Metode Observasi Time Sampling dikembangkan oleh Willard
Olson pada pertengahan 1920-an. Metode
ini mengarahkan observer untuk mempersempit perhatian dengan merekam aspek
tertentu dari perilaku sebagaimana terjadinya dalam interval waktu tertentu (Irwin
& Bushnell, 1980). Metode time sampling mempunyai karakteristik : observer
melihat dan mencatat perilaku tertentu dalam kurun waktu yang sama dan
menentukan interval secara teratur atau secara acak / random. Perilaku dan
peristiwa yang terjadi di luar periode tersebut tidak dicatat. Panjang interval
dan distribusi periode observasi dan pencatatan dapat bervariasi tergantung
pada tujuan observasi.
Variasi pada prosedur time sampling
sangat banyak. Variasi dapat terjadi tidak hanya pada panjang waktu dan
distribusi menual waktu, tetapi juga teknik pencatatan yang digunakan. Meskipun
time sampling seringkali menggunakan skema koding untuk mencatat perilaku,
istilah “pencatatan” dan ekspansi pencatatan mengindikasikan bentuk pencatatan
naratif dapat digunakan. Ciri yang utama dari time sampling adalah interval
waktu yang tepat dan seragam dan bukan pada teknik pencatatan spesifik yang
digunakan. Dengan demikian, time sampling dapat dikatakan sebagai metode
terbuka bila memuat data-data kasar.
Derajat Selektivitas metode time sampling sangat efektif, karena hanya
mengobservasi perilaku target yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dari
sisi derajat Inferensi, time sampling
memerlukan inferensi awal atau interpretasi. Hal ini dikarenakan observer yang
menggunakan metode ini perlu membuat keputusan dengan segera berkaitan dengan
perilaku yang akan dicatat. Keputusan ini didasarkan pada apakah perilaku yang
terlihat termasuk dalam kategori diskriptif tertentu atau lainnya.
Keuntungan dari time sampling adalah
tidak ada batasan jenis perilaku yang dapat diobservasi dengan metode ini.
Metode ini juga ekonomis dalam waktu dan energy. Efisiensi ini terjadi karena
metode time sampling mengatur isi observasi dengan tepat dan jumlah waktu yang
digunakan oleh observer. Efisiensi juga dicapai karena penggunaan skema koding
mengurangi varibilitas judgment dan
inferensi antar observer, yang pada gilirannya dapat meningkatkan reliabilitas
inter-rater. Time sampling juga menyediakan data yang representatif dan
reliable, jika ingin mengumpulkan data dalam jumlah besar seperti misalnya
dalam penelitian. Selain itu, metode time sampling juga dapat dikombinasikan
dengan beberapa teknik pencatatan yang berbeda, misalnya koding dan naratif
deskriptif. Dengan demikian dapat diperoleh data perilaku target dan sekaligus
detail konteks dan perilaku.
Keterbatasan penggunaan skema koding
dalam metode time sampling yakni tidak dapat menangkap detil dari konteks,
seperti apa perilaku yang terjadi, bagaimana sequencenya, bagaimana perubahan
perilaku dari waktu ke waktu, atau bagaimana keterkaitan perilaku tersebut
dengan perilaku yang lain. Brandt mengungkapkan kelemahan time sampling dengan
menyatakan kurang akan kontinuitas, kelengkapan kontekstual, dan kenaturalan
sampel peristiwa. Frekuensi kejadian dari perilaku tertentu juga menjadi faktor
keterbatasan. Berkaitan dengan hal ini, Irwin dan Bushnell (1980) menyatakan
bahwa time sampling menjadi metode yang efektif jka perilaku terjadi rata-rata
paling tidak sekali setiap 15 menit.
Time sampling tidak memperlakukan
perilaku sebagaimana kejadian alamiahnya. Time sampling dapat dikatakan hanya
mengobservasi fragmen tindakan karena tidak secara akurat menampilkan apa yang
terjadi dalam urutan-urutan perilaku yang lebih luas. Menurut Irwin Bishnell
(1980) penggunaan kategori yang telah ditentukan dapat membuat bias apa yang
dilihat oleh observer karena observer lebih terfokus pada upaya mencari
perilaku yang sesuai dengan kategori daripada mendeskripsikan apa saja yang
terjadi sehingga mengabaikan perilaku yang penting untuk memahami perilaku atau
pola yang dikaji.
Langkah-langkah dalam menggunakan metode
ini yaitu, observer terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
seperti jam digital sebagai pedoman waktu, kertas kosong sebagai lembar kerja,
peralatan menulis (pensil atau bolpoint), serta peralatan dokumentasi seperti
photo digital atau Handphone. Observer kemudian menentukan interval waktu yang
diinginkan dan jam berapa akan memulai observasi. Setelah semua disiapkan,
observer bisa memulai kegiatan observasi. Observer harus mampu fokus pada tiga
hal yakni perilaku objek observasi, pencatatan hasil observasi, serta pedoman
waktu yang mengatur lamanya interval observasi.
.sumber : Laporan Observasi Praktikum 2_Muh Reza Putra_Fk. Psikologi UMS_2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar