.......Fokus sesungguhnya dari pendidikan karakter yang marak dibicarakan dewasa ini adalah pada terbentuknya karakter itu sendiri. Jika demikian, lantas seberapa pentingkah karakter itu bagi seseorang..?
.......Prof. Suyanto. Ph.D., selaku Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemendiknas RI, dalam makalahnya yang disajikan di Seminar Nasional Membangun Generasi Masa Depan Melalui Pendidikan Karakter, Universitas Muhammadiyah Surakarta , 18 Mei 2011 menyebutkan definisi karakter, yaitu perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat istiadat, dan estetika.
.......Drs. Kunto Nugroho HP, M.Si.,Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah dalam seminar yang sama juga menyebutkan definisi karakter, yaitu watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang terdir atas sejumlah nilai, moral, dan norma yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.
Karakter dalam Perspektif Psikologi
.......Sarlito W. Sarwono (2009), dalam bukunya Psikologi Sosial menyebutkan bahwa sikap adalah cerminan dari watak (karakter). Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, perasaan, dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap objek sikap. Jadi, kedalaman sikap seseorang terhadap suatu objek dapat diukur dari pengetahuan, perasaannya, dan bagaimana ia memperlakukan objek tersebut.
.......Hal ini membuktikan bahwa sikap akan sangat mempengaruhi perilaku terhadap seseorang terhadap suatu objek. Dari pembahasan ini, didapat tiga komponen penting yang saling mempengaruhi, yaitu karakter atau watak, sikap, dan perilaku. Ketiga komponen ini dapat digambarkan sebagai berikut :
karakter -> sikap -> perilaku
.......Artinya, salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi manusia untuk berperilaku adalah karakter, watak, trait, atau disebut sebagai disposisi. Dari watak atau karakter tertsebut terbentuklah sikap yang merupakan cerminan dari karakter itu. Ketiga komponen tersebut (karakter, sikap ,dan perilaku) akan saling mempengaruhi dan saling berbanding lurus.
.......Jika karakter seseorang adalah baik, terpuji, atau positif terhadap suatu objek, maka besar kemungkinan sikap dan perilaku nyata yang akan ditunjukkan kepada objek tersebut akan positif juga, begitu pula sebaliknya.
.......Misal, apabila seseorang memiliki karakter sebagai orang yang baik dan care, maka besar kemungkinan terhadap siapapun ia akan ramah dan murah senyum. Berbeda jika seseorang memiliki watak yang pemarah, maka terhadap siapapun terlebih yang telah membuatnya tersinggung, maka ia pun juga tak akan segan untuk marah. Bahkan, ketika seseorang memiliki karakter sebagai seorang kriminal, jika ia bersikap baik terhadap seseorang pun maka itu hanyalah sebuah kedok atau kebohongan yang tujuan sebenarnya ialah kelak untuk merugikan objek atau orang tersebut.
.......Berdasarkan beberapa hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter yang merupakan watak seseorang menjadi kunci untuk menentukan sikap dan perilakunya terhadap orang lain. Sehingga, sesuai dengan tema pembahasan, “pendidikan karakter” yang bertujuan untuk membentuk karakter yang jujur, dapat dipercaya, amanah, dan berani bertindak sangatlah diperlukan terutama untuk seluruh elemen masyarakat.
Spiritualitas dan Karakter
.......Karakter menentukan terbentuknya sikap, sedangkan sikap menentukan respon atau perilaku seseorang terhadap seseorang. Manusia memiliki Kecerdasan Ganda yang oleh Daniel Goleman disebut Multiple Intelligences. Daniel Goleman mengingatkan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter yang lebih menekankan pada aspek pendidikan moral dan emosional.
.......Akumulasi dari berbagai kecerdasan tersebut adalah kecerdasan spiritual. Dengan demikian, Pendidikan Karakter terkait dengan kecerdasan spiritual. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa kematangan kecerdasan spiritual sangat terkait dan tergantung kepada bagaimana impact atau dampak keberhasilan Pendidikan Karakter dilakukan oleh sebuah komunitas manusia. Bahkan pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan juga akan mengalami kegagalan jika tidak mampu membentuk Karakter yang baik, unggul dan kuat (Character building) bagi pribadi dan masyarakat pendukungnya.
.......Jika karakter “yang baik” telah terbentuk, maka terbentuk pula sikap positif, yang pada akhirnya akan menimbulkan perilaku dalam keseharian dan kebiasaan yang sesuai dengan nilai-nilai moral maupun spiritual semata-mata demi mencapai kesejahteraan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Aplikasi Pendidikan Karakter
1. Di lingkungan keluarga :
a).Pendidikan moral dari Ibu sebagai madrasah pertama anak.
b).Membiasakan keluarga untuk taat dalam beribadah.
c).Menanamkan nilai-nilai sosial dalam keluarga (misal : saling membantu, pembagian tugas dalam rumah tangga, memuliakan tamu, mandiri, rukun dengan tetangga).
2. Di lingkungan masyarakat :
a).Mengintensifkan kegiatan sosial masyarakat (seperti : TPQ, remaja dan takmir masjid, karangtaruna, PKK, lansia, balita, kerja bakti, arisan, siskamling).
b).Penyuluhan-penyuluhan sosial melalui kegiatan-kegiatan masyarakat.
c).Menciptakan lingkungan masyarakat yang rukun, sehat, dan bermoral tinggi sehingga dapat membantu anak belajar dari lingkungan tempat tinggalnya.
3. Di lingkungan pendidikan formal (sekolah) :
a).Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan.
b).Menyisipkan nilai-nilai moral dan religius di setiap mata pelajaran / mata kuliah.
c).Pelatihan Kepemimpinan dan Keorganisasian lewat Intra dan Ekstrakulikuler (OSIS, Kerohanian, pramuka, KIR, pecinta alam).
d).Penerapan tata krama dan tata tertib serta sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
4. Di lingkungan Bangsa dan Negara :
a).Penyuluhan Tata Tertib yang jelas serta sanksi tegas bagi siapapun pelanggarnya.
b).Menciptakan lingkungan pemerintah yang tertib, bertanggungjawab, tegas, dan transparan sehingga dapat menjadi pemerintahan yang baik (good goverenment).
c).Sosialisasi segala kebijakan pemerintah dengan jelas dan bersahabat.
d).Pemerintah membuka dialog bagi masyarakat yang ingin berpendapat secara bebas namun tetap bertanggungjawab.
a).Pendidikan moral dari Ibu sebagai madrasah pertama anak.
b).Membiasakan keluarga untuk taat dalam beribadah.
c).Menanamkan nilai-nilai sosial dalam keluarga (misal : saling membantu, pembagian tugas dalam rumah tangga, memuliakan tamu, mandiri, rukun dengan tetangga).
2. Di lingkungan masyarakat :
a).Mengintensifkan kegiatan sosial masyarakat (seperti : TPQ, remaja dan takmir masjid, karangtaruna, PKK, lansia, balita, kerja bakti, arisan, siskamling).
b).Penyuluhan-penyuluhan sosial melalui kegiatan-kegiatan masyarakat.
c).Menciptakan lingkungan masyarakat yang rukun, sehat, dan bermoral tinggi sehingga dapat membantu anak belajar dari lingkungan tempat tinggalnya.
3. Di lingkungan pendidikan formal (sekolah) :
a).Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan.
b).Menyisipkan nilai-nilai moral dan religius di setiap mata pelajaran / mata kuliah.
c).Pelatihan Kepemimpinan dan Keorganisasian lewat Intra dan Ekstrakulikuler (OSIS, Kerohanian, pramuka, KIR, pecinta alam).
d).Penerapan tata krama dan tata tertib serta sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
4. Di lingkungan Bangsa dan Negara :
a).Penyuluhan Tata Tertib yang jelas serta sanksi tegas bagi siapapun pelanggarnya.
b).Menciptakan lingkungan pemerintah yang tertib, bertanggungjawab, tegas, dan transparan sehingga dapat menjadi pemerintahan yang baik (good goverenment).
c).Sosialisasi segala kebijakan pemerintah dengan jelas dan bersahabat.
d).Pemerintah membuka dialog bagi masyarakat yang ingin berpendapat secara bebas namun tetap bertanggungjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar