Baumrind (dalam Marini & Adriani, 2005) menyatakan bahwa terdapat
4 jenis pola asuh orangtua yaitu :
1)
Authoritative;
Mengandung demanding dan responsive. Dicirikan
dengan adanya tuntutan dari orang tua yang disertai dengan komunikasi terbuka
antara orang tuadan anak, mengharapkan kematangan perilaku pada anak disertai
dengan adanya kehangatan dari orang tua.
2)
Authoritarian;
Mengandung demanding dan unresponsive. Dicirikan
dengan orang tua yang selalu menuntut anak tanpa memberi kesempatan pada anak
untuk mengemukakan pendapatnya, tanpa disertai dengan komunikasi terbuka antara
orang tua dan anak juga kehangatan dari orang tua.
3)
Permissive;
Mengandung undemanding dan responsive. Dicirikan
dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya
tuntutan ataupun kontrol, anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang
diinginkannya.
4)
Uninvolved;
Mengandung undemanding dan unresponsive. Dicirikan
dengan orangtua yang bersikap mengabaikan dan lebih mengutamakan kebutuhan dan
keinginan orang tua daripada kebutuhan dan keinginan anak, tidak adanya
tuntutan, larangan ataupun komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Untuk
setiap orang tua, penerapan pola asuhnya dapat berbeda-beda.
Sedangkan pola asuh menurut Stewart dan Koch (Aisyah, 2010)
terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu :
1.
Pola Asuh Otoriter
Menurut Stewart dan Koch (Aisyah, 2010), orang tua yang menerapkan
pola asuh otoriter mempunyai ciri antara lain: kaku, tegas, suka menghukum,
kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh
pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan
tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak.
Orang tua tidak mendorong serta member kesempatan kepada anak
untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut
tanggung jawab seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung memberi
hukuman terutama hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap
anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada
perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol
dengan ketat.
Sutari Imam Barnadib (Aisyah, 2010) mengatakan bahwa orang tua
yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta
mengutarakan perasaan-perasaannya, sehingga pola asuh otoriter berpeluang untuk
memunculkan perilaku agresi.
2.
Pola Asuh Demokratis
Baumrind & Black (Aisyah, 2010) dari hasil penelitiannya
menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan
keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri
membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang
bertanggung jawab.
Stewart dan Koch (Aisyah, 2010) menyatakan bahwa orang tua yang
demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara
bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala
sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog
dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan
keluhankeluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu
memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak
secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.
Menurut Hurlock (Aisyah, 2010) pola asuhan demokratik ditandai
dengan ciri-ciri bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan
mengembangkan kontrol internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua,
anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Sutari Imam Barnadib (Aisyah, 2010) mengatakan bahwa orang tua
yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak, dan tidak hanya sekedar
mampu memberi nasehat dan saran tetapi juga bersedia mendengarkan
keluhankeluhan anak berkaitan dengan persoalanpersoalannya. Pola asuhan
demokratik memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang tua.
Di samping itu, remaja yang orang tuanya menggunakan pola asuh demokratis
memiliki hubungan yang lebih harmonis antara anak dengan anak dan dengan orang
tua.
3.
Pola Asuh Permisif
Tipe orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak
sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang
sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri
dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya.
Menurut Spock (Aisyah, 2010) orang tua permisif memberikan kepada
anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin
pada anak. Hurlock (Aisyah, 2010) mengatakan bahwa pola asuhan permisif
bercirikan adanya kontrol yang kurang, orang tua bersikap longgar atau bebas,
bimbingan terhadap anak kurang.
Ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih banyak dibuat oleh
anak daripada orang tuanya. Sutari Imam Banadib (Aisyah, 2010) menyatakan bahwa
orang tua yang permisif, kurang tegas dalam menerapkan peraturanperaturan yang
ada, dan anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi
keinginannya.
Dr. Paul Hauck (dalam Yusniyah,
2008) menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam pola, yaitu :
1.
Kasar dan tegas
Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik
menentukan peraturan yang keras dan teguh yang tidak akan di ubah dan mereka
membina suatu hubungan majikan-pembantu antara mereka sendiri dan anak-anak
mereka.
2.
Baik hati dan tidak tegas
Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak-anak nakal
yang manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang bersifat kekanak-kanakan
secara emosional.
3.
Kasar dan tidak tegas
Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya
diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak dengan sengaja berprilaku buruk dan
ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan untuk itu.
4.
Baik hati dan tegas
Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak-anak mereka
tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam melakukan ini, mereka membuat
suatu batas hanya memusatkan selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si
anak atau pribadinya.
Menurut Baumrind (Marini & Adriani, 2005) dalam kehidupan
sehari-hari kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari ke semua pola asuh
yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan daripada
pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa terdapat tiga jenis pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola
asuh permisif, serta pola asuh demokratis. Pola asuh yang terbaik adalah pola
asuh demokratis karena akan
menjadikan anak mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan pola asuh otoriter menjadikaan anak agresif dan
pola asuh permisif menjadikan anak
manja.
tolong referensinya dong, biar gampang nyarinya
BalasHapuskak, terima kasih atas informasinya. tapi..... bagaimana cara buat background yang seperti kakak ini? tolong bantuannya terima kasih ^^
BalasHapusIZIN SHARE YA
BalasHapus