GANGGUAN PERKEMBANGAN
Penyimpangan atau
gangguan dalam fase perkembangan masa kanak-kanan merupakan salah satu
penyimpangan yang di cantumkan dalam DSM-IV-TR dalam bagian yang berjudul
“gangguan yang biasanya mulai tampak pada masa bayi, kanak kanak, atau remaja
“. Juga terdapat dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa)
III pada bab ke 9 F80 – F89 dengan judul “gangguan perkembangan psikologis”.
Gangguan tersebut
mencakup berbagai masalah yang sangat luas, mulai dari masalah perhatian hingga
defisit intelektual yang terkadang mengalami kondisi serius seperti yang
terjadi dalam retardasi mental, tidak menghargai hak hak orang lain, dan terkadang
semena mena seperti pada gangguan tingkah laku
dan bahasa, serta kesulitan sosial dan emosional pada gangguan autism. Anak
anak umumnya memiliki akses yang lebih sedikit ke sumber daya sosial,
financial, dan psiokologis dalam menghadapi berbagai masalah itu daripada orang
dewasa.
KLASIFIKASI GANGGUAN
Beberapa gangguan fase perkembangan yang terjadi pada kanak-kanak
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Gangguan Perkembangan Pervasif
Ditandai
dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi
sosial, dan komunikasi. Gangguan ini terdiri dari :
Autisme
Adalah
kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya
bahwa kejadian – kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Dicirikan dengan
gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan
minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya respon
terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, dan respon yang aneh
terhadap lingkungan seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan
memukul-mukulkan kepala.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang
kompleks,menyangkut komunikasi, interaksi sosial, dan aktifitas imajinasi dan
anak autistic ialah anak yang mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang
komunikasi,interaksi sosial,ganguan sensoris,pola bermain,perilaku,dan emosi
(depdiknas,2002).
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor
genetika memang peranan penting dalam proses terjadinya autistik. Lahirnya anak
autistic juga diduga dapat disebabkan oleh virus seperti rubella, toxo,herpes,
jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan, dan keracunan makanan pada masa
kehamilan yang dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang menyebabkan fungsi
otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi, dan
interaksi (depdiknas,2002).
Reterdasi Mental
Muncul
sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan fungsi intelektual
secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan
keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis.,
komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial,
fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi
akademis, dan bekerja.
Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan
dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada
bidang-bidang dan mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya, seperti :
1. Gangguan belajar, ditandai dengan :
- Gangguan
menulis : keterbatasan kemampuan menulis sehingga muncul dalam bentuk kesalahan
memgeja, kesulitan membentuk kalimat. Muncul pada usia 7 tahun
-Gangguan
membaca : keterbatasan kemampuan dalam mengenali dan memahami rangakaian kata
–kata. Biasanya tampak pada usia 7 tahun
-Gangguan
matematika : keterbatasan kemampuan anak dalam memahami istilah
matematika.
2. Gangguan Komunikasi, ditandai dengan
:
-Gangguan
bahasa ekspresif : keterbatasan dalam menggunakan bahasa verbal
-Gangguan
bahasa campuran reseptif atau ekspresif : keterbatasan anak dalam memahami
maupun memproduksi bahasa verbal
-Gangguan
fonologis : kesulitan dalam artikulasi suara tanpa adanya kerusakan pada
mekanisme berbicara
-Gagap
: ganggauan pada kemampuan berbicara lancer dengan waktu yang tepat
b. Defisit perhatian dan gangguan perilaku
disruptif
ADHD ( Atttention deficit
hyperactivity disorder)
Dicirikan
dengan tingkat gangguan perhatian yang rendah,(sulit berkonsentrasi)
impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan.
Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di sekolah
dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
Conduct Disorder (CD )
Adalah
munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan
yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua tidak mengajarkan
perilaku benar dan salah pada anak. Ciri - cirinya, apabila ia memunculkan
perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan
aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya, menunjukkan
unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
Oppositional defiant disorder ( ODD
)
Perilaku
dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar,
marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras,
zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak
orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku.
c. Kecemasan dan Depresi
Gangguan
kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke
masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif, gangguan kecemasan
umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, yang memiliki gejala
seperti pada orang dewasa. Gangguan kecemasan akibat perpisahan adalah gangguan
masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang
paling dekat dengannya seperti orang tua, saudara,dll. Gejalanya antara lain
berupa mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah saat mengantisipasi
perpisahan.gangguan kecemasan ini dapat berlanjut hingga depresi.
Depresi
pada anak – anak dan remaja tidaklah berbeda dengan orang dewasa, mereka
memiliki perasaan tidak berdaya,kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri.
Namun depresi pada anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang
dewasa. Ciri – ciri depresi pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk
masuk sekolah, tak mau pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja
biasanya diikuti dengan gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik.
Depresi pada remaja yang berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang
lebih serius pada masa dewasa.
d. Gangguan Eliminisi
Adalah
gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat mengontrol buang
air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai usia normal
untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu:
Enuresis
Adalah
dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari kerusakan
neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya dangan mengompol.
Enkopresis
Ketidakmampuan
mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik.
PENYEBAB GANGGUAN
Belum ada penyebab tunggal pada gangguan perkembangan anak
dan remaja. Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga,
dan faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks yang menjadi penyebab
gangguan perkembangan anak dan remaja.
a.
Faktor-faktor
psikobiologik. Biasanya akibat :
1. Riwayat genetika keluarga yang
terjadi pada kasus retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan
perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas atau kecemasan.
2. Struktur otak yang tidak normal.
Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan
neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak,
dan ADHD.
3. Pengaruh pranatal, seperti infeksi
pada saat di kandungan ibu, kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan,
dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan perkembangan saraf
yang abnormal yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang
berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan
yang sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan gangguan
perkembangan saraf lainnya.
4. Penyakit kronis atau kecacatan dapat
menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
b. Dinamika keluarga.
Dinamika
keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku menyimpang yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Penganiayaan anak. Anak yang
terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya menjadi
terhambat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak
berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori,
kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod,
1998).
2. Disfungsi sistem keluarga (misal
kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai
dengan keterampilan koping yang tidak baik antaranggota keluarga dan model
peran yang buruk dari orang tua. Sehingga menyebabkan gangguan pada
perkembangan anak dan remaja.
c. Faktor lingkungan.
Lingkungan
dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi penyebab utama pula,
seperti :
1. Kemiskinan. Perawatan pranatal yang
buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan
yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan
perkembangan normal anak.
2. Tunawisma. Anak-anak tunawisma
memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan
psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka
penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis
diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend,
1999).
3. Budaya keluarga. Perilaku orang tua
yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang
diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
PENANGANAN
Beberapa
terapi atau perawatan gangguan perkembangan anak dan remaja antara lain:
- Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak
terdapat pada managed care. Yaitu dengan cara-cara :
> Pencegahan primer melalui berbagai program
sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program penanganan dini bagi
orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan
pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
> Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara
dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang
tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan
program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan
intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling
kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
> Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan
melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus
untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang
normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak
dalam mengembangkan metode koping.
> Terapi keluarga dan penyuluhan
keluarga. Penting
untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan
guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi dari semua anggota
keluarga.
- Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.
> Unit khusus untuk mengobati
anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini
biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif, atau
bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri
ataupun orang lain.
> Program hospitalisasi parsial juga
tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa. Seklusi dan
restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi kontroversi.
Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak
dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang
restriktif meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu
kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.
- Farmakoterapi.
Medikasi digunakan sebagai satu
metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien
anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam. Pemberian
metode ini berdasarkan :
a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan
remaja mempengaruhi
jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
b. Perbedaan perkembangan
neurotransmiter pada
anak-anak dapat mempengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil
yang tidak konsisten, terutama dengan anti depresan trisiklik.
sumber : Makalah Gangguan Fase Perkembangan_Psi UMS 2012_ oleh : AbdusSalam, M.Yusuf, B.Angga, M.Reza_Psikologi Abnormal