Bicara tentang manusia baru, tentu nggak akan lepas dari masalah hati. Iya dong. Menurut Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumidin mengatakan, bahwa hati mengandung tiga pengertian
Pertama
Hati adalah segumpal daging yang di dalamnya ada lubang dan di dalam lubang itu ada darah hitam (dalam ilmu kedokteran disebut liver)
Kedua
Hati adalah sesuatu yang halus (lathifah) dan bersifat ketuhanan (rabbaniyah)
Ketiga
Hati adalah nafs yang di dalamnya terhimpun dalam berbagai jenisnya. Ada yang disebut nafs mutmainah (diri atau jiwa yang tenang, misalnya jiwa yang suka berdzikir, bawaannya serius tapi santai, memiliki jiwa yang lapang, sabar, penuh kasih, pemaaf, dan sebagainya).
Namun ada yang disebut nafs lawwamah (jiwa yang mencela, misalnya dikit-dikit mengeluh, menghina orang lain, cemberut, jutek, dan sebagainya), dan yang paling buruk adalah nafs ammarah bissuu’l (jiwa yang selalu menurut kepada yang jahat, misalnya dengki, suka memfitnah, merusak, dan sebaginya). Nah, kondisi hati itulah yang akan mempengaruhi diri kita secara keseluruhan.
Wah, ngeri juga, yaa? Ternyata kondisi hati akan membuat kita cenderung kepada kejahatan atau kebaikan. Ini dijelaskan oleh Kabir Helminski, penulis buku The Knowing Heart : A Sufi Path of Transformation yang mengatakan , bahwa bila hati dalam keadaan sadar (awakened) dan bersih (purifed) maka kapasitas terhadap kebaikan serta kedermawanannya menjadi tidak terkunci, alias selalu terbuka lebar. Hal ini melahirkan sifat-sifat ketinggian kemanusiaan kita. Masya Allah, boleh jadi itu sebabnya ya, ada orang yang selalu berprasangka baik, tidak cepat marah, dan cepat tersentuh kebaikan.
Ada pula yang begitu mudah marah seperti Andi dan kawan-kawannya yang sampai tega menumpahkan darah sesamanya atau seperti Wati yang putus asa dari rahmat Allah, sehingga mengambil jalan pintas untuk bunuh diri. Kamu mungkin sering membaca cerita, hanya gara-gara uang seribu perak, seseorang bisa berantem hingga bunuh-bunuhan. Atau ada kakak beradik yang nggak mau saling sapa hanya gara-gara rebutan pacar. Atau juga keluarga besar yang berantakan akibat berebut warisan. Tetangga teman saya malah pernah bacok-bacokan gara-gara warisan.
Menyedihkan ya, jika orang-orang telah diliputi dendam? Mereka adalah orang yang hatinya kurang bersih dan hatinya tidak tercerahkan oleh sifat-sifat ketuhanan (rabbaniyah) yang semestinya mereka miliki. Artinya, mereka akan memosisikan diri sebagai manusia-manusia jutek. Hidup bersama mereka, boro-boro dapat senyum manis, tidak dipelototi saja sudah alhamdulillah.
Sumber buku : Izzatul Jannah (
Tidak ada komentar:
Posting Komentar