Ya Allah, aku bersumpah
kepadaMu!”, kata ‘Abdullah ibn Jahsyi di malam perang Uhud, “Bahwa besok pagi
aku akan bertemu musuh. Aku akan membunuh mereka, dan mereka akan membunuhku. Lalu
mereka akan membedah perutku, mengiris hidungku, dan mencarah telingaku. Lalu,
akau akan menghadapMu dan Engkau bertanya kepadaku, ‘Demi siapa semua ini?’,
dan aku akan menjawab, ‘UntukMu’.”
Dengan menitikkan air
mata, S’ad ibn Abi Waqqash yang mengisahkan doanya bersama ‘Abdullah ibn Jahsyi
berkata, “Kami mendapatkan apa yang kami mohon. Tapi doa ‘Adullah lebih baik
dari doaku. Aku berdoa kepada Allah agar bertemu musuh yang kuat, lalu aku
mengalahkannya dan mengambil rampasannya. Dan dia berdoa untuk menghadap Allah
dalam kedaan yang paling diridhaiNya. Dia mendapatkannya.. Dia mendapatkannya..”
Mencita-citakan
kematian? Merencanakannya dengan doa dan upaya? Ya, sebaiknya memang begitu. Karena
kita, di jalan cinta pejuang diperintahkan untuk bertaqwa, dan jangan mati
kecuali dalam keadaan muslim yang mulia. Maka alangkah bermakna seorang sahabat
yang menolak rampasan perang dan berkata, “Tidak ya Rasulullah, bukan untuk ini.
Aku berperang agar ini!” ia menunjuk satu titik di nadi lehernya. “Kalau ia
jujur kepada Allah”, kata sang Nabi, “Dia akan mendapatkan apa yang
dicitakannya.” Dan benar, di perang berikutnya ia mendapatkannya. Sebuah anak
panah menancap tepat di titik yang dulu dia tunjuk dengan jarinya.
‘Umar ibn Al Khaththab
suatu hari berdoa dengan pinta yang membuat Hafsah kaget. “Ya Allah, matikan
aku sebagai syahid di tanah Nabimu.”
“Ayah.. Apakah engkau
ingin syahid di Madinah ini, di haram
Nabi Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam?
Mengapa bukan di medan jihad Syam atau Persia? Apakah itu berarti musuh-musuh
Allah akan kembali menyerang dan menghancurkan kota penuh berkah ini?”
“Hafsah putriku.. Allah
Maha Kuasa untuk mengabulkan permohonan hambaNya tanpa mengubah karuniaNya bagi
yang lain.” Dan ‘Umar benar-benar syahid di mihrab kekasihnya, dengan tikaman
Abu Lu’lu’, pendendam besar dari Persia.
sumber : Salim A Fillah_Jalan Cinta para
Pejuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar