"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Selasa, 15 April 2014

Betapa Allah Mencintaimu (Sebuah Pengantar)




Suatu sore menjelang Maghrib, pertengahan Desember 2006, saya menyaksikan berita tentang seorang perempuan yang menyimpan mayat bayi dalam toples. Dengan dibungkus tiga lapis kain dan direndam cairan spiritus. Saya pun menuliskan fakta ini dengan hati gemetar. Dia, pemilik warung remang-remang telah menyimpan mayat itu selama 8 tahun, menjadikannya sebagai pesugihan. Masya Allah.!!

Dia perempuan, sama seperti saya. Bagaimana bisa demikian tega? Apakah nuraninya sebagai seorang ibu sudah mati? Apakah … rasanya saya tak sanggup lagi mengajukan tanya demi tanya. Ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan kejadian tergelar di muka bumi, yang mengoyak nurani. Bapak memperkosa anak, ibu membunuh bayinya sendiri, anak menikam orangtuanya, suami membakar istri, istri memotong alat kelamin suami. Ada banyak sekali kejadian yang membuat nurani kita bertanya-tanya, “di mana Allah dia letakkan, saat dia berbuat demikian? Di mana Allah dia posisikan dalam hatinya?

Lepas dari kejadian serba ‘besar’ tersebut, mari kembali pada diri kita sendiri. Sudahkah kita jadikan Allah sebagai pemandu segenap aktifitas kita? Sudahkah kesadaran tentang pengawasan melekat-Nya membuat kita berhati-hati untuk merasa, berpikir, berkata, dan bertindak? Dia selalu mengawasi, tak pernah lengah walau sedetik. Karena Dia tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Dia Maha Tahu segalanya, bahkan yang hanya terbesit di dalam hati.

Sudahkah kita merasa dimiliki dan memiliki-Nya? Sudahkah kita merasakan bahwa Dia teramat dekat? Sudahkah ayat-Nya membuat hati kita bergetar?

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabilaa ia berdoa kepadaku..”

Terhadap janji Allah ini, mungkin ada yang menggugat, “Siang malam aku berdoa, tak putus-putus ku tunaikan sholat, tapi mengapa tak kunjung terkabulkan doaku?” Maka, sambungan dari ayat di atas menjadi jawabannya..

“…Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku..”

Apakah kita sudah bersungguh-sungguh mematuhi-Nya? Yakinkah, atas kehalalan pangan dan pakaian kita? Yakinkah, sudah tidak ada yang terdzalimi oleh lisan dan tindakan kita? Yakinkah, kita sudah beriman pada-Nya? Sudahkah hati kita benar-benar ikhlas taat pada-Nya?

Acapkali, perintah Allah dimaknai dengan pengekangan. Seringkali, ujian dan cobaan dimaknai sebagai hukuman. Hidup kita, diwarnai dengan prasangka buruk kepada-Nya. Tak terbilang, hati kita berontak, “Engkau tak adil padakau atas perkara ini, Ya Allah!”. Bila demikian adanya, bagaimana bisa Dia kabulkan permohonan kita? Bagaimana Dia akan mengabulkan, sedang kita tidak bersungguh-sungguh pecaya pada janji-Nya? Allah Maha Penyayang.

Tak ada satupun makhluk di bumi, di langit, di planet manapun jua, yang sanggup memberikan kasih sayang lebih besar dari kasih sayang-Nya. Dia tak akan memberikan apapun kepada makhluk, kecuali yang baik. Dia tak akan memberikan aturan kecuali untuk kebaikan hidup makhluk yang telah Ia ciptakan.

Maka, segala cobaan … semua perintah-Nya adalah …
“… agar mereka selallu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah 2 : 186)

Wallahu’alam bishawab.



sumber : pengantar Jazimah al-Muhyi (FLP) dalam buku “Betapa Allah Mencintaimu” (Ratna Dewi Idrus)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar