Berikut kriteria-kriteria
yang harus ada di dalam suatu penelitian sehingga hasil penelitian tersebut
bisa bersifat Trustworthiness (terpercaya) :
1. Credibility
Lincoln & Guba (1985) menyebut kredibilitas sebagai
"kepercayaan" dari sebuah penelitian. Mereka merancang kredibilitas
agak sejalan dengan validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas
(credibility) adalah salah satu
kriteria utama peneliti kualitatif yang berguna untuk menentukan apakah
kesimpulan dari penelitian tersebut masuk akal bagi suatu penelitian kualitatif.
2. Transferability
Transferability mirip dengan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif (Lincoln &
Guba, 1985). Validitas eksternal mengacu pada sejauh mana temuan pada
penelitian ini dapat digeneralisasi untuk populasi. Dalam penelitian
kualitatif, bagaimanapun, generalisasi dalam arti kuantitatif bukanlah tujuan.
Sebaliknya, tujuannya adalah agar klinisi dan pendidik (sebagai peneliti) dapat
memberikan gambaran cukup rinci dari proses penelitian, (termasuk dalam menggambarkan
partisipan, setting, dan waktu) sehingga pembaca/konsumen dapat membuat
keputusan tentang sejauh mana penemuan dari penelitian ini berlaku untuk seseorang atau tempat di mana
mereka bekerja.
Johnson (1997) menyarankan menggunakan "logika
replikasi." Artinya, semakin banyak temuan penelitian ini dialkukan untuk
berbagai kelompok manusia, maka akan lebih bisa digeneralisasi untuk
orang-orang diluar riset asli. Transferability disebut juga sebagai naturalistic generalisasi (Stake, 1990).
3. Dependability
Dapat diartikan sebagai keandalan, yaitu konsistensi hasil penelitian dari waktu ke waktu
dan antar peneliti (Lincoln & Guba, 1985). Hal ini mirip dengan konsep
reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Klinisi & pendidik (sebagai peneliti) dituntut terlibat dalam strategi untuk menunjukkan
bahwa temuan serupa mencakup penelitian serupa, dan semua anggota tim peneliti
setuju dengan hasil penelitian ini.
4. Confirmability
Konfirmabilitas mengacu pada sejauh mana temuan
penelitian merupakan refleksi asli dari subjek penelitian (Lincoln & Guba,
1985). Konsep ini mirip dengan objektivitas dan netralitas dalam penelitian
kuantitatif. Mencapai tahap konfirmabilitas juga berarti sejauh mana gangguan
dari peneliti bisa dicegah. Untuk mencapai hal ini, klinisi dan pendidik (sebagai
peneliti) harus "mendengarkan data" dan melaporkannya secara langsung
(demi menghindari bias).
5. Authenticity
Authenticity (keaslian) mirip dengan konfirmabilitas di mana klinisi dan pendidik
(sebagai peneliti) berupaya untuk mewakili perspektif otentik dari partisipan
(Guba & Lincoln, 1989). Perbedaan halus antara authenticity dengan konfirmabilitas
adalah bahwa konfirmabilitas mengacu pada kriteria metodologi, sedangkan
authenticity (keaslian) mengacu pada kriteria teoritis.
6. Coherence
Kline (2008) mendefinisikan koherensi sebagai tingkat
konsistensi pada perspektif epistemologis di seluruh desain penelitian -yaitu,
bagaimana kita dan tradisi penelitian yang
kita pilih mengasumsikan bahwa pengetahuan yang akan dibangun dalam penelitian
ini adalah untuk diatasi.
Setelah tradisi penelitian yang sesuai dipilih,
peneliti bertanggung jawab untuk menanamkan tradisi itu selama proses
penelitian dan menggambarkan secara menyeluruh dalam laporan penelitian.
Pertanyaan penelitian sesuai dengan metode, yang mana
juga sesuai dengan analisis dan interpretasi data. Pemeriksaan terkait untuk
melihat koherensinya meliputi
pertanyaan-pertanyaan ini:
1.
Apakah metodologi sesuai dengan tujuan penelitian?
2.
Apakah peneliti menggunakan terminologi untuk menggambarkan desain yang sesuai
dengan tradisi penelitian yang dipilih?
3.
Seberapa komprehensif kah prosedur pengumpulan data dan analisisnya?
4.
Apakah kesimpulan sesuai dengan bagian lain dari desain penelitian?
sumber
buku : Hays, Danica.G. & Singh, Anneliesi.A. 2012. Qualitative
Inquiry in Clinical and Educational Settings. London : The Guildford Press
(chapter 7-Turstwothiness_dengan tambahan secukupnya)