"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Sabtu, 13 April 2013

Macam Pola Asuh OrangTua Menurut Ahli




Baumrind (dalam Marini & Adriani, 2005) menyatakan bahwa terdapat 4 jenis pola asuh orangtua yaitu :

1)         Authoritative;
Mengandung demanding dan responsive. Dicirikan dengan adanya tuntutan dari orang tua yang disertai dengan komunikasi terbuka antara orang tuadan anak, mengharapkan kematangan perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orang tua.

2)         Authoritarian;
Mengandung demanding dan unresponsive. Dicirikan dengan orang tua yang selalu menuntut anak tanpa memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya, tanpa disertai dengan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak juga kehangatan dari orang tua.

3)         Permissive;
Mengandung undemanding dan responsive. Dicirikan dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

4)         Uninvolved;
Mengandung undemanding dan unresponsive. Dicirikan dengan orangtua yang bersikap mengabaikan dan lebih mengutamakan kebutuhan dan keinginan orang tua daripada kebutuhan dan keinginan anak, tidak adanya tuntutan, larangan ataupun komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Untuk setiap orang tua, penerapan pola asuhnya dapat berbeda-beda.


Sedangkan pola asuh menurut Stewart dan Koch (Aisyah, 2010) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu :

1.       Pola Asuh Otoriter
Menurut Stewart dan Koch (Aisyah, 2010), orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri antara lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak.
Orang tua tidak mendorong serta member kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.
Sutari Imam Barnadib (Aisyah, 2010) mengatakan bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya, sehingga pola asuh otoriter berpeluang untuk memunculkan perilaku agresi.

2.         Pola Asuh Demokratis
Baumrind & Black (Aisyah, 2010) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Stewart dan Koch (Aisyah, 2010) menyatakan bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhankeluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.
Menurut Hurlock (Aisyah, 2010) pola asuhan demokratik ditandai dengan ciri-ciri bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Sutari Imam Barnadib (Aisyah, 2010) mengatakan bahwa orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak, dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran tetapi juga bersedia mendengarkan keluhankeluhan anak berkaitan dengan persoalanpersoalannya. Pola asuhan demokratik memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan orang tua. Di samping itu, remaja yang orang tuanya menggunakan pola asuh demokratis memiliki hubungan yang lebih harmonis antara anak dengan anak dan dengan orang tua.

3.         Pola Asuh Permisif
Tipe orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya.
Menurut Spock (Aisyah, 2010) orang tua permisif memberikan kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam melaksanakan disiplin pada anak. Hurlock (Aisyah, 2010) mengatakan bahwa pola asuhan permisif bercirikan adanya kontrol yang kurang, orang tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak kurang.
Ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Sutari Imam Banadib (Aisyah, 2010) menyatakan bahwa orang tua yang permisif, kurang tegas dalam menerapkan peraturanperaturan yang ada, dan anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat dan memenuhi keinginannya.


Dr. Paul Hauck (dalam Yusniyah, 2008) menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam pola, yaitu :

1.                  Kasar dan tegas
Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik menentukan peraturan yang keras dan teguh yang tidak akan di ubah dan mereka membina suatu hubungan majikan-pembantu antara mereka sendiri dan anak-anak mereka.

2.                  Baik hati dan tidak tegas
Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak-anak nakal yang manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang bersifat kekanak-kanakan secara emosional.

3.                  Kasar dan tidak tegas
Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak dengan sengaja berprilaku buruk dan ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan untuk itu.

4.                  Baik hati dan tegas
Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak-anak mereka tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam melakukan ini, mereka membuat suatu batas hanya memusatkan selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si anak atau pribadinya.
Menurut Baumrind (Marini & Adriani, 2005) dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari ke semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa terdapat tiga jenis pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, serta pola asuh demokratis. Pola asuh yang terbaik adalah pola asuh demokratis karena akan menjadikan anak mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan pola asuh otoriter menjadikaan anak agresif dan pola asuh permisif menjadikan anak manja.


3 komentar:

  1. tolong referensinya dong, biar gampang nyarinya

    BalasHapus
  2. kak, terima kasih atas informasinya. tapi..... bagaimana cara buat background yang seperti kakak ini? tolong bantuannya terima kasih ^^

    BalasHapus