HARAKIRI - kisah-kisah para pelaku harakiri paling dikenang - , merupakan seri buku dari penerbit bukukatta ke lima yang pernah saya baca (koleksi saya yang lain bisa anda lihat di rubrik Buku-Bagus di blog ini). Berisi tiga cerita (saya bingung mau nyebut kisah ini novel atau cerpen, klo disebut novel ini tak terlalu panjang, klo disebut cerpen sebenarnya tak terlalu pendek juga) kisah tentang perjuangan seorang atau sekelompok samurai yang memandang tinggi ritual Harakiri atau lebih dikenal dengan nama Seppuku ini.
Harakiri atau seppuku, hakikatnya adalah perbuatan melukai dan membunuh diri senidiri dengan cara menusuk perut dan menyobeknya ke arah samping maupun atas perut menggunakan pedang pendek atau disebut Yoroidoshi. Tindakan ini dilakukan para samurai Jepang sebagai bentuk pertanggungjawaban, bentuk protes terhadap suatu kebijakan, bahkan sebagai bentuk pertahanan akan harga diri.
Perbuatan yang bagi kita tidak logis dan irrasional memang, namun faktanya bagi para samurai dan pemegang teguh prinsip samurai, ritual ini dipandang begitu tinggi, ritual yang mampu menunjukkan eksistensi bahkan aktualisasi puncak diri mereka sebagai seorang samurai sejati. Itu pula yang terjadi pada kisah-kisah yang disampaikan dalam buku ini.
Pada dua kisah awal -47 Ronin,Oda Nobunaga-, pandangan yang terlampaui tinggi terhadap ritual seppuku dianggap lumrah karena kala itu adalah era kekuasaan Daimyo dan jaman samurai tradisional yang masih memegang teguh prinsip bushido atau etika samurai atau ”jalan samurai” yang menekankan pada kesetiaan, kedisplinan, dan kesederhanaan.
Namun, pada kisah terakhir -Yukio Mishima-, ketika jaman Jepang modern sudah di tiba, jauh meninggalkan era samurai yang dianggap tradisonal dan ketinggalan jaman, masih ada segelintir orang yang menjunjung tinggi ritual seppuku. Bahkan di akhir kisah, sang tokoh dan satu pengikut setianya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan ritual sakral ini, menobek perut dan menyuruh seorang pengikut lainnya untuk memenggal kepalanya sendiri, sebagai bentuk protes akan ke-modern-nan Jepang yang meninggalkan tradisi-tradisi para leluhur. Peristiwa yang begitu mengguncangkan media kala itu.
So, bagaimanakah kisah selengkapnya, dan pelajaran apa saja yang mungkin dapat kita petik dari kisah-kisah kesetiaan ini? Silakan anda nikmati sendiri cerita panjang perjalanannya.
Berikut sedikit sinopsisnya :
Detik melambat. Ini adalah saatnya.
Lord Asano menggenggam pedang dengan dua tangan dan menggumamkan doa singkat ketika mengarahkan ujung pedang di bagian bawah perut sebelah kiri. Rasa nyeri yang luar biasa seakan menancap lebih dulu pada otaknya saat dia menusuk pedang itu ke perut. Napasnya tersengal-sengal. Pandangannya menggelap saat dia menunduk dan melihat sekilas saja darah bercipratan dari perutnya membasahi permadani. Ia tak sempat tersengal lebih lama lagi ketika sang kyukashu yang mengenali tanda-tanda itu segera memenggal Asano dengan satu tebasan pedang panjang...
-Kisah 47 Ronin
.
Tangan kirinya telah menggenggam sarung pedang pendeknya. Sementara tangan kanannya menghunus senjata itu. Ia merasa tak perlu terburu-buru melakukannya.
“Tak ada sesal!!” Nobunaga akhirnya berkata keras-keras.
Tusukan itu menembus perut dengan kuat. Kemudian diiringi dengan sayatan membujur dari tenaga yang tersisa, Nobunaga memuncratkan darah ke lantai yang memantulkan api yang berkobar di ruangan itu...
-Kisah Oda Nounaga, Si Bodoh dari Owari
.
Aku tak boleh gagal, katanya pada Moruta selaku kaishakunin. Dia sudah lama membayangkan gerakan itu, dan sudah pula melatihnya. Kini sekaranglah saat terakhirnya.
Lalu Mishima berteriak lantang, “Tenko Hankai Banzai!!”
Itu adalah komando bagi dirinya sendiri untuk menyobek perutnya, dan juga menjadi tanda bagi Morita untuk mengayunkan pedang memenggal kepalanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar