"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Selasa, 14 Februari 2012

Tekanan, Mental, & Prestasi Siswa SMA



          
     Perbedaan signifikan antara masa SMA dengan bangku perkuliahan adalah pada proses belajar akademiknya. Pembelajaran pada bangku perkuliahan lebih cenderung pada pemahaman dan aplikasi sesuai dengan jurusan dan kematangan karir yang dipilih, sedangkan pembelajaran tingkat SMA lebih cenderung pada kegiatan belajar untuk mencapai suatu standar kompetensi dalam jangka waktu tertentu.
       
    Dalam dunia pendidikan formal, pentingnya pengukuran prestasi akademik tidaklah dapat disangsikan lagi. Sebagaimana diketahui, proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang memerlukan waktu, dana dan usaha serta kerjasama berbagai pihak. Berbagai aspek dan faktor terlibat dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Tidak ada pendidikan yang secara sendirinya berhasil mencapai tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor pendukung yang ada dalam sistem pendidikan tersebut.
         
       Betapa jelasnya pun suatu tujuan pendidikan telah digariskan, tanpa usaha pengukuran maka akan mustahil hasilnya dapat diketahui. Tidaklah layak untuk menyatakan adanya suatu kemajuan atau keberhasilan program pendidikan tanpa memberikan bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh. Bukti peningkatan atau pencapaian inilah yang harus diambil dari pengukuran prestasi secara terencana.
        
      Mencapai standar kompetensi pada berbagai mata pelajaran berarti merupakan sebuah tuntutan prestasi. Tuntutan prestasi artinya menjadi sebuah tekanan bagi seluruh siswa dan setiap siswa pasti memiliki cara yang berbeda - beda untuk dapat memenuhi tuntutan atau keluar dari tekanan ini. Proses untuk dapat keluar dari tekanan inilah yang sedikit banyak dapat menciptakan mindset, kecerdasan emosi, atau kematangan mental bagi setiap siswa.
       
     Tahap kecerdasan emosi atau kematangan mental menjadi sangat penting bagi seorang individu, terlebih dalam menjalani kehidupan sehari - hari. Menurut Mohd Najib (2000), emosi merupakan sesuatu kebangkitan diri seseorang terhadap suatu hal atau reaksi terhadap keadaan yang dialami. Emosi, perasaan dan nilai juga menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang untuk menentukan pencapaian dan keadaan hidupnya (Ediger (1997) dalam Razali (2004)). Bila dikaji dengan lebih mendalam lagi, perasaan dan emosi adalah penting untuk kesejahteraan dan kebahgiaan serta keselarasan dalam kehidupan. Oleh karena itu , kecenderungan dalam mengawal emosi dengan baik adalah faktor penentu kecemerlangan atau keberhasilan baik secara personal maupun professional (Goleman, 1995).
        
      Fungsi kecerdasan emosi atau kematangan mental sendiri, menurut Golemen (1995) bagi seseorang individu adalah merupakan faktor utama kepada penentuan kesuksesan seorang individu, terutama pelajar. Dalam bukunya, Emotional Intelligence, menurut Goleman (2000:44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
       
         Ini jelas menunjukkan bahwa tahap Emotional Quotient (EQ) yang baik adalah faktor yang amat dititkberatkan dalam kehidupan seseorang individu yang berhasil (Zainuddin, 2000). Keberhasilan dalam suatu bidang juga dapat membantu remaja membentuk harga diri mereka yang positif (Bednar, 1989, dalam : Habibah, 1997).
       
     Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perl mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa . Hasil beberapa penelitian di University of  Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi magresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002:17).


sumber : makalah B.Indo, Pengaruh Tuntutan Prestasi terhadap Kematangan Mental Pelajar SMA, M. Reza Putra (F100104016)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar