HATI itu bersifat muqalib, artinya yang berbolak-balik. Kadang kita terkondisi dalam
keimanan yang baik, membuat jiwa terasa segar ceria. Beramal pun terasa begitu
mudah. Namun sering juga hati kita terasa pepat, sempit, dan suntuk sehingga
beramal apa pun terasa susah.
Agar
hati senantiasa dalam keadaan baik maka aktivitas ibadah khusus maupun ibadah
umum harus dijaga kualitasnya, ditingkatkan kuantitasnya, dan dipelihara
kesinambungannya. Sebab kondisi hati sangat menentukan seluruh penampilan
intelektual (akal) kita lho..! Orang yang cerdas sekalipun kalau tersinggung,
cepat marah, atau gampang meledak, jadi kelihatan tidak intelek, kan?
Bahkan
dengan kondisi emosi seperti itu, seorang yang paling cerdas sekalipun bisa
kehilangan kesempatan untuk meraih prestasi, lho..! Haaah, yang bener?!! Coba
aja ingat-ingat sekelilingmu atau terusin dulu deh ngebacanya, oke! Lanjuttt!
Pernah nonton film Dead Poet Society? Di film itu digambarkan seorang remaja
yang sangat cerdas, IQ-nya tinggi, bersekolah di sekolah favorit, tetapi bunuh
diri dengan cara menembak batok kepalanya sendiri, karena orang tuanya
melarangnya berkesenian dan bermain drama. Tragis bukan?
Orang
ganteng juga kalau lagi jutek pasti hilang gantengnya. Ups, jangan percaya
kalau ada yang ngerayu kita. Terutama para cewek, “kamu kalau lagi manyun tambah
cakep lho!” Itu sih rayuan gombal. Logikanya begini, kalau lagi suntuk dibilang
begitu, pasti kita akan ke ge-eran, terus tersenyum lebar. Jadinya kita
terlihat cakep,. Yang bikin cakep itu senyumnya, bukan juteknya. Begitu chu,
Non! (yang cowok lagi-lagi dilarang ngiri!). Nah, mumpung sebentar lagi
Ramadhan, yuuk, kita bersemangat untuk beribadah (sebab banyak temannya, iya
kan.. hayooo ngaku!).
Agar
hati tetap terjaga dan seluruh penampilan kita tetap oke. So, setelah Ramadhan
ini, kita tidak boleh lantas bersorak : Horeee..! Bulan puasa habis, yuk kita
ramai-ramai makan yang banyak..., dan balik lagi nggak rutin sholat atau nggak
usah ngaji. Ih, nggak boooleh dong! Kita harus tetap menjaga kelangsungan ibadah
kita seperti di bulan Ramadhan. Itulah sebabnya ada puasa sunah Syawal.
Setelah
Ramadhan, kita memiliki tugas untuk meneruskan ibadah yang berkualitas. Minimal
tetap sholat tepat pada waktunya, tetap membaca Al-Quran dengan rutin, tetap
qiyamullail pada waktu-waktu tertentu, tetap bersedekah, dan tetap bergaul
dengan orang yang saleh sehingga benar-benar menjadi manusia baru.
Menjadi
manusia yang sadar dirinya senantiasa dalam penglihatan Allah sehingga hubungan
kita menjadi hubungan yang mesra dan penuh cinta. Seperti firman Allah SWT
dalam Hadist Qudsi Nya, Allah berfirman, “langit dan bumi tidak mampu
meliputi-Ku, tetapi kelembutan hati hamba-Ku yang beriman mampu melingkupi-Ku.”
sumber
: Be New You (Jurus Biar Gak Jutek) Izzatul Jannah, Eureka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar