Nama lengkapnya Asy’ab
bin Jubair. Ia biasa dipanggil Abul Ala’ atau Ibnu Ummi Humaidah. Asy’ab
dilahirkan di Madinah tanpa diketahui tanggal lahirnya. Wafat pada tahun 154
hijriah atau 771 masehi. Mantan budak Abdullah bin Zubair ini sewaktu kecil di
bawah asuhan Aisyah binti Ustman bin Affan. Ibunya bernama Ummi Humaidah, budak
perempuan Asma’ binti Abu Bakar. Tetapi ada yang mengatakan Ummi Humaidah
adalah budak Sufyan bin Harb
Laki-laki yang
dikaruniai Allah swt usia panjang ini berdomisili di Madinah pada jaman
kekalifahan Ustman bin Affan ra. Di kalangan masyarkat luas kala itu, Asy’ab
dikenal rakus, serakah, dan hobi makan sehingga ia dijuluki “Asy’ab sang Raja
Benalu”. Kisahnya layak disimak tetapi tentu bukan untuk diamalkan, sebab
bagaimanapun benalu itu, selalu identik dengan sesuatu yang selalu membuat
orang lain susah. Berikut beberapa kisahnya :
****
Asy’ab dan
Anak-anak
Suatu ketika Asy’ab melewati
kerumunan anak-anak. Anak-anak itu lalu memperolok-olok dan mengganggunya. Karena ingin
terhindar dari mereka, Asy’ab menggunakan cara yang cerdik. “Hai, celaka kalian ini! Itu di sana Salim
sedang membagi-bagikan korma,” kata Asy’ab mengelabuhi mereka.
Anak-anak itu ternyata
percaya. Mereka lalu beramai-ramai meninggalkan Asy’ab dan berlari menuju rumah
Salim. Rupanya Asy’ab tidak mau ketinggalan. Dia pun ikut berlari menyusul
mereka seraya berkata, “Jangan-jangan benar kalau si Salim sedang
membagi-bagikan korma!”
****
Asy’ab
dan Teman Karibnya
Asy’ab punya seorang
teman karib. Mereka rajin saling mengunjungi. “Tolong berikan cincinmu itu padaku supaya aku bisa selalu mengenangmu,”
kata teman tersebut kepada Asy’ab suatu hari. Maka dengan cerdik Asy’ab berkata,
“Kenanglah selalu bahwa aku pernah
menolak permintaanmu, karena aku lebih mencintai cincinku ini daripada kamu.”
****
Istri
Ideal Menurut Asy’ab
Asy’ab ditanya tentang figure
istri ideal yang didambakan. “Yaitu
wanita yang langsung kenyang saat mendengar aku mengeluarkan suara rasa mual di
depannya, dan wanita yang merasa puas dengan hanya makan paha seekor belalang.”
jawab Asy’ab.
****
Optimis
ala Asy’ab
Pada suatu hari Asy’ab
ditanya tentang rasa optimis dalam dirinya. Maka jawab Asy’ab, “Setiap kali aku sedang berjalan mengantarkan
jenazah ke kubur, lalu aku melihat ada dua orang saling berbisik, aku yakin
mereka tengah membicarakan wasiat pusaka yang dipesankan sang mayit untuk
diberikan kepadaku”
****
Pesaing
Asy’ab
Siapapun tidak pernah
membayangkan jika ada yang lebih rakus dari Asy’ab. Pada suatu hari, Asy’ab
berkumpul dengan beberapa orang temannya. Setelah mengobrol panjang lebar,
mereka bertanya kepada Asy’ab, “Menurutmu,
apakah ada yang lebih rakus daripada kamu.?”
“Ada,” jawab Asy’ab spontan. “Yaitu
anjing betina milik keluarga si polan. Jika anjing itu melihat ada dua orang
mengunyah permen karet, ia akan mengikuti orang-orang itu dalam jarak tujuh mil
karena mengira mereka sedang makan sesuatu.”
****
Sumber : Idhak Ma’a Asy’ab (Mustofa
Asyur) _ terjemahan : Tertawa bersama Orang Tamak (Abdurrohman Shiddiq) / Maret
2004 / Penerbit Pustaka Anisah-Rembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar