Setiap jamaah haji pasti mengenal air zam-zam. Air ini
telah identik dengan Masjidil Haram atau bahkan Tanah Suci, karena air zam-zam
disediakan secara melimpah bukan hanya di Masjidil Haram di Makkah, tetapi juga
di Masjid Nabawi di Madinah dan berbagai tempat lain. Air zam-zam seakan telah menjadi oleh-oleh
yang wajib dibawa oleh jamaah haji ketika pulang ke Tanah Air.
Setelah selesai tawaf memang disunnahkan untuk meminum
air zam-zam. Dulu letaknya di belakang Makam Ibrahim. Para jamaah harus masuk
ke dalam sumur untuk mendapatkan air itu. Kini sumur itu telah ditutup untuk
memperluas area tawaf. Sebagai gantinya, telah disediakan puluhan kran yang
dengan itu mudah bagi setiap jamaah mendapatkan air istimewa itu.
Ada doa khusus dituntunkan ketika meminum air zam-zam.
Air ini dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit. Karenanya, dalam doa
meminum air zam-zam disebutkan permohonan kepada Allah akan kesembuhan atas
setiap penyakit dan kesempitan. Air
zam-zam memang sungguh istimewa, bahkan boleh disebut air ajaib. Keajaibannya
bukan isapan jempol belaka :
1. Dari
proses pembentukan atau genesanya saja hingga sekarang masih terus
mengundang tanya.
2. Seluruh teori hidrologi yang ada
tidak mampu menjelaskan asal muasal air ini.
3. Normalnya, air tanah itu berkumpul
di lapisan yang disebut aquifer. Aquifer ini biasanya ada pada lapisan batuan
yang disebut batuan endapan atau batuan sedimen, bukan di batuan beku (hasil pembekuan magma)
atau batuan metamorf (alihan). Untuk diketahui, Kota Makkah, khususnya Masjidil Haram,
berdiri di atas batuan beku, bukan batuan sedimen. Artinya, tidak mungkin di sana
bakal dijumpai aquifer biasa yang memungkinkan didapat kandungan air tanah.
Jadi, dari sini saja munculnya air zam-zam di tengah batuan beku sudah merupakan sebuah
keanehan.
4. Jika dikatakan bahwa air zam-zam itu
ada dalam aquifer yang berbentuk lenses (lensa) yang memang biasa dijumpai
pada batuan beku, pertanyaannya, mengapa jumlahnya demikian besar? Biasanya aquifer yang bersifat
lenses dalam wilayah yang dibentuk oleh batuan beku, dimensi dan
volumenya kecil saja. Kalau dikatakan bahwa lensanya sangat besar sehingga
volume airnya juga sangat besar, pertanyaannya lagi, mengapa air zam-zam tidak dijumpai di
tempat lain;
hanya di titik itu saja; di dekat Ka’bah. Jika benar aquifer lensanya sangat
besar, mestinya di area di sekitar masjid, jika dibor, akan dijumpai juga air
zam-zam. Ternyata
tidak.
5. Kemudian soal sumber air. Biasanya
air tanah merupakan hasil rembasan dari air permukaan. Untuk memungkinkan
adanya air tanah diperlukan apa yang disebut catchment area (daerah
tangkapan). Biasanya posisinya agak tinggi (perbukitan) yang membuat air
permukaan kemudian masuk dan mengisi lapisan-lapisan batuan yang bisa menyimpan
air. Dari teori ini saja, jelas bahwa air zam-zam pastilah bukan air tanah biasa karena
tidak mungkin ia berasal dari rembasan air permukaan mengingat ia berada di daerah yang
sepanjang waktu hampir tidak pernah ada hujan. Kalau begitu, ini air berasal dari mana?
6. Ada teori bahwa air zam-zam mungkin
berasal dari air tanah purba atau air laut purba yang terjebak. Ini mungkin
saja. Namun, sejauh pengamatan, tidak ditemukan sama sekali tanda-tanda geologis bahwa
daerah itu dulunya adalah laut, yang salah satu tandanya adalah dijumpainya batuan
gamping. Jika itu air tanah purba, dipertanyakan juga bagaimana itu bisa
terjadi mengingat dari dulu hingga sekarang daerah Makkah adalah gurun yang
tidak pernah dijumpai hujan. Jadi, air dari mana? Tidak terjawab juga.
7. Belum lagi kita berbicara soal jumlah atau volumenya. Dalam buku, Makkah
al-Mukarramah Fadhâ’iluhâ wa Târîkhuhâ, (Makkah al-Mukarramah,
Kelebihan dan Sejarahnya) yang ditulis oleh Abdul Basit bin Abdul Rahman
disebutkan, bahwa sumur zam-zam sudah berumur hampir 5000 tahun, persisnya 4946 tahun, sejak
Nabi Ibrahim hingga sekarang.
8. Coba Anda hitung, berapa banyak air
zam-zam sudah diambil sepanjang waktu itu? Andai rata-rata jumlah jamaah haji
setiap tahunnya sekitar 2 juta orang dan masing-masing membawa pulang 5 liter
(faktanya bahkan ada yang membawa 20 liter lebih) maka ada 10 juta liter yang
diambil.
9. Kemudian jika, katakanlah, jamaah
haji rata-rata tinggal selama 25 hari di Tanah Suci dan setiap hari meminum 0,5
liter, maka totalnya sudah 35 juta liter diambil oleh jamaah tiap musim haji!
Belum lagi air yang dikonsumsi oleh jamaah umrah yang hampir tidak pernah sepi
sepanjang tahun. Namun, meski diambil terus-menerus dalam jumlah yang sangat besar, sejauh ini
tidak sedikitpun terlihat ada tanda-tanda air zam-zam menyusut. Mengapa?
10. Dari penelitian didapat fakta yang
sangat mengejutkan. Ternyata air yang keluar dari dasar sumur zam-zam yang luasnya sekitar
5×4 meter itu sama besarnya dengan air yang dipompa keluar. Inilah yang membuat permukaan
sumur relatif stabil. Ini juga yang membuat air zam-zam, misalnya, lama tidak
diambil, tidak pernah terdengar air itu membludak.
11. Eloknya lagi, air itu memang
benar-benar tidak
pernah bisa terkontaminasi oleh air lain, termasuk air hujan.
12. Menurut penduduk Makkah, pernah
suatu ketika pelataran Kabah terendam air akibat hujan deras. Logikanya, ketika
dulu sumur air zam-zam belum ditutup seperti sekarang ini, air hujan itu akan
masuk ke dalam sumur dan mengotori air zam-zam. Namun, itu tidak terjadi.
Mengapa? Ternyata tekanan air zam-zam itu sangat besar sehingga mampu
mendorong genangan air hujan.
13. Pernah dilakukan percobaan dengan
pemompaan sebesar 8.000 liter/detik (bandingkan dengan debit sumber mataair
terbesar di Indonesia yang ditemukan di daerah Klaten, Jawa Tengah, yang
kira-kira hanya 200 liter/detik) terus-menerus selama 24 jam, air zam-zam, yang
kedalaman sumurnya sekitar 30 meter dengan kedalaman air hanya 3.32 meter itu,
surut hingga kedalaman 12,72 meter. Namun, hanya dalam waktu 11 menit, air zam-zam
kembali lagi ke ketinggian 3,9 meter. Itu artinya, debit air zam-zam memang sangat
besar, tetapi ia keluar hampir setara dengan air yang diambil. Hal inilah yang
membuat air
zam-zam tidak pernah kering, tetapi juga tidak lantas membludak.
14. Yang paling elok tentu saja adalah kualitasnya.
15. Air zam-zam memiliki rasa yang khas dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
16. Meski sudah ribuan tahun, tidak
pernah dilaporkan adanya penurunan kualitas; tidak pernah juga diberitakan ada
yang sakit setelah meminumnya, padahal air zam-zam langsung diminum begitu
saja, tidak pernah
dimasak lebih dulu.
17. Dari penelitian, diperoleh fakta
bahwa air zam-zam mengandung fluorida yang memiliki daya efektif membunuh
kuman, yang membuat air zam-zam seolah seperti sudah mengandung obat.
18. Perbedaan air zam-zam dibandingkan
dengan air sumur lain di Kota Makkah dan kota lain adalah dalam hal kuantitas
kalsium dan garam magnesiumnya. Kandungan kedua mineral itu sedikit lebih
banyak pada air zamzam. Itu yang menyebabkan air zam-zam menyegarkan bagi
jamaah yang kelelahan.
19. Keistimewaan lain, komposisi dan
rasa kandungan garamnya selalu stabil dan selalu sama sejak dulu hingga sekarang. “Rasanya” yang selalu
terjaga itu diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap
tahun. Tidak pernah ada komplain atau pengaduan.
20. Satu kehebatan lagi, sumur air
zam-zam tidak
pernah ditumbuhi lumut, padahal di seluruh dunia sumur di manapun selalu ditumbuhi lumut dan
tumbuhan mikroorganisme.
21. Keajaiban air zam-zam tidak berhenti
sampai di situ. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata ia memiliki bentuk
kristal yang berbeda dengan air biasa.
22. Yang paling ajaib, ternyata kristal air zam-zam bisa
memberikan respon pada ucapan kita. Jika kita mengucap sesuatu yang bagus, dia akan
membentuk kristal yang indah. Hal sebaliknya terjadi jika kita mengucapkan
sesuatu yang buruk.
23. Di Universitas Malaya, pernah
dilakukan percobaan. Ketika dibacakan kalimat tasbih (Subhanalloh/ Maha Suci Allah) dan tahlil (Laa Ilaaha Illalloh / Tiada Yang Behak
Disembah selain Allah), bentuk molekul
air zam-zam berubah menjadi laksana intan dan berlian, berkilap-kilap indah sekali.
Namun, begitu padanya diucapkan kata-kata yang buruk, seketika molekul air itu
berubah bagaikan sel darah merah. Sangat buruk. Seperti inilah gambarannya :
Itulah air zam-zam yang
merupakan berkah dari Allah Swt. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan
pada hadis Nabi saw., sebagaimana dituturkan Ibnu Abbas ra.: “Sebaik-baik air di muka
bumi ialah air zam-zam. Air zam-zam merupakan makanan yang mengenyangkan dan
penawar bagi penyakit.”
Diriwayatkan juga dalam Shahîh
Muslim, Nabi saw. pernah bertanya kepada Abu Dzarr, yang telah tinggal
selama 30 hari siang-malam di sekitar Ka’bah tanpa makan-minum, selain air
zam-zam, “Siapa yang telah memberimu makan?” “Saya tidak punya apa-apa kecuali air zam-zam
ini. Namun, saya bisa gemuk dengan adanya gumpalan lemak di perutku,” Abu Dzarr
menjelaskan. “Saya juga tidak merasa
lelah atau lemah karena lapar dan tak menjadi kurus,” tambah Abu Dzarr. Lalu Nabi saw. menjelaskan: “Sesungguhnya zam-zam ini air
yang sangat diberkahi; ia adalah makanan yang mengandung gizi.”
Nabi saw. Menambahkan, “Air
zam-zam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau
minum dengan maksud (diniatkan, bukan diucapkan) agar sembuh dari penyakitmu maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan
maksud supaya merasa kenyang maka Allah mengenyangkanmu. Jika engkau meminumnya
agar hilang rasa hausmu maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah
air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail.” (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu
Majah, dari Ibnu Abbas). Demikian, semoga bisa menambah keimanan kita akan ciptaanNya, amin..!!
~dari berbagai sumber~