Mana yang lebih utama,
antara orang yang tercipta di atas akhlak
yang terpuji, dengan seseorang yang
sungguh-sungguh dalam melawan nafsunya agar memiliki akhlak yang terpuji?
Mana yang lebih tinggi kedudukannya di antara keduanya?
Sebagai jawaban atas masalah
ini, dapat kami katakan bahwa orang yang dicipta di atas akhlak yang baik sudah
barang tentu lebih sempurna. Hal ini bila ditinjau dari keber-akhlaqkannya
dengan akhlak yang baik itu, atau jika ditinjau dari adanya akhlak yang baik
itu pada dirinya, karena ia tidak perlu susah payah untuk memiliki sifat
tersebut dan juga tidak akan kehilangan di mana pun ia berada. Sebab, akhlak
yang baik itu sudah menjadi perangai dan karakternya. Di setiap waktu, engkau
akan senantiasa menemukan dirinya berakhlak yang baik. Demikian juga di setiap
tempat dan keadaan, engkau akan mendapatinya selalu berakhlak yang baik.
Dilihat dari sudut ini, sudah tentu ia lebih sempurna.
Sedangkan yang lain,
yang selalu bersungguh-sungguh di dalam melatih dirinya agar berakhlak yang
baik, sudah barang tentu ia mendapatkan pahala atas kesungguhnannya. Dengan
demikian, ia lebih uatama dari sudut ini. Akan tetapi, dari aspek kesempurnaan
akhlak tentu memiliki kekurangan yang jauh dibandingkan dengan diri orang
pertama.
Jika seseorang
dianugerahi dua macam akhlak di atas, akhlak yang alami dan akhlak yang
merupakan hasil bentukan manusianya, maka tentu ia menjadi lebih sempurna.
Dengan demikian, dalam hal ini, manusia terbagi menjadi empat kategori :
- Orang yang terhalang mendapatlan akhlak yang baik/mulia, dari sudut karakter bawaannya maupun dari karakter bentukannya.
- Orang yang terhalang mendapatkan akhlak yang baik.mulia, dari sudut karakter bawaanannya, namun mendapatkan karakter baik tersebut melalui upaya (usaha) bentukannya sendiri.
- Orang yang dianugerahi akhlak yang baik/mulia, dari sudut karakter bawaan maupun melalui karakter yang ia bentuk.
- Orang yang dianugerahi akhlak yang baik/mulia, dari sudut karakter bawaan, namun tidak dianugerahi akhlak tersebut nelalui karakter yang ia bentuk.
Tidak diragukan lagi
bahwa kategori ketiga adalah kategori
yang terbaik di antara keempat macam kategori di atas, karena ia menggabungkan
karakter bawaan dengan karakter bentukan yang merupakan hasil upayanya untuk
memiliki akhlak yang baik.13)
______________________________________________________________
13) Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa
seluruh bentuk akhlak yang itama itu tumbuh dari dua hal :
-Pertama : Kekhusyukan (al-khusyu’)
-Kedua : Ketinggian tekad (uluwwu ‘i-himmah)
Dalam kitab Al-Fawa’id (210-211), Ibnu Qoyyim
mengatakan, “Akhlak-akhlak yang utama seperti : sabar, berani, adil,
kejantanan, kesucian diri, penjagaan, kedermawanan, penyantun, pemaaf, lapang
dada, tabah, berani, menggung beban, mementingkan orang lain (itsar), kemuliaan
diri dari segala perbuatan rendahan, rendah diri, puas dengan segala yang ada
(qona’ah), jujur, ikhlas, membalas kebaikan dengan semisal atau yang lebih
baik, melupakan kesalahan orang lain, meninggalkan segala hal yang tidak
bermakna, mencela segala perilaku yang buruk, dan seterusnya, sesungguhnya
lahir dari kekusyukan dan ketinggian tekad. Alloh Subhanahuwata’ala
memberitahukan tentang bumi bahwa ia dalam keadaan khusyuk, lalu Alloh
Subhanahuwata’ala menurunkan air hujan kepadanya sehingga bumi pun bergoyang
(tumbuh subur tanamannya), dan mulai memperlihatkan perhiasannya dan
keceriaannya. Demikianlah pulalah dengan
makhluk yang ada di bumi ini jika mendapatkan taufik dari Alloh
Subhanahuwata’ala”
sumber : Rahasia Hidup Bahagia (Meraup Melimpahnya Pahala dengan Berhias Akhlak
Mulia)_ hal : 22-24_ Muhammad bin Sholih Al-‘Utsimin_ 2007_ Solo : Al-Qowam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar