"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Rabu, 21 Agustus 2013

Cemburu Terbit di Ufuk Cinta





Diantara semua gairah dalam cinta, kecemburuan mungkin sosok yang paling unik. Ia bagai api : membuat beku saat tiada, menghangatkan ketika tepat ukurannya, dan membakar saat meraksasa.

Mari berterimakasih pada rasa cemburu. Karena dengannya kita menjadi manusiawi. Atau tak menuntut kekasih yang kita cintai menjadi malaikat. Cemburu mengajari kita bahwa shalihah tak berarti tak bisa marah. ‘Aisyah, Radhiyallaahu ‘Anha misalnya. Karena cemburu ia pernah berkata kepada suaminya, “Engkau ini hanya mengaku-aku Nabi!” Bukan karena ia ragu tentang kenabian suaminya. Hanya karena ia sedang cemburu. Dan cemburu sedang mengajarinya sebuah perasaan, “Jika engkau memang seorang Nabi, saat ini aku sedang tak merasakan keadilanmu. Bukan karena engkau tak adil. Ini hanya perasaanku saja.

Atau pernahkah engkau membayangkan, beristrikan seorang ‘Aisyah bisa berarti pada suatu malam yang dingin sepi, dan kau sedang shalat malam di kamarnya, ia akan mengelus-elus kepalamu? Ketika itu Sang Nabi sedang menunaikan shalat malam sepulang dari kunjungannya kepada Mariyah Al Qibthiyah. Maka ‘Aisyah meraba-raba kepala beliau, menelusuri dengan seksama. Dia memeriksa adalah rambut beliaubasah? Adakah beliau berjinabah dengan Mariyah? Dengan mengelus-elus kepalanya. Di saat beliau shalat!

Wahai ‘Aisy, kau kedatangan syaithanmu lagi..”, kata beliau saat itu. 

Dan pernahkah engkau membayangkan sahabat.., beristrikan seorang ‘Aisyah tak hanya berarti seorang gadis jelita berparas menawan, lincah, cerdas, enerjik, manja, imut-imut, dan menyejukkan? Ya. sang Nabi pernah merasakan bagaimana ‘Aisyah membanting pinggan hidangan di depan tamunya. Hidangan itu hais lezat buatan Shafiyah, telah menerbitkan cemburu ‘Aisyah. Dan ia merenggut lalu membantingnya tepat di saat para tamu mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Lalu Sang Nabi hanya tersenyum di depan belalak para tamu. Senyum yang diikuti permintaan maaf, “Maafkan…, Ibu kalian sedang cemburu.. 

 sumber : Salim A. Fillah_Jalan Cinta Para Pejuang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar