"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Sabtu, 20 April 2013

Rencana Mati, Rencana Hidup




Ya Allah, aku bersumpah kepadaMu!”, kata ‘Abdullah ibn Jahsyi di malam perang Uhud, “Bahwa besok pagi aku akan bertemu musuh. Aku akan membunuh mereka, dan mereka akan membunuhku. Lalu mereka akan membedah perutku, mengiris hidungku, dan mencarah telingaku. Lalu, akau akan menghadapMu dan Engkau bertanya kepadaku, ‘Demi siapa semua ini?’, dan aku akan menjawab, ‘UntukMu’.”

Dengan menitikkan air mata, S’ad ibn Abi Waqqash yang mengisahkan doanya bersama ‘Abdullah ibn Jahsyi berkata, “Kami mendapatkan apa yang kami mohon. Tapi doa ‘Adullah lebih baik dari doaku. Aku berdoa kepada Allah agar bertemu musuh yang kuat, lalu aku mengalahkannya dan mengambil rampasannya. Dan dia berdoa untuk menghadap Allah dalam kedaan yang paling diridhaiNya. Dia mendapatkannya.. Dia mendapatkannya..”

Mencita-citakan kematian? Merencanakannya dengan doa dan upaya? Ya, sebaiknya memang begitu. Karena kita, di jalan cinta pejuang diperintahkan untuk bertaqwa, dan jangan mati kecuali dalam keadaan muslim yang mulia. Maka alangkah bermakna seorang sahabat yang menolak rampasan perang dan berkata, “Tidak ya Rasulullah, bukan untuk ini. Aku berperang agar ini!” ia menunjuk satu titik di nadi lehernya. “Kalau ia jujur kepada Allah”, kata sang Nabi, “Dia akan mendapatkan apa yang dicitakannya.” Dan benar, di perang berikutnya ia mendapatkannya. Sebuah anak panah menancap tepat di titik yang dulu dia tunjuk dengan jarinya.

‘Umar ibn Al Khaththab suatu hari berdoa dengan pinta yang membuat Hafsah kaget. “Ya Allah, matikan aku sebagai syahid di tanah Nabimu.”

“Ayah.. Apakah engkau ingin syahid di Madinah ini, di haram Nabi Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam? Mengapa bukan di medan jihad Syam atau Persia? Apakah itu berarti musuh-musuh Allah akan kembali menyerang dan menghancurkan kota penuh berkah ini?”

“Hafsah putriku.. Allah Maha Kuasa untuk mengabulkan permohonan hambaNya tanpa mengubah karuniaNya bagi yang lain.” Dan ‘Umar benar-benar syahid di mihrab kekasihnya, dengan tikaman Abu Lu’lu’, pendendam besar dari Persia.



sumber : Salim A Fillah_Jalan Cinta para Pejuang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar