kolam ikan dipekarangan rumah & sholat berjamaah di AlMuk
by : reza putra
Adakah hubungan antara
kolam ikan dengan sholat berjamaah? Secara ilmiah, tentu saja tidak ada! Ya,
ini semua hanya karangan saya semata kok, so ndak usah terlalu serius ya
bacanya, hehe..^^
Bicara tentang kolam, Alhamdulillah di rumah saya ada seonggok kolam yang sudah dibangun 2 tahun
silam, ukuran 1 x 1,5m dengan kedalaman ±1 meter. Awal-awal saya & keluarga
coba memelihara kakap & gurameh. Katanya sih mudah, tapi sebagai amatiran kenyatanya
memelihara ikan saja sangat sulit. Hampir semua ikan kakap satu persatu mati, finally hanya 4 gurameh saja yang bertahan hidup sampai sekarang.
Beberapa kali kami
gonta-ganti ikan (dari kakap, nila, patin, koi) & sempet beli alat penyaring air
yang lumayan mahal. Jangankan ikan nya jadi besar, bertahan hidup saja tidak,
bahkan alat penyaring airnya malah jadi sarang nyamuk. Ah.. sudahlah, kami putuskan
untuk fokus memelihara 4 gurameh yang tersisa, tentu dengan pemeliharaan
yang biasa saja.
Beberapa bulan
kemudian, 4 gurameh yang kami pelihara kian lama kian besar. Luar biasa
bahagianya, hehe.. Namun, kami pikir sayang rasanya kalau kolam sebesar ini hanya
berisi gurameh saja. Maka berbekal ilmu dari mbah google dan tekad doang, kami beli lagi ikan Nila. Di luar perkiraan, ternyata ikan nila bisa
bertahan dan ukurannta mulai besar. Tak hanya itu, beberapa bulan kemudian,
bibit-bibit ikan nila mulai bermumculan, bergerombol dan berenang dengan
lincah. Alhamdulillah, ikan nila tadi tak hanya tumbuh besar bahkan mulai
berkembang biak.
Namun ujian tak
berhenti sampai di situ. Dahulu pun kami pernah mengalami hal serupa, yakni melihat lahirnya
bibit-bibit ikan nila. Namun sayang, beberapa hari setelah kelahiran, bibit-bibit itu
habis dimakan ikan-ikan lainnya. Pernah juga kami coba pindahkan indukan dan
anak-anaknya tadi supaya aman dari kejaran ikan lain, tapi lantaran tidak tahu
cara memelihara yang baik & benar, pada akhirnya bibit ikan tadi satu persatu mati
juga.
So.., peristiwa lahirnya bibit nila kali ini sungguh membuat kami bahagia, sekaligus bersedih juga. Bahagia lantaran melihat
bibit-bibit ikan yang lincah tadi seakan melihat sebuah harapan baru yang mulai
tumbuh. Dan sedih juga, karena kami takut bibit ikan tadi akan bernasib sama seperti
pendahulunya, hilang atau mati satu persatu.
Akhirnya kami
hanya bisa pasrah, kami putuskan untuk tetap membiarkan bibit-bibit itu di
habitat asli bersama induknya di kolam, biarlah seleksi alam berjalan
sebagaimana mestinya. Yang penting kami istiqomah memelihara ikan seperti
biasanya. Satu pekan kemudian, bibit-bibit tadi sudah tak tampak lagi di
permukaan, jujur kami mulai harap-harap cemas. Tapi toh kami sudah komitmen
untuk ikhlas seandainya bibit ikan tadi sudah habis dilahap ikan lain, di sisi lain
kami juga mencoba tetap berprasangka baik siapa tahu bibit-bibit tadi selama
ini hidup di dasar kolam yang memang tak terlihat dari atas.
Alhamdulillah tak pernah kami sangka, bibit-bibit itu ternyata selama ini bertahan meskipun jumlahnya tak sebanyak seperti saat pertamakali
mereka menetas. Mereka mulai terlihat di permukaan, tumbuh dengan ukuran tubuh yang sudah tidak mungkin dimangsa oleh ikan-ikan besar lainnya. Berenang
bergerombol dengan sangat lincahnya. Sesekali terlihat mereka berkejaran dengan ikan
yang lebih besar, ntahlah mau dimangsa atau malah diajak main, hehe..
Yup, generasi ikan pertama
ini terus tumbuh hingga saat ini, bahkan sudah seukuran induknya. Tak
sampai di situ, bibit-bibit ikan lain mulai terlahir & juga terus tumbuh, dan finally Alhamdulillah saat ini bibit ikan generasi ketiga kami sedang berjuang
menapaki masa pertumbuhannya. Jujur, begitu bahagia dan damainya hati melihat kolam
ikan kami yang kini sangat merah meriah.
Nah terus, apa
hubungannya kisah yang panjang lebar tadi dengan sholat berjamaah..?? Sekali
lagi saya tegaskan tidak ada, hehe..^^ Hanya saja guru ngaji saya pernah
bilang, “Masjid yang baik itu kalau sholat berjamaah tiap harinya
lengkap”. Apa maksudnya lengkap? “Kalau semua generasi”, lanjut
beliau, “Bisa sholat di situ. Dari orang tua, dewasa, remaja, juga
anak-anak., asalkan
masing-masing generasi tadi ada yang mewakili di setiap sholat berjamaah, itu
sudah jadi tanda kalau masjid tadi 'hidup' & masa depannya baik, kata guru saya.
Berkaca dari kolam tadi, memanglah benar demikian. Melihat ikan-ikan, ada yang kecil ada yang besar, berenang bersama dengan damai sangatlah menenangkan hati. Begitu pula perihal sholat, melihat anak-anak, remaja, bapak-bapak, ataupun orang tua yang sudah sepuh & beruban, bisa sholat berjamaah bersama-sama, saling bersalaman, duduk bersama,
bercengkerama seusai sholat, terasa begitu mendamaikan. Bagi saya orangtua menjadi simbol
kebijaksanaan, para remaja menjadi simbol semangat, dan anak-anak menjadi
simbol masa depan yang cerah. Ah.. sungguh membahagiakan.. ^^
Saya juga teringat
bagaimana susahnya mengajak anak-anak dan remaja untuk aktif terlibat di
kegiatan masjid. Alih-alih aktif, sekedar ngajak untuk sholat di masjid saja
nyatanya sangatlah sulit. Dari berpuluh-puluh anak dan remaja yang diajak, (mungkin) hanya 50% saja yang mau menyambut seruan tadi. Dari 50% tadi, (mungkin) hanya setengahnya saja yang bersedia istiqomah, dan yang istiqomah tadi saya dapati mereka adalah orang-orang yang berkualitas spiritualnya. Maka memang tak dipungkiri dalam hal kebaikan
selalu ada seleksi dari Allah SWT. Tapi bener kan ya? kondisi ini persis seperti
kisah bibit ikan tadi kan? Hehe..
Bagaimanapun, ternyata
kuncinya adalah istiqomah, ikhlas, dan pasrah. Istiqomah memelihara
ikan dengan baik, sembari memasrahkan sepenuhnya hasil kepada Allah SWT, &
(harus) ikhlas menerima hasilnya apapun itu, Alhamdulillah (kok ya lhadalah)
Allah justru memberikan yang terbaik. Begitupula dalam mengurus masjid,
mengajak, mendidik anak-anak atau remaja, saya kira kuncinya pun sama, yakni istiqomah,
ikhlas, dan pasrah. Istiqomah berbuat kebaikan amar ma’ruf nahi munkar,
memasrahkan sepenuhnya hasil kepada Allah SWT, dan kudu ikhlas menerima apapun
hasilnya kelak, maksudnya jangan sampai kita sakit hati kalau-kalau ajakan
kebaikan kita ditolak, ya pokoknya ikhlas saja.
Toh kita semua paham,
bahwa tidak ada keputusan atau kehendak Allah SWT yang buruk, pastilah
semuanya yang terbaik buat hamba-Nya, apapun itu, tak peduli bagaimana
pandangan kita.. Yah.., ALLAH mah emang gitu, hehe.. ^^
Wallahu’alam bi shawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar