"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Senin, 04 Mei 2015

The Power of Surrender (Kekuatan “Pasrah”)




by : H. Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, M.Sc

Lester Levenson adalah seorang wirausahawan sukses dan pakar fisika. Pada tahun 1952, di usia yang ke-42, ia menderita berbagai penyakit fisik dan psikologis. Kesusesan karir dan finasial tidak membuatnya bahagia. Ia menderita depresi berat, sakit ginjal, lever membengkak, hyperacidity, dan beberapa komlikasi parah lainnya. Satu hari, dokter yang menanganinya menyerah dan mempersilakan dia pulang untuk menjemput kematian dengan damai di apartemennya di Central South Park, New York.

Lester Levenson adalah pria yang suka tantangan, alih-alih menyerah, dia melah memutuskan untuk kembali ke laboratorium dan mencari jalan keluar atas masalahnya. Dia melakukan refleski dan akhirnya menemukan cara untuk “pasrah” melampaui segala keterbatasan diri, “to letting go of all any inner limitation”, begitu dia menyebutnya. Selama 3 bulan dia mempraktikan  metode “pasrah” ini. Dan secara ajaib semua penyakitnya sembuh, bahkan memasuki kondisi kedamaian hati dan kebahagiaan yang terus ia rasakan hingga hari kematiannya, 18 Januari 1994, atau 40 tahun setelah divonis dokter.

Metode “pasrah” ala Lester Levenson ini sekarang diajarkan oleh murid setianya, Hale Dwoskin dan dinamai dengan The Sedona Method (Sedona adalah nama kota kecil di Amerika, tempat Lester Levenson dan Hle Dwoskin mengajarkan teknik ini). Sampai saat ini ratusan ribu orang telah memetik manfaat dari Sedona Method, dan efektifitasnya sudah diakui oleh para ahli dan dibuktikan oleh beberapa penelitian ilmiah, salah satunya dilakukan oleh lembaga penelitian terkemuka, Harvard Medical School.

Pasrah berbeda dengan iklhas. Ikhlas adalah menerima dengan legowo apapun yang kita alami saat ini, sedangkan pasrah adalah menyerahkan apa yang terjadi nanti hanya kepada Allah SWT. Kita pasrahkan pada-Nya apa yang terjadi nanti. Apakah nanti rasa sakit yang kita alami makin parah, makin membaik, atau sembuh total, kita pasrahkan semuanya kepada Allah SWT.

Pasrah bukan berarti fatalism, psarah yang sejati disertai usaha optimal untuk mencari solusi. Pasrah (atau tawakal) berarti bahwa kita berusaha sekuat tenaga sambil hati kita hanya bergantung kepada Allah SWT. Ora et Labora, kerjaku adalah doaku. Dari dulu kita telah diajari untuk berdoa: Bismillahi tawakkaltu ‘ala Allah.. ini adalah doa berangkat kerja (sebelum memulai aktivitas), bukan doa “pulang kerja”. Maka pasrah-tawakal harus dilakukan bahkan sebelum kita berusaha, bukan setelah mentok usahanya baru berpasrah, bukan pula doa “akan tidur” yang berarti setelah kita “pasrah” lalu berangkat tidur tanpa perlu berusaha lagi.

Pasrah bukan berarti tidak berusaha. Pasrah adalah sebuah kondisi jiwa kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah SWT, tentu saja dibarengi dengan semangat juang dan usaha yang pantang menyerah. Pasrah memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian pikiran, karena kita yakin bahwa segala permasalahan kita dalam genggaman-Nya.

Dan bagi orang pasrah, Allah SWT akan mengambil alih masalahnya. Dia sendiri yang akan turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan orang tersebut.

Seperti Nabi Ibrahim yang berdoa “Cukuplah Allah sebagai penolongku”, maka jadi dinginlah api yang hendak membakarnya, atau Nabi Musa yang berdoa “Dan aku serahkan msalahku pada Allah, sesungguhnya ia Maha Melihat segala urusan hamba-Nya.”

Allah-pun berpesan, “Dan jika telah kau bulatkan tekadmu, maka selanjutnya, pasrahkanlah kepada Allah SWT, sesungguhnya Ia mencintai orang-orang yang berpasrah diri”, dan “(Katakanlah) dengan Rahmat dan karunia Allah hendaklah kamu berbahagia, karena Rahmat dan karunia-Nya  lebih baik dari semua yang kamu usahakan.”




sumber = Faiz, Ahmad. 2005. SEFT For Healing + Success + Happiness + Greatness. Jakarta : Afzan Publish





Tidak ada komentar:

Posting Komentar