Takut atau cemas
- Wajah dan telapak tangan berkeringat
- Tarikan napas dalam
- Bibir menjadi kering
- Berdeham dan batuk-batuk kecil
- Muka berangsur pucat
- Sering memainkan tangan
- Badan menjadi kaku
- Sering memalingkan mata

2. Manahan ekspresi wajah agar tidak keluar
- Berusaha menahan ekspresi wajah agar emosi tidak keluar
- Tersenyum dengan cepat
- Menutupi mulut
- Menyentuh hidung
- Mengusap bagian wajah
- Menghindari kontak mata

menahan ekspresi wajah

3. Konflik internal
- Sering berkedip
- Menaikkan alis hanya satu sisi
- Bahu gemetar
- Hidung terasa gatal
- Ada perubahan nada suara
- Tangan gemetar
- Wajah menjadi gugup





sumber : materi kuliah Perkembangan Emosi_Psikologi UMS 2012





Sabtu, 18 Oktober 2014

Ramadhan Story #2 : TPQ Al-Mukarrom Best Moment



Assalamu'laikum..!! Oke, lanjut lagi mengenang kesibukan saat Ramadhan 1435 H beberapa  bulan silam. Sudah menjadi tradisi kalau setiap Ramadhan selalu diadakan kegiatan TPQ (Taman Pendidikan Quran), atau biasa juga disebut TPA (Taman Pendidikan AlQuran), selama 1 bulan penuh setiap ba’da ashar sampai maghrib. Mungkin tak seperti masjid lainnya, di Al-Muk kegiatan TPQ “full day” seperti ini hanya ada saat Ramadhan saja. Sangat disayangkan memang, tapi mau bagaimana lagi, selain kekurangan tenaga pengajar, kami (KARISMA) juga belum memiliki manajemen yang baik, serta sosialisasi yang kurang intensif. Tapi tak mengapa, justru karena hal seperti inilah yang menjadikan moment Ramadhan di AlMuk terasa lebih bermakna dan istimewa ^^.

Nah, seperti saya ceritakan di story pertama lalu (baca : Ramadhan Story #1), hampir 60-70% anak-anak di kampung kami ini adalah anak-anak yang aktif ke masjid hanya saat Ramadhan saja. So, terkadang masjid & kegiatan TPA bagi sebagian orangtua hanyalah menjadi Tempat Penitipan Anak saja, hehe.. Ya mungkin sebagian ortu itu berfikir : “daripada anak-anak di rumah ndak ada kegiatan, mending ke masjid saja, anak-anak bisa maen di situ, temennya juga banyak, eh dapat takjil pula..” Hehe.., ya sudahlah.!! yang penting (in.sya.Allah) benar2 sudah kami niatkan mengisi kegiatan di Al-Muk ini sebagai ladang amal & ibadah yang tak ternilai harganya. Yoosh, daripada saya kebanyakan curhat di mari, mending kita saksikan hasil jepretan paparazzi waktu kegiatan TPQ Ramadhan lalu, this is it.. 


Asslamu'laikum teman-teman.. ^^


mas Elang & mas Fiqi ngajar doa sehari-hari, semangat kakak..!!


mas Cahyo dapat gelar 'guru tersabar' lantaran ngajari Angga ^^


adek-adek menunggu waktu berbuka. Yang tertib ya adek2..!!


membuka acara TPQ adek2 putri..
mbak2 e jangan malu-malu ya di depan adek2, hehe.. ^^


 "Eeeh, nanti takjilnya apa ya?"


narsis di sela-sela TPQ..


adek2 putri belajar ngaji (sepertinya) sama mbak Rahma..


yuks kita belajar sholat berjamaah..!!


mas Yusup & mas Apiq, sang duet mawut..
mowat mawut mowat mawut mowat mawut..!!


mb' Dila, mb' Dela, & mb' Lala..
nah kalau yang ini jadi Trio 


mb' Intan & mb' Salma juga duet ngajari adek2 putri


mb' Dea & mb' di sampingnya (ntah siapa ndak kelihatan) ^^
lagi berkisah di depan adek-adek..


"Yes sebentar lagi kita buka puasa.!!"


mas Fadli & mas Fahri, takjub melihat ketawanya si Rizki


"masih lama ndak ya berbukanya.?"
rutinitas menunggu takjil ^^


ngajar..ngajar..dan ngajar, fun & we love it..!! ^^


boss Toha narsis sama adek-adek..


eeem.., sepertinya adek yang satu ini mulai lelah, hehe.. ^^
Oke demikian, sampai berjumpa di next story ya, in.sya,Allah..!!




Kamis, 16 Oktober 2014

Doraemon Papercraft (Stand by Me)



Anda tidak kenal Doraemon?? Hoho.. berarti masa kecil Anda kurang bahagia (^^).. Yuups, hampir semua kalangan, dari anak-anak sampai orangtua kenal siapa robot kucing ini. Jujur saja, kisah Doraemon sudah menjadi konsumsi saya sejak kecil, termasuk komik pertama yang saya beli pas SD dulu adalah komik Doraemon. Nah, dalam rangka menyambut film 3D pertama Doraemon (Stand by Me), berikut saya persembahkan papercraft Doraemon hasil ke-isengan dikala waktu senggang, this is it..

poster movie "Stand by Me"
tp sayang, film nya blm sampai di Indonesia (-_-)

Name   : Doraemon
Design : Julius Perdana / paper-replika.com
Skill level : Easy
Paper : A4 80 gram, 4 pages
Template & instruction : klik here..!!


result :
Doraemon tampak depan, mirip poster di atas kan? hehe..


Doraemon tampak samping, 
lengkungan kumis & mulut lebarnya detai bro..


Penampakan belakang, hanya beda warna ekor dg di poster


Halo haaaaai..!!!! ^^


Oke finish.!! Selamat mencoba yaaa, mudah kok.. ^^




Rabu, 15 Oktober 2014

Public Relation dalam Manajemen Mentoring Sekolah (part 2/2)





Seperti telah dibahas sebelumnya, public relation atau humas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan manajemen mentoring di sekolah ( baca : Public Relation part 1 ). Apakah semua hal yang dilakukan oleh humas akan berjalan dengan lancar? Jika begitu, maka kita patut sekali bersyukur. Jika tidak, lantas bagaimana solusinya? Nah, beberapa permasalahan yang biasa terjadi antara pengelola mentoring dengan pihak sekolah adalah sebagai berikut :

1. Proposal yang diajukan ditolak. Wow!! Cobaan yang cukup berat. Bila hal ini terjadi, harus segera dicari tahu penyebabnya. Bisa jadi karena program yang diajukan tidak realistis, atau pihak sekolah pernah memiliki pengalaman buruk dengan kegiatan mentoring keislaman. Sebisa mungkis dijelaskan dengan cara yang baik. Bila tidak berhasil juga, mungkin belum saatnya masuk ke sekolah tersebut. Masih ada sekolah lain, bukan?

2. Hubungan dengan sekolah mengalami badai di tengah jalan, misalnya pergantian pengurus. Pengurus baru (yang memang benar-benar baru) merasa agak canggung dalam membina hubungan dengan pihak sekolah. Hal tersebut dapat disiasati dengan mentransfer ilmu pengurus lama ke pengurus baru, atau pengurus lama dan pengurus baru bersilaturahim ke pihak sekolah. Cara yang mudah dan menyenangkan.

3. Tidak ada sistem pelaporan berkala ke pihak sekolah. Pihak sekolah akan bertanya-tanya, apa yang diberikan pengelola mentoring kepada anak-anak muridnya? Bagaimana perkembangannya? Jangan-jangan diajari yang tidak-tidak! Ya, untuk mengatasinya, pengelola dapat membuat system pelaporan yang tertata rapid an mudah dipahami. Laporan tersebut dapat diberikan satu semester sekali, atau kalau perlu sebulan sekali. Tidak harus formal, tapi selalu ada.

Mewujudkan hal-hal di atas tentu tidak dapat dilakukan sendiri. Akan lebih baik bila ada tim khusus yang bertugas mengangani masalah kehumasan dengan pihak sekolah. Tim tersebut menjadi juru bicara atau menjadi pihak yang paling dekat/dikenal oleh pihak sekolah. Menjadi penghubung pengelola mentoring dengan sekolah. Hal yang wajar, karena akan sangat sulit jika melibatkan seluruh pengelola mentoring untuk terus hadir dan berinteraksi dengan pihak sekolah.

Mengelola mentoring pun dapat menyenangkan bila melibatkan LSM untuk mengadakan acara-acara tertentu, misalnya, outing (outbond) yang mungkin tidak dapat kita kelola sendiri. Acara yang bervariasi tentu akan membuat pelaksanaan mentoring menjadi lebih menyenangkan. Tentunya dengan syarat pihak sekolah mengetahui dan menyetujui acara tersebut.

Sebagai penutup, yang terpenting adalah membuat diri kita selalu terlihat oleh pihak sekolah, plus selalu transparan dalam berbagai kegiatan termasuk dalam hal keuangan. Usahakan untuk selalu menjalin hubungan dengan sekolah, baik secara formal maupun informal. Demikian penjelasan singkat mengenai public relation dalam manajemen mentoring sekolah yang bisa kami sampaikan, & selamat bekerja para pejuang mentoring sekolah..!!




sumber buku : Muh.Ruswandi & Rama Adeyasa_Manajemen Mentoring_2006_Bandung : Syamil Teens (dengan sedikit tambahan)






Selasa, 14 Oktober 2014

Public Relation dalam Manejemen Mentoring Sekolah (part 1/2)




Public Relation atau kehumasan merupakan hal penting dalam manajemen mentoring (alaqo). Dilihat dari artinya, sudah tentu tugas PR berhubungan dengan public, orang lain, atau pihak lain di luar organisasi, pihak sekolah misalnya. Hubungan yang baik dengan pihak sekolah merupakan langkah awal yang menetukan. Seperti diketahui bersama, bahwa kesan pertama yang yang begitu mendalam akan terus diingat sampai kapanpun. Seperti saat kita masih kecil. Ingatan masa kecil akan tertanam sampai kita dewasa. Ilmu sains mengenalnya sebagai imprinting.

Pertanyaannya, seberapa penting memberikan kesan pertama yang baik dengan pihak sekolah? Jawabannya, sangat penting!! Dengan kesan pertama yang baik, tentu hubungan dengan pihak sekolah akan terus berlanjut. Bagi pengelola mentoring sekolah, tugas kehumasan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

    1.Mengawalinya dengan menjalin silaturahim kepada guru agama. Akan lebih mudah bila Anda adalah alumni sekolah tersebut. Mengapa guru agama dan bukan kepala sekolah? Boleh jadi kepala sekolah kurang mengetahui kondisi di lapangan. Guru agama tentu lebih sering terjun ke lapangan dan mengetahui betul kondisi siswa.

    2.Membawa proposal yang berisi program yang akan dijalankan. Akan lebih baik jika program yang dibawa membawa nama yayasan, baik itu forum alumni maupun LSM. Karena, sekolah akan lebih merespon proposal dengan latar organisasi yang jelas, bukan organisasi tanpa bentuk!

    3.Jelaskan dengan bahasa yang baik dan benar. Tidak semua orang dapat mencerna bahasa proposal (atau tidak semua mau membacanya) sehingga peran kita dalam menyampaikannya sangatlah dibutuhkan.

    4.Minta guru agama untuk membawa Anda ke forum sekolah, termasuk ke kepala sekolah. Dukungan akan lebih kuat bila keberadaan kita selaku pengelola mentoring sekolah diketahui, atau lebih bagus jika didukung oleh unsur sekolah lainnya, termasuk Kepala Sekolah.

    5.Setelah proposal diterima dan sampai pada tahap pelaksanaan, hubungan dengan pihak sekolah harus tetap dijaga. Lakukan kunjungan secara berkala ke rumah guru agama dan menyempatkan diri berbincang dengan guru atau kepala sekolah saat berada di sekolah.

    6.Secara berkala melakukan evaluasi dan melaporkannya kepada kepala sekolah. Hal tersebut dapat menjaga kepercayaa yang telah diberikan. Posisi yang sama-sama tahu dan setara dapat menghilangkan sifat kecurigaan.

    7.Terakhir, jalin hubungan yang erat dengan orangtua siswa. Awas, terkadang ada orangtua yang menuding mentoring sebagai biang keladi atas kelakuan buruk anaknya. Bisa jadi anaknya mengikuti pengajian lain, namun orangtua mengira anaknya mengikuti mentoring di sekolah. Hubungan dengan orangtua tidak sekedar mensosialisasikan mentoring, tapi dapat dikembangkan menjadi semacam jembatan komunikasi antara problematika siswa dan orangtua. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi pengelola mentoring di sekolah.

 “Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu” (QS. An-Nisa’, 4 : 1). Bagaimana kawan, sudah siapkah Anda mengelola mentoring sekolah.?? (insyaAllah bersambung ^^)

   

sumber buku : Muh.Ruswandi & Rama Adeyasa_Manajemen Mentoring_2006_Bandung : Syamil Teens