Belum banyak pemuka
Yahudi yang mengetahui keislaman ‘Abdullah ibn Salam. Rasulullah sungguh
berharap, para ahli Kitab inilah yang akan segera menyambut da’wah beliau.
Bahkan begitu berharapnya beliau akan hal itu, pada hari-hari awalnya di
Madinahbeliau menyesuaikan penampilannya dengan mereka. Adapaun ‘Abdullah, dia
meyakinkan Sang Nabi bahwa para rabi dan orang ‘alim Yahudi itu pasti mengenal
beliau dari tanda-tandanya seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.
Sayang, sifat hasad mereka telah mengalahkan kejernihan batinnya.
“Ujilah mereka Ya Rasulullah!”, kata ‘Abdullah
ibn Salam
Beliau mengangguk.
Maka Sang Nabi
mengundang para pemuka Ahli Kitab itu sementara ‘Abdullah ibn Salam
bersembunyi. Ketika mereka datang, beliau Shalallaahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bagaimana
kedudukan Hushain ibn Salam di tengah-tengah kalian?”
“Dia adalah saudara kami yang mulia,” jawab mereka nyaris serempak,
“Putra dari saudara kami yang mulia,
termasuk di antara keturunan yang termulia di kalangan Bani Israil!”
Rasulullah tersenyum, “Wahai ‘Abdullah,” kata beliau, “Keluarlah!”
Maka ‘Abdullah ibn
Salam keluar menemui mereka. “Asyhadu an
Laa Ilaaha Illallaah,” serunya, “Wa
Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.”
Mereka terperangah dan
murka. Setelah riuh gaduh dan hiruk pikuk reda, salah seorang yang dituakan
bicara mewakili mereka. “Adapun orang
ini, putra Salam, maka dia adalah orang yang paling hina di antara kami, anak
dari orang yang hina, dan dari keturunan yang paling hina!” Semua
mengangguk mengamini, lalu mereka bergegas pergi dengan gaya jalan angkuh dan
menampakkan benci.
sumber: Jalan Cinta Para Pejuang / Salim
A Fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar