Alhamdulillah,
sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada bu Aulia selaku dosen Psikologi
Sekolah yang telah memberikan tugas review film dan analisisnya. Klo tanpa
tugas dari beliau, saya ndak bakalan sempat nonton apalagi nganalisis film
keren ini, hehe.. Yah, jujur film ini sedikit banyak telah menginspirasi saya
tentang pentingnya peran psikolog di masyarakat dan sekolah.
Meski film ini bukan
kisah tentang seorang psikolog, tapi kewajiban psikolog sangat kentara terlihat
di film ini terlebih dalam mendampingi anak-anak di persiapan menghadapi UN, memberi
dukungan moral dan spiritual, membersamai mereka dikala belajar, istirahat,
bahkan di saat mereka bermain. Yah, bagi saya itu semua semata tidak hanya agar
anak-anak ini bisa lulus UN, namun lebih jauh lagi adalah mengajarkan mereka
untuk mampu dewasa & bijaksana dalam menghadapi dan menyikapi hidup.
Oke berikut ringkasan
film ‘Serdadu Kumbang’ berdasarkan perspektif Psikologi Sekolah dari catatan
pribadi saya, hehe.. Semoga bermanfaat!!
~~ Film “Serdadu Kumbang”
mengkisahkan seorang anak berusia ± 12 tahun bernama Amek bersama kawan-kawannya
yang tinggal di suatu pedesaan kecil di Sumbawa. Meski memiliki bibir sumbing,
Amek terkenal sebagai seorang joki kuda yang handal hingga akhirnya ia terpilih
mewakili desanya untuk suatu perlombaan. Amek tinggal bersama ibu dan kakaknya,
sedangkan ayahnya bekerja di Malaysia. Bersama teman-temannya, Amek menempuh
pendidikan di suatu sekolah yang hanya memiliki 5 guru, serta ± 15 murid SD dan
± 15 murid SMP. Meskipun sudah memiliki ruangan kelas dan gedung, namun sekolah
Amek masih minim fasilitas seperti kursi yang kerap kali patah.
amek dkk, menjadi 'trio nakal tapi baik hati' di film ini
Amek dan teman-temannya
seringkali merasa lelah bersekolah karena setiap masuk mereka sering dihukum
oleh salah satu guru yang terkenal galak yaitu Pak Alim. Hukuman yang diberikan
lebih menjurus pada aktifitas fisik seperti lari, skotjump, dan pushup yang
berlebihan hingga pernah terjadi kasus pingsannya salah seorang teman Amek akibat
kelelahan. Ketegasan yang terkesan kaku ini diberikan Pak Alim lantaran tidak
ingin siswa-siswanya tidak disiplin sehingga menyebabkan mereka kembali tidak
bisa lulus UN untuk kedua kalinya. Meski demikian, masih ada dua orang guru
yang mengajar dengan cara yang baik dan tulus sehingga mereka dicintai oleh murid-muridnya.
Salah satu guru tersebut yakni bu Imbok, yang bahkan rela mendatangi rumah murid-muridnya
yang membolos sekolah demi sekedar memberikan pengertian bahwa membolos itu
tidak baik dan bersekolah itu sangatlah penting. Guru ini pula yang menyediakan
waktu luangnya untuk memberikan pelajaran tambahan pada anak-anak tersebut, bahkan
bagi para penduduk terutama lansia yang buta huruf di desa Amek.
waktu dihukum sama pak Alim
Salah satu masalah yang
paling riskan terjadi pada siswa-siswa dan orangtua wali adalah kala mereka
akan menghadapi Ujian Nasional (UN). UN mungkin benar-benar menjadi momok
terbesar warga di desa Amek sehingga hal ini menyebabkan beberapa orangtua wali
murid bahkan tidak segan untuk meminta pertolongan ke dukun serta meminta jimat
agar anaknya lulus meskipun mereka tahu hal itu syirik dan berdosa. Salah satu
murid tercerdas yang dipresdiksi akan lulus adalah kakak perempuan Amek sendiri
yang bernama Minun. Namun sayang, pada saat pengumuman kelulusan, semua siswa
SMP dinyatakan tidak lulus UN termasuk Minun yang notebene adalah juara kelas
dan peraih piala penghargaan. Pihak sekolah sempat diprotes oleh orangtua wali
dan mempertanyakan mengapa siswa secerdas Minun bahkan tidak bisa lulus UN.
Klimaks dari dampak ketidaklulusan ini menyebabakan Minun merasa tertekan
sehingga ia melakukan suatu tindakan yang pada akhirnya merengut nyawanya
sendiri.
Kematian Minun begitu
mengguncang jiwa keluarga terutama Amek. Amek pun jatuh sakit karena menolak
untuk untuk makan dan memilih diam. Namun, mengingat jasa kakaknya yang rela
mengeluarkan tabungan demi menebus kuda Amek yang digunakan untuk jaminan
hutang, Amek akhirnya bangkit kembali untuk berlatih kuda dan belajar dengan
sungguh-sungguh agar ia bisa lulus UN. Pada akhirnya, Amek dan teman-temannya
berhasil meraih impiannya yaitu lulus UN Sekolah Dasar. Hal ini juga berkat
bimbingan bu guru Imbok yang rela mengajar anak didiknya diluar jam sekolah,
serta bimbingan Papin, salah seorang ustadz yang turut memotivasi anak-anak
agar mengerjakan UN dengan cara yang baik (jujur). Tidak hanya itu, Amek pun akhirnya
berhasil memenangkan kejuaraan balap kuda. Bahkan, ia kini mendapatkan sesuatu
yang tidak akan ia duga-duga yakni operasi bibir sumbing gratis. ~~
Alhamdulillah,
demikian postingan hari ini, untuk postingan selanjutnya insyAllah akan kita
analisis film ini berdasarkan teori-teori Psikologi Sekolah (tentu saja dari materi dosen dan catatan saya, hehe..). Yups, yang terpenting bukanlah seberapa
panjang analisisnya, tapi pelajaran apa saja yang dapat kita ambil, dan kemudian
kita contoh dari analisis tersebut. Oke kawan, terimakasih atas perhatiannya,
and sayonara..!!!! ^^ Oia, galeri2 lainnya :
kumpul bersama kawan-kawan
suasana kelas Amek, siiip!!! pada antusias semua
Papin selalu memotivasi anak didiknya
bu Guru Imbok tidak segan membersamai murid-muridnya,
patut kita contoh!! ^^
pengajian di masjid, agenda dakwah yang patut di pertahankan
always together, hehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar