Identitas Subjek
Nama : AU
Usia : 22 tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
1.
Tujuan
Untuk mengetahui perbaandingan hantaran suara pada
median tulang tengkorak pada telinga kanan dan kiri.
2.
Dasar Teori
Smeltzer (2002), menyatakan bahwa uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah
garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau
pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien.
Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan, atau
di telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara
seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah
kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, ototis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena
obstruksi akan menghambat ruang suara sehingga akan terjadi peningkatan
konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan mengalami
lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk
kasus kehilangan pendengaran unilateral (Arif Muttaqin, 2010 : 120).
Weber
|
|
Metode
|
Pangkal
garpu tala yang bergetar diletakkan di vertex tengkorak
|
Normal
|
Mendengar
sama keras di kedua sisi
|
Tuli
Hantaran
(satu
telinga)
|
Bunyi
lebih keras di telinga yang sakit karena efek masking oleh bunyi lingkungan
tidak ada
|
Tuli
Saraf
(satu
telinga)
|
Bunyi
lebih keras di telinga normal
|
Tabel 9-1. Uji-uji garpu tala yang sering dugunakan
untuk membedakan antara tuli sarafi dan tuli hantaran (William F. Ganong, 2001
: 176).
3.
Prosedur
§ Alat
dan Bahan
a.
Garputala 426,6 Hz no 25
b.
Kertas HVS / lembar kerja
c.
Alat tulis (pensil dan bolpoint)
d.
Inform Consent
§ Langkah
Kerja
Tester terlebih dahulu memegang garputala 426,6 Hz
dengan benar, yaitu dengan cara memegang dengan erat ujung pada garputala.
Kemudian, tester memukulkan garputala pada bantalan (busa) kursi sehingga
garputala bergetar. Setelah garpu tala dipukulkan, tester langsung menempelkan
ujung garputala tepat di atas kepala, atau di median tulang tengkorak. Tester
kemudian bertanya kepada testee pada telinga manakah (kanan, kiri, atau
keduanya) getaran garpu tala lebih terasa. Setelah itu, tester menuliskan
hasilnya pada lembar kerja.
4.
Hasil
Telinga Kanan
|
Telinga Kiri
|
Keterangan
|
+
|
-
|
Laterlisasi kanan
|
Keterangan
:
+ : mendengar
-
: tidak mendengar
5.
Analis
Tester mengalami lateralisasi kanan, artinya tester lebih
cenderung mendengarkan getaran garpu tala pada telinga kanannya. Sesuai teori
Smeltzer (dalam Arifin Muttaqin : 2010), bahwa individu dengan pendengaran
normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara
terpusat di tengah kepala, maka kondisi pendengaran testee dikatakan tidak normal.
Smeltzer juga menyebutkan apabila terjadi kehilangan
sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya
lebih baik dan apabila ada kehilangan pendengaran konduktif, suara akan lebih
jelas terdengar pada sisi yang sakit. Maka diindikasikan testee mengalami tuli
konduktif atau tuli saraf.
Namun, jika berdasarkan Tabel 9-1 Tes Rinne, William F.
Ganong (2001 : 176), maka testee belum tentu mengalami baik tuli
hantaran (konduktif) ataupun tuli saraf. Hal ini dikarenakan munculnya faktor masking, dimana terdengar sumber suara
lain selain dari getaran garpu tala akibat ruangan praktikum yang tidak kedap suara
sehingga testee sulit merasakan dimana getaran garpu tala yang sesungguhnya
terdengar.
6.
Kesimpulan
Hasil tes Weber adalah testee mengalami lateralisasi
kanan. Artinya pendengaran testee tidak normal atau terjadi gangguan. Gangguan
ini dapat berupa tuli konduktif (hantaran) atau tuli saraf.
sumber : Laporan Praktikum 2 Psikologi Faal_ UMS_ Fk.Psikologi_ Muh Reza Putra_ F100104016_ 26 April 2012
sumber : Laporan Praktikum 2 Psikologi Faal_ UMS_ Fk.Psikologi_ Muh Reza Putra_ F100104016_ 26 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar