"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Kamis, 12 Januari 2012

Abdurrahman bin Auf, "Derma-lah yang Menjadi Bisnis Utamanya"



Lahir

..........Abdurrahman bin 'Auf dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun Gajah dan umurnya sepuluh tahun lebih muda dari Nabi karena Nabi dilahirkan pada tahun gajah yaitu tanggal 20 April 571 M. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan pada tahun 581 M. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Nabi s.a.w. menggantikannya menjadi Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri.


Kepribadian

..........Abdurrahman bin 'Auf adalah sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dia adalah salah satu sahabat Rasulullah yang pandai berdagang dan sangat ulet. Saat ia mulai menjual dan membeli, selang beberapa saat ia sudah berhasil mengumpulkan keuntungan dari perdagangannya.

..........Disamping itu, ia juga sosok pejuang yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama Rasulullah. Ia termasuk ahli badar atau orang yang mengikuti perang Badar. Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.


Kisah Kedermawanan

..........Dikisahkan suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari 700 ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Ketika mendengar kafilah itu, berkata Ummul Mukminin Aisyah ra, ”Suara apakah ini?” Ada yang menjawab, ”Kafilah dagang Abdurrahman bin ‘Auf datang dari Syam membawa barang dagangnnya.” Ummul Mukminin berkata, “Satu kafilah dagang menyebabkan hiruk-pikuk seperti ini?”. Dijawab, “Ya, wahai Ummum Mukminin. Terdiri dari 700 unta.

..........Ummum Mukminin menggelengkan kepala dan memandang tajam ke depan seakan mengingat peristiwa masa lalu dan hadist yang pernah ia dengar. Lalu, Aisyah berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri.” Maka diinfakkanlah seluruh kafilah dagang tersebut kepada penduduk Madinah.

..........Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada sesama kaum muslimin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Menyertainya apabila mereka berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yang nilainya sebanyak empat ratus ribu dirham. Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga empat puluh ribu dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar.

..........Rasulullah s.a.w. sangat jeli melihat keadaan Abdurrahman bin Auf sehingga beliau dipersaudarakan dengan Sa'ad bin al-Rabi' yang merupakan salah seorang penduduk Madinah yang mempunyai banyak harta. Persaudaraan ini membuahkan hasil yang sangat kuat sekali bagi terjalinnya ikatan yang sangat kuat di antara keduanya. Hal ini digambarkan ketika Sa'ad bin al-Rabi' menawarkan setengah kekayaannya untuk dibagi percuma dan istrinya yang dicintai untuk dinikahi oleh Abdurrahman bin Auf.

..........Walaupun Sa'ad bin al-Rabi' menawarkannya didasarkan oleh niat tulus ikhlas namun Abdurrahman bin Auf bukanlah tipe manusia yang memanfaatkan kesempatan sehingga beliau menolak secara halus dengan ungkapan semoga Allah memberkatimu, keluargamu dan hartamu.

..........Abdurrahman bin Auf boleh miskin materi, tapi ia tidak akan pernah menjadi miskin mental. Jangankan meminta, ia pun pantang menerima pemberian orang selain upahnya sendiri. 'Tangan di bawah' sama sekali bukan perilaku mulia. Abdurrahman bukan hanya tahu, melainkan memegang teguh nilai itu. Ia pun memutar otak bagaimana dapat keluar dari kemiskinan tanpa harus menerima pemberian orang lain.

..........Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Ia pun pergi ke pasar dan mengamatinya secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar itu menempati tanah milik seorang saudagar Yahudi. Para pedagang berjualan di sana dengan menyewa tanah tersebut, sebagaimana para pedagang sekarang menyewa kios di mal.

..........Kreativitas Abdurrahman pun muncul. Ia minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Para pedagang gembira dengan tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya operasional. Mereka berbondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan Abdurrahman. Keuntungannya berlipat.

..........Dari keuntungan itu, Abdurahman mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan waktu lama, Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat Rasul yang paling berada. Kegigihannya dalam berdagang juga seperti yang beliau ungkapkan sendiri: "aku melihat diriku kalau seandainya akau mengangkat sebuah batu, seakan-akan aku mendapatkan emas atau perak di bawahnya".

..........Laba dari perniagaannya yang semakin meningkat dari ke hari tidaklah menyebabkan beliau menjadi manusia yang pelit dan kikir serta jauh dari jalan Allah. Bahkan beliau tidak segan-segan untuk menyumbangkan hartanya di jalan Allah dan disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa beliau menyumbangkan setengah dari hartanya.

..........Hal ini seperti disebutkan Zuhri bahwa Abdurrahman bin Auf menyumbangkan setengah dari hartanya sebanyak empat ribu dirham pada masa Rasulullah s.a.w., kemudian beliau menyumbangkan empat ribu dirham, kemudian empat puluh dinar, kemudian lima ratus kuda perang di jalan Allah, kemudian seribu lima ratus tunggangan/ rahilah di jalan Allah, dan semua penghasilannya bersumber dari perniagaan.

..........Disamping menyumbangkan hartanya untuk fakir miskin dan orang-orang tertentu beliau juga diceritakan merupakan orang yang paling banyak memerdekan hamba. Dalam sebuah riwayat Ja'far bin Burqan berkata: saya pernah mendengar bahwa Abdurrahman bin Auf telah memerdekan hamba sebanyak tiga puluh ribu jiwa. Dan Abu Amr berkata: dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau memerdekakan sebanyak tiga puluh hamba dalam satu hari.

..........Abu Amr berkata: "beliau adalah seorang pedagang sukses dalam bidang bidang perniagaan, sehingga mendapatkan laba yang sangat banyak dan meninggalkan sebanyak seribu unta, tiga ratus kambing, seratus kuda perang yang digembalakan di daerah Naqi' dan mempunyai lahan pertanian sehingga kebutuhan keluarganya setahun dipasok dari hasil tanaman tersebut".

..........Jika kesuksesan bisnis kebanyakan orang bisa dilihat atau dihitung dari besarnya jumlah simpanan dan besarnya keuntungan yang diperoleh, maka lain dengan Abdurrahman bin Auf. Kesuksesan bisnis Abdurrahman bin Auf dapat dihitung dari jumlah kekayaan yang ia dermakan untuk kepentingan perjuangan di jalan Allah.


Ketawadhukan dalam Kedermawanan

..........Meskipun hartanya melimpah, Abdurrahman bin Auf tidak diperbudak oleh harta. Ia bisa mengendalikan hartanya dengan baik. Buktinya, ia tidak mati-matian berbisnis dan tidak sengsara dengan harta yang ia kumpulkan. Ia lakukan bisnisnya dengan santai, halal, dan hasilnya tidak untuk dinikmati sendiri, tetapi juga untuk dinikmati oleh keluarga, kerabat, teman, dan masyarakat.


..........Kekayaan juga tidak menjadikan Abdurrahman bin Auf congkak atau sombong. Bahkan ia termasuk sahabat nabi yang paling tawadhuk dalam kesehariannya. Termasuk sebagai sosok shahabat Nabi s.a.w. yang telah dijanjikan masuk syurga namun titel tersebut tidak menyebabkan beliau lupa diri. Seperti diriwayatkan Sa'id bin Jubair, ia berkata, “Jika ada orang asing yang melihatnya (Abdurrahman bin Auf) duduk bersama pembantunya, orang itu tidak akan bisa membedakan mana majikan dan mana pembantu.

..........Karena tingginya tingkat kedermawannanya, ada yang mengatakan, “Seluruh penduduk Madinah menikmati kekayaan Abdurrahman bin Auf. Sepertiga kekayaannya (Abdurrahman bin Auf) dipinjamkan kepada orang-orang, sepertiganya dipergunakan untuk membayar hutang-hutang mereka, dan sepertiganya sisanya dibagi-bagikan kepada mereka.” Ia belum merasa puas dan lega ketika harta yang dimilikinya itu belum bisa membantu perjuangan Islam dan membantu saudara-saudaranya. Selain untuk kepentingan itu, ia sangat berhati-hati.


Wafat

..........Abdurrahman bin Auf meninggal pada tahun 31 H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32 H ketika berumur 75 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan wasiatnya. Sebelum meninggal dunia, Abdurrahman bin Auf mewakafkan hartanya sebanyak 50ribu dinar untuk kepentingan umat dan memberikan santunan kepada veteran prang badar masing-masing sebesar 400dinar termasuk di dalamnya khalifah Ustman bin Affan ra.

..........Begitulah perjalanan hidup Abdurrahman bin Auf baik di masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. Semua kewajiban agama ia laksanakan, dan ia pun selalu sukses di bidang bisnis. Yang menjadikannya sukses dan berkah adalah karena ia selalu memperhatikan kehalalan bisnisnya. Bahkan ia tidak mau melakukan yang syuhbat (tidak jelas halal dan haramnya). Ia semakin sukses dan berkah , karena harta yang diperolehnya bukan untuk simpanan pribadi melainkan untuk kepentingan orang lain dan perjuangan di jalan Allah swt.


sumber:
-Khalid, Muhammad Khalid. 2007. 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW. Jakarta : Al I’tishom
-http://biografi.rumus.web.id/2010/09/biografi-abdurrahman-bin-auf.html, diunduh 20 Desember 2011 : 20.00
-Al Halbi, Sumair. 2008. Sirah Sahabat, Perjalanan 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga. Surakarta : Qaula
-Tugas Kepribadian 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar