Suatu hari, si anak pulang sekolah dengan sebuah surat dari gurunya. Surat itu dititipkan untuk ibunya. Maka tanpa curiga sedikitpun, setibanya di rumah ia sampaikan surat itu kepada ibunya. Dan si anak langsung bingung. Kenapa..? Soalnya habis baca surat itu, ibunya langsung menangis tersedu-sedu. Si anak yang belum genap 12 tahun jadi bertanya-tanya. Kenapa ibuku menangis, ya..?
Sungguh sedih dan hancur hati sang ibu saat membaca surat itu. Di dalam surat itu dikatakan bahwa putranya mengalami keterbelakngan daya fikir. Dan dengan hormat dimohon untuk mengundurkan diri dari sekolah karena menghambat perkembangan teman-temannya yang lain! Wow, ibu mana yang nggak sedih kalau anaknya dikatakan sebodoh itu..?
Kebetulan sang ibu ini bukan jenis wanita yang hanya menangis meratapi keadaan. Ia termasuk wanita yang punya prinsip. Saat putranya dikatakan demikian, dia mencoba sabar dan mulai mengambil keputusan. Mau tahu keputusannya apa..? Dia bertekad saat itu juga, jika sekolah biasa tidak mampu mendidik anaknya, maka dia sendiri yang akan mendidik putranya!
Tahun demi tahun berlalu. Si anak tumbuh menjadi dewasa dan pada akhirnya menemi ajalnya. Hebatnya, pada tanggal kematiannya, 18 Oktober 1931, masyarakat Amerika serentak memadamkan lampu di rumah masing-masing untuk menghormati kematian orang tersebut. Tahukah kamu siapa si anak malang tadi..? Dialah sang penemu bola lampu, yang namanya dikenang orang sepanjang zaman! Dialah Thomas Alva Edison.
Rasanya sulit dipercaya, kan hal itu benar-benar nyata..? Coba bayangkan bagaimana seandainya sang ibu tidak punya kepercayaan diri yang hebat, lalu mengikuti anggapan sekolah bahwa anaknya sangat bodoh dan dibiarkan saja tidak bersekolah..? Barangkali kalau tempat kita, si ibu sudah memaki nggak karuan.
Thomas sendiri juga manusia langka. Disebut-sebut bahwa ia berhasil menemukan bola lampu yang sekarang kita nikmati ini dari hasil percobaaannya yang keseribu! Orang lain sudah mencibir dan mengatakan, “Son,son, kamu itu kurang kerjaan banget, deh! Sudah tahu penelitianmu gagal terus masih juga diulang-ulang. Smapai percobaan yang ke sembilan ratus saja kau masih gagal! Apa sih yang kamu harapkan dari eksperimen mu itu..?”
Maka dengan senyum penuh optimisme - dan ini yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim kayak kamu – ia menjawab, “Hehehe..ente belom tau yach..? Semakin sering percobaanku gagal, semakin banyak aku menemukan cara yang salah dalam percobaan! Dan aku tak akan mengulangi kesalahanku yang dulu-dulu!” Ck..ck..ck.. ia yakin suatu saat ia akan menemukan percobaan yang tepat. Dan ternyata itu terbukti!
Sumber : Muslimah Topcer (Ngetop ‘n Moncer), Kususmastuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar