Aku jatuh cinta lagi?
Alamak, apakah ini
guyonan tukang sayur? Atau, jangan-jangan hanya gossip? Sebenarnya aku malu
mengakuinya, namun aku akan berusaha jujur pada diri sendiri dengan mengatakan
bahwa aku memang benar-benar jatuh cinta lagi.
Saat ini, statusku
adalah seorang suami. Selain itu, aku juga ayah dari dua orang anak. Bahkan umurku
pun sudah menginjak 30 tahun.
Lantas, salahkah jika
aku jatuh cinta lagi?
Aku berusaha sekuat
tanaga untuk membuang rasa ini. Namun, rasa itu semakin melekat dalam hatiku. Aku
telah mengatakan bahwa aku telah mempunyai anak dan istri, tetapi si Dewi Cinta
tetap saja tak peduli. Ia mengatakan bahwa cinta tak mengenal batasan usia dan
status. Akhirnya, aku pun pasrah dalam dekapannya.
Lalu, siapakah yang
telah membuat hatiku mabuk kepayang?
Ia adalah seorang
wanita yang sempurna. Dari segi fisik, ia lumayan cantik (nilainya sekitar
tujuh plus). Wajahnya bulat telur dan memiliki tahi lalat yang mempesona. Hidungnya
mancung. Matanya mengingatkanku pada sosok artis film India, Renee Mukherjee,
yang tajam dan penuh arti.
Namun, bukan hanya segi
fisik itu yang membuatku jatuh cinta kepadanya.
Ia adalah orang yang
sangat pengertian, penyayang, dan selalu bersikap baik kepadaku. Ia tidak segan
menegurku ketika aku salah. Namun, ketika aku berhasil meraih prestasi dalam
hidup ini, ia juga orang pertama yang memuji dan memberiku selamat.
Saat aku terpuruk
beberapa bulan yang lalu, ia pun datang kepadaku dengan senyuman yang
menentramkan jiwaku. Bagitu ia datang, rasa gundah dalam hatiku oun lenyap. Sehingga
aku sering mengibaratkannya sebagai seorang dokter. Ketika aku sakit, dokter
akan memeriksa, lalu mengdoagnosis penyakit, dan memberi obat. Setelah meminum
obat dari dokter, maka penyakitku berangsur-angsur akan sembuh.
Namun wanita itu lebih
hebat dari dokter. Sebab ia bisa menyembuhkan segala penyakitku hanya dengan
senyuammnya. Ya, senyumannya yang tulus itu dapat menyembuhkan segala rasa
sakit yang aku rasakan.
Hanya ada empat wanita
terbaik dalam hidupku, yaitu ibu, istri, dan kedua putriku.
Tetapi,
apa yang kurasakan saat ini? Ah, entahlah…
****
Perasaan cinta ini
tiba-tiba muncul pada suatu malam, ketika aku pulang dari bekerja. Saat itu,
aku melihat seraut wajah yang tampak lelah, namun menyiratkan keteguhan dan
kerja keras. Memang aku tahu persis perjuangan hidupnya tidak bisa dianggap
enteng. Namun semnagatnya tetap membara. Sehingga, wanita itu benar-benar
membutakan hatiku.
Sekali lagi, aku
pandangi wanita yang berada di depanku. Maka, aku semakin kagum pada pesonanya.
Sungguh, hanya dengan memandangnya, seolah-olah aku telah teriduksi oleh
semangat yang muncul dalam dirinya.
Aku mendekat, lalu
kupegang wajahnya yang teguh. Dan, sebaris senyuman yang menawan pun
tersungging di sana. Kemudian, aku pun memeluknya.
Terimakasih
Ya Allah, Engkau telah memberikan istri yang cantik luar dan dalam kepadaku. Sungguh
di dekatnya, aku merasa sangat tenteram. Kalau boleh aku menyebut surge dunia,
di sinilah aku pernah mencicipinya, di dalam rumah kami yang mungil.
“Istriku, aku jatuh
cinta lagi padamu!” teriakku histeris.
sumber
:
Cup
of Tea (Secangkir The Penyejuk Jiwa yang Lelah), hal : 181-184. Penulis :
Alang-alang Timur. Penerbit : Diva Press, Jogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar