Identitas
Subjek
Nama : AU
Usia : 22 tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
1.
Tujuan
Untuk mengetahui perbaandingan hantaran suara antara
testee dan tester.
2.
Dasar Teori
Gelombang-gelombang
dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara dan getaran
yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporal.
Pada tes ini, penguji
meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala
probandus. Probandus
akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak
mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang
diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding).
Bagi pembanding dua kemungkinan
dapat terjadi : akan mendengar suara,
atau tidak mendengar suara. (http://doctorology.net,
21/04/12,
19.33 WIB)
Swabach
|
|
Metode
|
Hantaran
tulang pasien di bandingkan dengan subjek normal
|
Normal
|
Sama
dengan pemeriksa
|
Tuli
Hantaran
(satu
telinga)
|
Hantaran
tulang lebih baik daripada normal (gangguan ini menyebabkan efek bising
masking tidak ada)
|
Tuli
Saraf
(satu
telinga)
|
Hantaran
tulang lebih buruk daripada normal
|
Tabel 9-1.
Uji-uji garpu tala yang sering dugunakan untuk membedakan antara tuli sarafi
dan tuli hantaran (William F. Ganong, 2001 : 176).
3.
Prosedur
§ Alat
dan Bahan
a. Garputala
426,6 Hz no 25
b.
Kertas HVS / lembar kerja
c.
Alat tulis (pensil dan bolpoint)
d.
Inform Consent
§ Langkah
Kerja
Tester terlebih dahulu memegang garpu tala 426,6 Hz
dengan benar, yaitu dengan cara memegang erat ujung pada garpu tala. Kemudian,
tester memukulkan garpu tala pada bantalan (busa) kursi sehingga garpu tala
bergetar. Setelah garpu tala dipukulkan, tester langsung menempelkan ujung
garpu tala pada tulang di belakang telinga testee. Tester kemudin
menginstruksikan kepada testee agar segera member isyarat apabila getaran di
garputala sudah tidak terdengar.
Saat testee sudah tidak mendengar getaran pada garpu
tala, tester melepaskan garpu tala dari telinga testee dan langsung
menempelkannya ke tulang di belakang telinga tester sendiri untuk mengetahui
apakah masih terdengar getaran atau tidak. Dalam tes ini, tester berperan
sebagai pembanding yang memiliki ketajaman pendengaran normal, sehingga hasil
akhir kondisi testee ditentukan oleh tester. Setelah hasil diketahui, tester
menuliskan pada lembar kerja.
4.
Hasil
Telinga Kanan
|
Telinga Kiri
|
|||
Testee
|
-
|
-
|
-
|
|
Tester
|
+
|
-
|
-
|
|
Keterangan
|
Memendek
|
Sama dengan pemeriksa
|
Keterangan
:
Testee
: (-) mendengar getaran
Tester : (-) tidak mendengar getaran
(+) masih mendengar getaran
5.
Analis
Keterangan hasil pada telinga kiri testee adalaah sama
dengan pemeriksa. Artinya hantaran tulang testee sama dengan hantaran tulang
normal sehingga pendengaran testee dikatakan normal. Hal ini juga dikarenakan
hantaran suara pada tulang testee sudah tidak terdengar pada tester sebagai
pembanding normal.
Sedangkan keterangan hasil pada telinga kanan testee
adalah memendek. Artinya suara getaran masih terdengar di hantaran tulang
tester setelah hantaran tulang testee selesai. Ini menunjukkan bahwa hantaran
tulang testee lebih buruk dari hantaran tulang tester sebagai pembanding. Hal
ini sesuai dengan teori pada Tabel
9-1 Tes Rinne, William F. Ganong (2001 : 176) bahwa hantaran tulang yang lebih
buruk dari normal merupakan indikasi tuli saraf.
6.
Kesimpulan
Hasil tes Swabach bahwa testee telinga kiri testee
sama dengan pemeriksa yang berarti pendengaran testee normal, sedangkan telinga
kanan testee memendek yang artinya testee diindikasikan mengalami gangguan
pendengaran berupa tuli saraf.
sumber : Laporan Praktikum 2 Psikologi Faal_ UMS_ Fk.Psikologi_ Muh Reza Putra_ F100104016_ 26 April 2012