"Bismillahiraahmanirrahim.., Perjuangan itu dirintis oleh orang-orang yg ALIM, diperjuangkn oleh orang-orang yg IKHLAS, dan dimenangkan oleh orang orang yang PEMBERANI.."

Suka Blog Ini..?

Selasa, 12 Juli 2016

Bermula dari "Zakat"





Ada cerita menarik saat pengumpulan zakat Romadhon kemarin. Selama 10 hari terakhir, beberapa murid TPQ yang sudah rutin ikut ngaji pada ikut berjaga-jaga di masjid untuk membantu panitia zakat. Suatu ketika, ada salah seorang dari mereka ada yang bertanya kepada saya, “Mas, kalau seusia-ku gini sudah boleh bayar zakat belum ya?”. Saya cukup kaget dengan pertanyaan bocah kelas 6 SD tersebut. Lantas saya jawab, “Boleh banget lah, bayi baru lahir saja sudah bayar zakat kok”. Dia hanya mesam-mesem dan berjanji esok hari akan membawa beras zakatnya.


Alhamdulillah esok harinya benar dia membawa beras zakat. Lagi-lagi saya dibuat surprise saat melihat dia hanya membawa 3 liter beras saja, & ditulis di catatan zakat atas nama dirinya sendiri. Saya pikir dia akan membawa sekarung beras atas nama dia & keluarganya yang jumlahnya cukup banyak itu, tapi ternyata tidak. So, segala kejadian tadi membuat saya -mau tidak mau- bersuudzon mungkinkah selama ini dia (dan keluarganya) tidak tahu menahu perkara zakat? atau bahkan belum pernah membayar zakat sama sekali?


Jika melihat kondisi keluarganya yang –sepertinya- agak acuh dengan pendidikan agama, saya jadi cukup maklum. Dia sendiri pernah bercerita kalau selama Romadhon ini kakaknya hanya berpuasa paling banter 5 hari saja, dengan alasan puasa membuat perutnya sakit (lapar kali yang dimaksud, hehe..) Nah itu baru kakaknya, mungkin ada cerita lain tentang orang tua atau saudara-saudaranya yang lain.


Walau demikian, Alhamdulillah saya tidak melihat ada penolakan dari keluarganya kalau anak ini aktif di masjid. Bahkan beberapa kali si bocah sempat diantar kakaknya ke masjid dengan sepeda, dan beberapa kali pula sepeda motor keluarganya pernah dipinjam untuk keperluan masjid, dan itu semua tidak menjadi masalah.


Saya jadi takjub dengan si bocah. Sudah satu tahun ini dia aktif ngaji, belajar dari Iqro jilid 1 sampai sekarang sudah masuk Iqro jilid 5. Bahkan dia termasuk peserta aktif tadarus harian remaja selama Romadhon ini, ikut berjasa mengkhataman Al-Quran sampai 2 kali. Dengan kondisi keluarga yang cukup acuh dengan agama, dia masih bisa istiqomah sampai sekarang adalah hal yang luar biasa.


Bagi saya pribadi, pertanyaan si bocah tentang zakat di atas adalah murni kesadaran dia akan pentingnya melaksanakan perintah agama. Dan tentu saja kedasaran itu datang karena hidayah Allah SWT. Saya sungguh berharap peristiwa zakat tadi menjadi awal bagi dirinya untuk terbukanya pintu-pintu hidayah yang lain, dan sukur-sukur menjadi pintu hidayah juga bagi keluarganya kelak. Semoga dia selalu istiqomah, & semoga ini menjadi awal kebangkitan Islam di dalam keluarganya. Amin ya Rabb..


Oia ada satu lagi.! Si bocah tahun ini masuk SMP walau sayang dia tidak diterima di sekolah negeri yang ia inginkan. Apakah itu jadi masalah? Bagi sebagian orang mungkin iya jadi masalah, tapi simak obrolan kami berikut. “Kalau gak diterima di sekolah negeri, kamu mau daftar di sekolah swasta mana?”, tanya saya. Sambil mesam-mesem dia jawab, “Aku pingin sekolah di Muhammadiyah aja mas, yang AGAMAnya bagus”  


Subhanllah, di antara ratusan sekolah swasta dia pilih salah satu sekolah karena agamanya. Alhamdulillah semoga ini menjadi pertanda baik, insyaAllah.