Dalam sebuah penelitian, hasil yang bisa terpercaya (Trustworthiness) dan bisa menjadi
rujukan merupakan tanda bahwa penelitian tersebut memiliki kualitas yang baik.
Namun untuk mencapainya tidaklah mudah dan ancaman dari berbagai sudut haruslah
dihadapi oleh peneliti. Hanya saja, seringkali peneliti mengabaikan bahwa
dirinya sendiri (-peneliti) juga bisa menjadi ancaman yang menyebabkan
penelitiannya tidak memiliki sifat Trustworthiness.
Lalu, apa sajakah ancaman-ancaman itu? Berikut 12 ancaman dari peneliti (researcher
threats)
terhadap validitas hasil penelitian :
1. Mengembangkan tujuan penelitian yang tidak
pantas (fokus hanya pada tujuan pribadi,
menyesuaikan pesanan orang lain, atau demi kepentingan penyandang dana dan
pihak tertentu). Hal ini menyebabkan penelitian tidak objektif karena hasil
penelitian yang bersifat manipulatif berdasar kepentingan pribadi / golongan.
2. Memilih sampel penelitian yang tidak memadai
(sampel penelitian tidak memenuhi kriteria, atau sampel tidak cukup kuat untuk
bisa menjawab pertanyaan penelitian).
3. Literatur atau sumber rujukan yang tidak
mencukupi, atau tidak memiliki dasar yang kuat.
4. Mengabaikan bias penelitian dan tiidak
melakukan Breacketing (mengurung
asusmsi dan teori saat melakukan penelitian kualitatif).
5. Membuat pertanyaan penelitian yang tidak
terjawab.
6. Menggambarkan data secara tidak akurat. Penelitia gagal untuk memeriksa
/ mengecek kebenaran data dari partisipan (tidak Triangulasi data), serta tidak memberikan deskripsi data secara mendalam.
7. Peneliti gagal memanfaatkan sumber data
penelitian (partisipan) dan gagal dalam memaksimalkan metode dalam mencari data
tersebut (tidak melakukan wawancara secara mendalam, gagal dalam pengkodingan
data, observasi, check list, dll).
8. Tidak memperhatikan pola antar data (misalnya
membatasi proses pengkodingan).
9. Peneliti mengamati / mengobservasi secara selektif (pilah-pilih)
terhadap setting/situasi. Peneliti melihat apa yang ingin dilihat saja serta
mengabaikan kejadian di luar tujuannya (bias pengamatan & konfirmasi).
10. Terjadinya Efek Hawthorne, yaitu kondisi psikologis di mana partisipan merubahh
sikapnya karena mengatahui bahwa ia sedang diamati oleh peneliti sehingga data
yang didapat tidak alami. Dalam wawancara kualitatif, mimik muka dan nada
bicara peneliti bahkan bisa menentukan bagaimana partisipan akan merespon.
11. Respon wawancara (jawaban wawancara
partisipan) berdasarkan pesanan dan jenis pertanyaan, bukan murni pandangan
pribadi dari partisipan penelitian sehingga data yang diperoleh tidaklah valid.
12. Membuat kesepakatan palsu di antara anggota
tim peneliti selama pengumpulan data (terlibat dalam "groupthink").
sumber buku : Hays, Danica.G. & Singh,
Anneliesi.A. 2012. Qualitative
Inquiry in Clinical and Educational Settings. London : The Guildford Press (chapter
7-Turstwothiness_dengan tambahan secukupnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar