Hidup
Ini Keras, Maka Gebuklah! Yups, itulah judul novel yang saya
dapat akhir Januari lalu via voucher UMS di Book Store. Terus terang saja,
meskipun pecinta buku-buku novel, saya masih saja ngerasa ndeso perihal judul buku dan nama pengarang. Saya tidak tahu siapa
Prie GS, sang pengarang ini buku yang sudah sangat terkenal itu. Siapa pula si
Ipung, tokoh utama di novel ini yang juga tidak kalah terkenalnya.
So, satu-satunya
motivasi alias alasan saya membeli buku ini hanyalah karena komentar di belakang
buku. Hanya karena komentar.? Ya, saya
amat tertarik dengan salah satu komentar di buku ini, dimana sang komentator menyamakan
si Ipung dengan salah seorang pahlawan Jepang zaman Sengoku, yakni Hideyoshi Toyotomi.
Nah, kalau Hideyoshi siapa
juga yang tidak kenal? Dialah, yang meskipun dijuluki si wajah monyet dikenal pula sebagai negosiator ulung yang bijak.
Selain menjadi penerus Oda Nobunaga, dia juga mampu mewariskan ambisi besarnya
untuk menyatukan Jepang yang kelak dipegang oleh successor nya, Ieyasu Tokugawa. Ketiganya menjadi legenda Jepang
yang tak terlupakan hingga saat ini.
So., siapakah si Ipung
ini.? Yang bahkan patut disandingkan dengan kecerdasan Hideyoshi.? Oke,
daripada penasaran akhirnya langsung saya beli ini buku (gratis ding, kan pakai
voucher ^^) untuk sesegera mungkin dilumat. And..,
amazing..!! baru seperempat buku saya
baca, cukup untuk menggambarkan kepribadian unik si Ipung.
Hahahay..!!! ternnyata
benar, tidak salah kalau Ipung memang bak Hideyoshi, seorang remaja berwajah
pas-pasan, kampungan malah, namun dengan kecerdasan di luar nalar manusia pada
umumnya. Meski otak ganjil dan maneuver
nya sulit ditebak, tapi memang diakui dialah yang dikenal paling sabar dan bijaksana.
Menjadi problem solver sekaligus
pemimpin bagi teman-temannya.
Oia, yang membuat saya
bangga juga adalah bahwa si Ipung diceritakan sebagai anak Solo alias Surakarta tulen, asli.!! Berkat
bimbingan khusus dari paklik Wuryanto dengan humor khas Jawanya, dan keteguhan
hati Minarni, sang wanita teduh & bijaksana yang merupakan Ibu dari Ipung
sendiri, akhirnya muncullah tokoh Ipung yang merantau ke Semarang dengan
berbekal bakat nylenehnya. Hehe.., sebagai “wong
Solo” asli, saya makin bangga dengan nilai-nilai Jawa. Dan selain Ipung,
masih banyak tokoh lain yang mungkin membuat anda tercengang.
Oke, tampaknya saya
memang harus berterimakasih. Maturnuwun Prie GS, maturnuwun juga Ipung dkk,
saya telah belajar banyak dari panjenengan semua. Dan anda masih penasaran kah.??
Monggo dibaca sendiri ya bukunya. Walau tebalnya ± 574 lembar doang, tapi yakin Anda tidak akan bosan,
apalagi sampai muntah, hehe.. InsyAllah inti di setiap lembarnya, bisa anda hirup
dalam-dalam. Oke, selamat mambaca!! dan ingat : “Hidup ini keras, maka gebuklah!”
^^