"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Rabu, 25 Desember 2013

12 Ancaman Peneliti terhadap Validitas Penelitiannya Sendiri




Dalam sebuah penelitian, hasil yang bisa terpercaya (Trustworthiness) dan bisa menjadi rujukan merupakan tanda bahwa penelitian tersebut memiliki kualitas yang baik. Namun untuk mencapainya tidaklah mudah dan ancaman dari berbagai sudut haruslah dihadapi oleh peneliti. Hanya saja, seringkali peneliti mengabaikan bahwa dirinya sendiri (-peneliti) juga bisa menjadi ancaman yang menyebabkan penelitiannya tidak memiliki sifat Trustworthiness. Lalu, apa sajakah ancaman-ancaman itu? Berikut 12 ancaman dari peneliti (researcher threats)  terhadap validitas hasil penelitian : 

1. Mengembangkan tujuan penelitian yang tidak pantas (fokus  hanya pada tujuan pribadi, menyesuaikan pesanan orang lain, atau demi kepentingan penyandang dana dan pihak tertentu). Hal ini menyebabkan penelitian tidak objektif karena hasil penelitian yang bersifat manipulatif berdasar kepentingan pribadi / golongan.

2. Memilih sampel penelitian yang tidak memadai (sampel penelitian tidak memenuhi kriteria, atau sampel tidak cukup kuat untuk bisa menjawab pertanyaan penelitian).

3. Literatur atau sumber rujukan yang tidak mencukupi, atau tidak memiliki dasar yang kuat.

4. Mengabaikan bias penelitian dan tiidak melakukan Breacketing (mengurung asusmsi dan teori saat melakukan penelitian kualitatif).

5. Membuat pertanyaan penelitian yang tidak terjawab.

6. Menggambarkan data secara  tidak akurat. Penelitia gagal untuk memeriksa / mengecek kebenaran data dari partisipan (tidak Triangulasi data), serta tidak memberikan deskripsi data secara mendalam.

7. Peneliti gagal memanfaatkan sumber data penelitian (partisipan) dan gagal dalam memaksimalkan metode dalam mencari data tersebut (tidak melakukan wawancara secara mendalam, gagal dalam pengkodingan data, observasi, check list, dll).

8. Tidak memperhatikan pola antar data (misalnya membatasi proses pengkodingan).

9. Peneliti mengamati /  mengobservasi secara selektif (pilah-pilih) terhadap setting/situasi. Peneliti melihat apa yang ingin dilihat saja serta mengabaikan kejadian di luar tujuannya (bias pengamatan & konfirmasi).

10. Terjadinya Efek Hawthorne, yaitu kondisi psikologis di mana partisipan merubahh sikapnya karena mengatahui bahwa ia sedang diamati oleh peneliti sehingga data yang didapat tidak alami. Dalam wawancara kualitatif, mimik muka dan nada bicara peneliti bahkan bisa menentukan bagaimana partisipan akan merespon.

11. Respon wawancara (jawaban wawancara partisipan) berdasarkan pesanan dan jenis pertanyaan, bukan murni pandangan pribadi dari partisipan penelitian sehingga data yang diperoleh tidaklah valid.

12. Membuat kesepakatan palsu di antara anggota tim peneliti selama pengumpulan data (terlibat dalam "groupthink").



sumber buku : Hays, Danica.G. & Singh, Anneliesi.A. 2012. Qualitative Inquiry in Clinical and Educational Settings. London : The Guildford Press (chapter 7-Turstwothiness_dengan tambahan secukupnya)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar