"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Selasa, 29 November 2011

Kebijakan Sang Khalifah



Kita semua tahu, memang Umar bin Khatab r.a tidak pernah menganggap remah sesuatu yang disepelekan orang lain, apalagi kalau hal remeh itu bersangkutan dengan hak bani adam atau hak orang lain, terlebih saat beliau menjabat sebagai khalifah atau Amirul Mukminin.

Seperti peristiwa yang dialaminya ketika ia naik kendaraan sewaan untuk menjenguk salah seorang sahabatnya yang menderita sakit. Karena tubuhnya tinggi besar, tatkala melewati jalan yang kiri-kanannya dipenuhi batang-batang pohon, sorbannya tersangkut di ranting tanpa sepengetahuannya.

Setelah agak jauh, seseorang menegurnya, “Wahai Amirul Mukminin, sorban engkau tersangkut di pohon sebelah belakang itu..

Maka, Umar segera menghentikan kendaraannya, lalu ia turun dan berjalan kaki menuju tempat tersebut. Setelah itu, ia buru-buru kembali menaiki kendaraan sewaannya.

Sais, orang yang menuntun kendaraan itu keheranan dan bertanya, “Mengapa Tuan tidak memerintahkan saya untuk memutar balik kendaraan ini ke sana agar Tuan tidak repot berjalan kaki..?”

Lantas Umar menjawab, “Sebab, unta yang kau tuntun ini kusewa hanya untuk perjalanan dari rumahku menuju rumah sahabatku yang seang sakit. Tidak ada perjanjian sebelumnya untuk berbalik lagi guna mengambil sorbanku yang menyangkut di pohon..

Sais itu terlongong. “Kalau tidak, bukankah sebagai khalifah, Tuan berhak menyuruh saya untuk mengambilkan sorban itu..?”

Umar menjawab, “Karena sorban itu milikku, dan bukan kepunyaan engkau. Mengapa mesti aku menyuruh engkau? Apakah kau kira jabatan khalifah mempunyai wewenang untuk memerintahkan orang lain mengerjakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan tugasku..?

Sais lantas terdiam tidak bisa membantah. Dalam hatinya, ia berjanji akan meniru kejujuran Khalifah Umar dalam semua perbuatan dan tingkah lakunya.

Demikianlah salah satu profil pemimpin umat sejati. Tingkah lakunya yang didasarkan pada iman nyatanya mampu menjadi contoh bagi masyarakat, siapapun dan dalam segi apapun juga. Bisa mengemban amanah, sekaligus mampu menjaga dan mempertanggungjawabkan-nya.

Semoga, secepatnya kita segera mendapatkan pemimpin yang memiliki atau setidaknya mendekati akhlak orang-orang mulia, yakni Rasululah beserta sahabat-sahabatnya. Amin ya Robbala alamin. Wallahu a'lam bi shawab.


Sumber : 30 Kisah Teladan (12), K.H. Abdurrahman Arroisi


Senin, 28 November 2011

Hari Raya Rambutan, Senengnya..!!!


Panen buah rambutan..!! yummiii..!! Yups, sudah menjadi rahasia umum alias bukan rahasia lagi (lho.., jane rahasia bukan sih..?!!) jika di akhir tahun 2011 ini sedang muncul suatu fenomena yang "sangat biasa sekali", yaitu terjadinya panen buah rambutan besar-besaran atau yang oleh para ahli sering disebut sebagai "musim rambutan" (halah.., ndak harus pake 'kata para ahli' kalee..!!?).

Di setiap halaman rumah dengan pohon Naphelium lappaceum (bahasa keren-nya rambutan ini) di dalamnya, para tuan rumah hampir pasti lagi kebanjiran job baru yakni berpanen riya rambutan. Entah rambutan jenis Rapiah (ini sedikit mirip nama presenter acara Dahsyat, tinggal +‘mad’ saja), terus rambutan jenis ace (tetap dibaca ace, bukan ‘es’ lho ya..), lalu rambutan binjai, dan lain sebagainya. Yang jelas, semua berbuah lebat, termasuk pohon rambutan berikut ini.

Jreng..jreng..!! Ya.., lakon kita yang satu ini memang bertempat tinggal ataw ber-domisili di wilayah Pajang, spesifiknya terletak di kampung Sogaten, atau lebih tepatnya dia tertanam pas di halaman rumah saya (hehe.., ^_^). Hemm.., meski usia wit ini sebenarnya sudah sepuh dan bahkan termasuk rambutan yang mengalami kebotakan ringan (miskin daun maksudnya), namun hasil alamnya alhamdulillah sejauh ini lumayan melimpah.


~ini nih uwit yang ku maksud itu~

Sejujurnya, bagi saya rambutan yang satu ini adalah rambutan ter-enak di Sogaten Raya (hehe.., ya iyalah disanjung, lawong ini rambutan saya sendiri..!! ^^). Rambutan saya ini termasuk rambutan jenis rapiah (tulisan di internet kyak gitu, tapi seringkali oleh masyarakat dibaca rafia, -kok kyak nama tali wae ya..??!), dengan warna yang masih kuning dan sedikit merah kehijauan, buah rambutan ini sudah terasa begitu manis. Apalagi kalau warnanya sudah abang mbranang bro, wuih.., manies euy..!! (hoho.., ada yang mau?)


~penampakan buah rambutannya seperti ini~

Yang pasti, musim rambutan kali ini telah berhasil menyita perhatian jutaan kalangan (enggak segitunya ding, hehe..) termasuk keluarga saya. Musim yang mau tak mau memberikan kesibukan baru bagi keluarga kami. Contohnya.., kalau pas libur ahad, banyak keluarga menghabiskan waktu untuk tamasya, piknik, makan-makan, jalan2, nonton TV/kartun, atau sekedar olahraga CFD (car free day)-an, maka keluarga kami menghabiskan ahad ini untuk panen & penekkan wit rambutan.


~ini adek saya lagi oyan-ayun di wit rambutan~

Baik bapak, ibu, mb’, adek, dan saya sendiri, semua ikut berperan. Berbekal senggek dan ondo manten (hem.., ada yg belum tau dua benda ini makhluk jenis apaan..?!! coba tanya mbah google -semoga ketemu info yg dimaksud), entah mengapa kami lumayan kompak dan lihai menekki wit ini (karena uwitnya mungil, jadi sbenere yg menek itu cuma adik saya, bapak & mbak meliuk-liuk di atas ondo manten, sdang saya & ibu tercinta asik bergentayangan di atas genteng). Ya, konon ceritannya dulu ibuk saya adalah prefesional terlatih soal daki-mendaki uwit, dan mungkin kini menurun ke anak-anaknya (saya termasuk atau tdk kurang tau juga, karena sbenernya jam terbang saya u/ skill yang satu ini masih tergolong rendah, hmm..). Pastinya bro, seneng dan seru -lah pokoknya..!!

Seperti yang saya katakan di awal, untuk ukuran bohon botak hasil panen uwit ini lumayan luar biasa. Terhitung pada panen pertama, kami dapat sekitar 3 1/2 kresek besar penuh rambutan, dan alhamdulillah habis dibagi2kan. Di panen ke-dua juga sama, 3 kresek besar kami dapat (wah bukannya pamer lho, cuma info hasil alam saja ok, hehe..). Pada panen ke-tiga, seperti gambar di bawah ini, setidaknya kami dapat 1 kresek besar + kresek kecil, itu pun sbenernya masih banyak buah yg masih hijau di pohon serta buah masak di ujung tangkai yang tak terjangkau oleh tangan (ya bener lah klo pakai tangan tak terjangkau, kudu pakai senggek kan..!!?).


~hasil gopek rambutan season 3~

Dan panen ke empat ahad kemarin, lumayan capek namun syukur alhamdulillah kita dapat sekitar 1 kresek besar + 1 kresek tanggung & kecil, and kemungkinan pun rencana masih akan diadakan panen susulan di kemudian hari (insyAllah lho..!!)


~hasil gopek rambutan season 4~

Hum.., bak momen Ramadhan, berbuahnya rambutan ini termasuk momen yang saya tunggu2. Alhamdulillah (ya..!!), jadi yang pasti, berkahnya adalah kami sekeluarga bisa bagi-bagi hasil yang setahun pisan ini ke tetangga sekitar. Sebagian RT 02, dari komplek rumah 'biasa' di gang tempat saya tinggal, sampai ke komplek rumah ‘mewah’-nya bang Toni syukur semua sudah kebagian.

Sebenarnya, satu RT-pun bisa kebagian (dg catatan setiap KK maksimal dapet 1/4 Kg saja), se-RW pun jane bisa kebagian juga (dg catatan setiap KK maks dapet 1 ons saja), atau bahkan klo mau se-Pajang pun sebenarnya bisa kebagian (lagi-lagi dg catatan untuk setiap KK maks cukup satu biji saja, hehe..), namun maaf banget, pada akhirnya hanya bisa kami bagi ala kadarnya saja. Hum.., tak masalah kan..!!?


~akbar-angga, pasukan cilik yg setia ngancani kita pas panen~

So.., kita ambil hikmahnya saja. Selain berkah buahnya, sebenarnya banyak hikmah bisa kita ambil dari pohon ini. Pohon yang minim daun, dan acapkali ber-ulat ria ini, bahkan sejak lima tahun yang lalu (mungkin lebih ding, maaf sya tak begitu ingat), setiap tahunnya sudah sering berbuah untuk keluarga kami, dan buahnya pun pasti melimpah.

Buah yang tidak hanya keluarga saya, dan masyarakat saja yang menikmati, namun ulat kecil, mikroba, semut, dan terutama keluarga codot (ada yg belum tahu codot ini makhluk apaan? yg pasti dia bukan saudaranya codet lho ya..) pun bisa turut gembira menikmati hasilnya. Jujur saya akui keistiqomahan pohon ini untuk berbuah tiap tahunnya, meski dlm kondisi apapun. Hmm.., yang pasti pelajarannya di sini, -bukankah Allah SWT pun menyukai amal kita yang ajeg alias istiqomah, daripada amal yang membludak tapi hanya sekali saja dilakukan?- bener kan..?

Yups.., seperti itulah saya belajar dari uwit rambutan ini. Ke-Istiqomahan-nya yang setahun pisan, nyatanya menjadi momen yang selalu kami nanti-nanti. Dan sekalinya datang, alhamdulillah hasilnya selalu bisa kami petik dan nikmati bersama-sama. Ok..!! mungkin itu saja kisah tak penting yg dapat saya ceritakan. Yang jelas saya begitu bersyukur. Terimakasih ya Robb atas pohon rambutan yg sdh jadi bagian keluarga kami ini (ternyata tdk hanya kucing yg bisa jadi anggota keluarga, hehe..), terimakasih pohon rambutan atas buahmu yg begitu manis, dan terakhir terimakasih juga kepada anda semua yg sudah berkenan membaca tulisan kecil ini, hehe... Yups..!! Bye, bye, next time..

Siip, semoga engkau istiqomah kawan, dan yakinlah bahwa buah istiqomah itu selalu saja lezat untuk kita rasakan. Semangat..!!!!


Ini kisahku, mana kisahmu? (your coment, please..!! ^_^)


Senin, 21 November 2011

Saat - Saat Jatuh Cinta



Pernah jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Pasti senang dong ya. Enak aja bawaannya. Hidup berasa nikmat banget. Rasanya nggak mantep kalo nggak cerita kepada teman-teman kalo kita sedang jatuh cinta. Biar teman-teman juga merasakan apa yang sedang kita rasakan. Bila perlu, kita cerita kepada siapa saja tentang orang yang sedang kita cintai meski orang yang kita cintai itu tak tahu bahwa dia sedang kita cintai. Kita begitu percaya diri dan mulai mencari cara untuk mendekatinya.

Sobat muda muslim, kenapa kita merasa senang dan bahagia kalo jatuh cinta? Menurut Robert Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orangtua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan. (http://e-psikologi.com, pada pembahasan tentang “Cinta”)

Ketika jatuh cinta, kita tiba-tiba merasakan dorongan ingin bertemu dengan orang yang kita cintai. Dorongan itu bahkan sangat kuat menekan kita manakala ada orang yang membicarakan si dia, atau ada orang yang menyebutkan namanya, lebih lucunya ketika membaca tulisan yang kemudian menuliskan sebuah nama yang sama dengan nama orang yang kita cintai. Kita jadi rindu berat ingin bertemu, atau sekadar ingin berkomunikasi dengannya. BTW, ngerasain kayak gini nggak?

Tapi anehnya, seringkali kita juga merasa harus jaim alias jaga imej. Pura-pura jual mahal ketika berkomunikasi atau kebetulan bertemu dengan orang yang kita cintai. Meski rasa ingin mencurahkan perasaan itu begitu kuat menekan. Lucu juga memang. Itu artinya, bahwa jatuh cinta memang unik. Tapi dengan catatan nih, biasanya jika yang jatuh cintanya itu masih malu-malu. Eh, umumnya memang malu-malu kan? Jarang yang agre, gitu deh. Meski ketika jaman sudah berubah kayak sekarang, banyak pula yang agre (baca: agresif) untuk ngungkapin cintanya. Ya, seperti pada reality show, “Katakan Cinta” itu.

Sobat muda muslim, ketika jatuh cinta, kita jadi merasa lembut. Baik lisan kita atau saat kita menulis. Kita mulai belajar mengatur pilihan kata saat bicara. Terutama ketika bicara dengan si dia yang telah membuat kita jatuh hati. Itu kita lakukan biasanya untuk mendapat perhatiannya. Untuk memberikan imej bahwa kita baik di hadapannya. Ujungnya, bukan tak mungkin kalo akhirnya kita mendapat simpati darinya. Awalnya memang simpati, siapa tahu lama-kelamaan menumbuhkan empati dan akhirnya jatuh hati. Bukan tak mungkin kan?


Karakter Cinta

..........Jatuh cinta membuat kita merasa harus menumbuhkan

perhatian, merasa harus bertanggung jawab, merasa harus hormat di hadapan orang yang kita cintai, dan merasa harus mengetahui segala seluk-beluk tentang dirinya. Erich From, murid kesayangan Sigmund Freud pernah menyampaikan bahwa dalam cinta itu harus ada empat unsur yang perlu dimiliki, yakni:

Pertama, Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya.

Termasuk jika kita jatuh cinta dengan mencintai lawan jenis kita, maka segala bentuk perhatian akan kita tunjukkin sama si dia. Kita jadi sering menulis namanya, menyebutkan namanya, mungkin diam-diam mengoleksi fotonya. Apalagi dengan berkembangnya teknologi informasi kita bisa mengintip diary online (blog) dirinya yang mungkin saja memajang foto dirinya. Diam-diam kita menjadi secret admirer-nya. Minimal itu. Karena tujuan mulianya adalah mendapat perhatiannya sebagai seorang kekasih.

Kedua, Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai. Orangtua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai istrinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Seorang jejaka atau gadis yang saling jatuh cinta, ia akan berusaha untuk memposisikan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap hubungannya.

Menjaganya dan merawatnya jangan sampai kebablasan. Mereka yang ngerti ajaran Islam, maka jatuh cinta itu bukan untuk melakukan perbuatan yang dibenci oleh Sang Pemilik Cinta, yakni Allah Swt. Ia akan menjaga pandangannya, perasaan, hatinya, dan juga aktivitasnya agar tak kebablasan. Tapi, cinta bukan lagi tanggung jawab jika sepasang remaja yang dilanda cinta itu mengekspresikannya dengan cara yang membuat mereka dibenci Allah Swt, seperti seks bebas misalnya.

Ketiga, Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki. Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect. Itu sebabnya, seringkali kita mendengar cerita ada orang yang saling jatuh cinta itu meski berbeda etnis, berbeda bahasa, berbeda budaya, bahkan ada yang sampe cinta buta, yakni berbeda agama. Itu karena merasa bahwa cinta akan melahirkan sikap menerima apa adanya. Wah, jika tak ada filter akidah memang akhirnya akan hancur. But, ini kita bicara secara umumnya lho. Bahwa cinta akan melahirkan respect kepada obyek yang kita cintai. Betul nggak?

Keempat, Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Nggak asal jatuh cinta juga.

Eh, kalo kita bicara secara umum pun, sebenarnya ketika jatuh cinta kita bakalan nyari tahu dari obyek yang kita cintai. Nah, tentu standar yang diinginkan dalam pencarian itu tergantung kepribadian orang yang bersangkutan. Ada yang merasa agama tak perlu menjadi pertimbangan, tapi ada pula yang merasa bahwa agama harus menjadi pertimbangan saat jatuh cinta. Kepada siapa kita harus mencintai. Begitu kan? But, intinya secara umum, cinta memang akan melahirkan rasa ingin tahu untuk menyelidiki si dia yang kita cintai, yang telah membuat kita jatuh hati dan jatuh cinta kepadanya. Setuju?


Tetap iffah Selama Jatuh Cinta

Menurut Hamka,Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan penghargaan, menguatkan hati dalam perjuangan, menempuh onak dan duri penghidupan.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, ada persoalan besar yang harus diperhatikan oleh orang yang cerdas, yaitu bahwa puncak kesempurnaan, kenikmatan, kesenangan, dan kebahagiaan yang ada dalam hati dan ruh tergantung pada dua hal. Pertama, karena kesempurnaan dan keindahan sesuatu yang dicintai, dalam hal ini hanya ada Allah, karenanya hanya Allah yang paling utama dicintai. Kedua, puncak kesempurnaan cinta itu sendiri, artinya derajat cinta itu yang mencapai puncak kesempurnaan dan kesungguhan. (dalam kitab al-Jawabul Kafi Liman Saala’ Anid Dawaaisy-syafi, edisi terjemah. hlm. 255)

Lebih lanjut Ibnu Qayyim menjelaskan, “Semua orang yang berakal sehat menyadari bahwa kenikmatan dan kelezatan yang diperoleh dari sesuatu yang dicintai, bergantung kepada kekuatan dorongan cintanya. Jika dorongan cintanya sangat kuat, kenikmatan yang diperoleh ketika mendapatkan yang dicintainya tersebut lebih sempurna.”

Mungkin kayak kita lagi haus nih, udah gitu di siang hari dengan terik matahari yang menyengat, maka kita akan semakin haus dan semakin ingin mencari air untuk memenuhi rasa haus kita. Nah, begitu dapetin air, maka nikmatnya bener-bener terasa. Tanya kenapa? (Yee.. jadi malah ngikutin iklan?)

Sobat muda muslim, kita sering mendengar bahwa jatuh cinta dan akhirnya mencintai orang yang kita cintai adalah sebagai anugerah terindah. Mungkin ada benarnya juga. Meski menurut saya itu terlalu didramatisir. Sebab, urusan cinta ini sangat kompleks, sobat. Tidak seperti hitungan matematika yang serba pasti. Tapi yang jelas dan yang paling utama, cinta bagi kita sebagai Muslim, harus sesuai sudut pandang Islam. Bukan yang lain.

Guys, setiap perbuatan yang kita lakuin tuh pasti sesuai dengan cara pandang kita terhadap perbuatan tersebut. Lebih luas lagi cara pandang kita tentang hidup. Kalo kita memandang hidup tuh sekadar tumbuh, berkembang, lalu sampai titik tertentu mati (dan nggak ada kehidupan akhirat), maka perbuatan kita pun bakalan ngikutin apa yang kita pahami tentang kehidupan tersebut. Kita bisa bebas berbuat apa saja sesuai keinginan kita, karena kita merasa bahwa hidup cuma di dunia. Kehidupan setelah dunia kita anggap nggak ada. Artinya, kita jadi nggak kenal ada istilah pahala dan dosa.

Sebaliknya, bagi kita yang meyakini bahwa kita berasal dari Allah Swt. yang menciptakan kita semua, maka hidup di dunia juga adalah untuk ibadah kepadaNya, dan setelah kematian kita akan hidup di alam akhirat sesuai dengan amalan yang kita lakukan di dunia. Kalo banyak amal baik yang kita lakukan, insya Allah balasannya pahala dan di tempatkan di surga. Sebaliknya, kalo lebih banyak atau selama hidup kita maksiat dan nggak sempat bertobat, jelas dosa dan kita ditempatkan di akhirat di tempat yang buruk, yakni neraka.Naudzubillahi min dzalik.

Nah, dengan sudut pandang terhadap kehidupan yang benar, maka ketika berbuat apapun kita akan menyesuaikan dengan cara pandang kita tentang kehidupan yang benar itu. Termasuk ketika kita jatuh cinta.Jangan mentang-mentang jatuh cinta, lalu mengekspresikan cinta seenak hawa nafsu kita. Nggak dong, Brur. Nggak asal seneng ngeliat enak dipandang mata lalu main tubruk. Nggak banget. Tapi intinya sih, kita bakalan berpikir gimana seharusnya menurut aturan Islam. Bukan berpikir sebagaimana adanya kehidupan yang saat ini dilakoni. Tolong dicatet ye.

Ini penting dan perlu. Sebab, kalo yang berpikirnya “sebagaimana adanya kehidupan”, ya akan berpikir bebas nilai. Misalnya ketika manusia itu dianggap berhak melakukan apa saja dalam kehidupan yagn ada sekarang, yakni Kapitalisme-Sekularisme, maka tentu akan berbuat apa saja sesukanya (berzina, minum khamr, konsumsi narkoba, judi, pacaran dsb). Karena merasa mereka berhak ngelakuin hal tersebut. Nggak terikat aturan yang benar. Bahaya besar, Bro!

Sementara yang berpikirnya “sebagaimana seharusnya”, maka ia akan nyocokkin dengan aturan yang benar. Karena menganggap kehidupan yang ada ini harus sesuai aturan yang benar, gitu lho. Dan Islamlah yang benar. Bukan yang lain.

Itu sebabnya, ketika jatuh cinta pun kita harus tetap iffah alias menjaga kehormatan dan kesucian diri. Ibnu Abbas berkata bahwa orang yang jatuh cinta tidak akan masuk surga kecuali ia bersabar dan bersikap iffahkarena Allah dan menyimpan cintanya karena Allah. Dan, ini tidak akan terjadi kecuali bila ia mampu menahan perasaannya kepada ma’syuq-nya (kepada orang yang dicintainya), mengutamakan cinta kepada Allah, takut kepadaNya, dan ridha denganNya. Orang seperti ini yang paling berhak mendapat derajat yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam al-Quran:

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS an-Naazi’aat [79]: 40-41)

Kita boleh dan wajar-wajar aja untuk jatuh cinta. Tapi, tetap harus menjaga kehormatan dan kesucian diri. Yakni dengan cara tetap menjadikan Allah dan RasulNya sebagai pemandu hidup kita. Kita melakukan perbuatan atas dasar petunjuk dari Allah lewat al-Quran dan petunjuk dari Rasulullah saw. berupa as-Sunnah. Inilah pedoman hidup kita. Oke?



sumber: sholihin@gmx.net


Senyum Ikhlas = Umur Berkualitas


Sudah lama suatu kebahagiaan dilambangkan dengan tertawa atau senyum. Diyakini bahwa senyum dapat menarik ion-ion dan energi positif ke dalam tubuh, senyawa-senyawa yang penting sebagai sumber kekuatan tubuh pun dapat dihasilkan dari hati yang riang dan senyuman.

Telah lama manusia menyadari bahwa senyum adalah suatu hal yang sangat berguna bagi manusia karena didalam senyum mengandung kebahagiaan, bahkan pemerintah Jepang telah menerapkan suatu terapi senyum dan juga wajib senyum di negara sakura ini dan manfaatnya luar biasa, pekerjaan para karyawan cepat terpecahkan dan tingkat stress menjadi lebih kecil, bahkan dapat memperpanjang umur manusia.

Kaitan antara senyum dan umur panjang ini diungkapkan oleh peneliti dalam riset yang dimuat di jurnal Psychological Science. Temuan baru ini menambah bukti lain bahwa hidup dengan kebahagiaan dan gembira memberi pengaruh kuat bagi kualitas kesehatan dan harapan hidup. Peneliti percaya, lebarnya senyuman dan dalamnya kerutan di sekitar mata adalah cermin positif dari hidup seseorang yang dapat diterjemahkan dalam kesehatan jangka panjang yang lebih baik.

Kesimpulan ini merupakan hasil studi terhadap foto-foto berusia tua. Para ahli dari Wayne State University, Michigan, meneliti 230 gambar pemain liga bisbol yang dicetak dengan data registrasi tahun 1952. Daftar ini memuat semua profil dan statistik pemain, seperti tanggal lahir, berat, status perkawinan, dan karier. Para ahli lalu membuat peringkat pemain berdasarkan bentuk senyuman.

Ada kelompok pemain yang tak tersenyum sama sekali, tersenyum parsial (sebagian otot di sekitar mulut saja yang aktif), serta tersenyum lebar (ditandai tawa lepas dengan gigi yang tampak, pipi yang naik, dan lipatan di sekitar mata).

Foto-foto ini lalu dibandingkan dengan usia dan harapan hidup setiap pemain. Hasil analisis menunjukkan, 184 pemain tercatat sudah meninggal. Mereka yang masuk kategori “tanpa senyum” hidup dengan usia rata-rata 72,9 tahun. Di antara kelompok “senyum parsial", harapan hidupnya rata-rata mencapai 75 tahun. Adapun mereka yang "senyumnya paling lebar" memiliki usia rata-rata 79,9 tahun atau tujuh tahun lebih panjang dari rekannya yang jarang senyum.

Riset juga menemukan bahwa “senyuman palsu” tidak akan memberikan manfaat yang sama karena penambahan angka harapan hidup hanya terlihat pada pemain yang memiliki senyuman asli yang dikenal dengan Duchenne smiles. Senyuman Duchenne mengaktifkan sekelompok otot di sekitar mulut dan mata. Istilah ini dimunculkan oleh seorang ahli saraf pada abad ke-19. Senyuman ini berbeda dengan senyum palsu yang hanya melibatkan otot di sekitar mulut. Jadi mulai saat ini, tersenyumlah dengan lepas agar Anda tetap sehat dan panjang umur.


sumber : infokomputer.com